Aku memejamkan mataku ketakutan. Suara barang - barang jatuh bergema di rumah ini. Ibuku menangis dan merintih kesakitan. Aku mencoba memberanikan diri membuka mataku. Aku melihat ibuku bersimbah darah menatapku. Ayah masih menancapkan pisau ke tubuh ibuku. Aku menangis melihat ibuku. Namun aku tidak bisa bergerak. Kakiku sudah sangat sakit. Tubuhku dipenuhi dengan luka yang membuatku tidak sanggup bergerak. Aku mulai waspada saat ayahku mendekatiku. Aku menutup mataku saat ayah mulai menarik tanganku.
Aku terbangun dengan penuh peluh ditubuhku. Aku mengusap kasar wajahku. Aku menatap jam yang tergantung di dinding kamarku. Aku menutup kembali mataku. Aku selalu seperti ini selama bertahun - tahun. Hanya bisa tidur selama 2 jam.
Setelah memastikan wajahku di poles dengan baik, aku langsung keluar dari ruanganku. Suara musik yang menggema dengan cahaya redup sudah menjadi temanku selama bertahun - tahun. Dengan anggun aku berjalan ke arah bartender.
Maria :"buatkan aku vodka mike."
Mike :"kau nampak lelah sayang?"
Aku hanya tersenyum tipis sambil meminum vodkaku. Aku merasa sebuah sentuhan dipinggangku. Aku hanya melirik sekilas pemilik tangan itu. Sosok laki - laki tampan menatapku dengan tatapan mesumnya. Aku tersenyum menggoda setelah meneliti barang - barang yang menempel ditubuhnya. Barang - barang bermerek identik dengan orang kaya dan aku bisa membedakan mana yang asli atau mana yang palsu. Lagi pula tempat ini tidak bisa dimasuki sembarangan orang. Hanya orang - orang tertentu yang bisa memasuki tempat ini. Hanya orang - orang tertentu juga yang aku layani.
Aku terdiam menatap pemandangan dari kaca besar di penthouse laki - laki yang membokingku. Aku merasa sebuah tangan melingkar dipinggangku. Kecupan mesra bersarang dipundakku. Aku masih diam mematung menatap pemandangan didepanku.
Laki- laki :"kita lakukan sekarang."
Dia memaksaku memusatkan pandanganku padanya dengan memutar tubuhku. Dengan kasar dia mencium bibirku. Aku hanya mengikuti apa yang dia mau dan mengalungkan tanganku dilehernya. Bertahun - tahun aku menjadi pelacur di club yang terbilang sangat tersohor ini tidak membuatku menikmati pekerjaanku.
Aku melakukan actingku yang seakan - akan aku menikmati pergumulan kami. Dia mulai menjilati vaginaku dengan rakus. Jari - jarinya memasukiku dengan lembut dan mengocokku dengan cepat. Kalian mungkin merasa aneh mengapa aku sama sekali tidak menyukai ini dan kehilangan kesadaran karna rangsangan yang laki - laki ini berikan. Jawabannya aku sudah mati rasa. Aku sudah tidak bisa merasa apapun lagi. Hanya ada luka dan kemarahan di hati dan otakku.
Laki- laki:"oooohhhh sayang kau begitu sempit...Kau menjepit juniorku sayang..."
Maria :"ya sayang... Kau begitu besar... aaauuhhh nikmat sayang..."
Aku melihat laki - laki itu mengejang merasakan klimaksnya dengan meneriaki namaku.Bukan itu hanya nama samaran yang dulu disebutkan sebagai namaku saat aku di jual di club ini. Aku sudah lama sekali tidak mendengar namaku di sebut. Aku menutup mataku untuk mengenyahkan fikiranku. Perlahan aku merasa laki - laki itu membalikkan tubuhku dan mengangkat pinggulku. Dia menjilati vaginaku yang meneteskan air spermanya. Aku merasa tidak khawatir saat pelangganku menyemburkan benihnya didalamku. Ini karna aku sudah memasang KB. Aku juga rutin memeriksakan tubuhku ke dokter. Aku masih beruntung karna belum terkena HIV. Yah memang syarat masuk club tempatku bekerja adalah bersih. Artinya tidak hanya pelacurnya saja namun para tamu tidak boleh terjangkit penyakit apapun. Aku terhentak saat dia memasukkan juniornya ke lubang anusku. Dia mengocok juniornya sambil meracau keenakan. Aku hanya mengikuti alurnya agar dia menikmati permainan kami.
Aku berjalan ke arah pintu gerbang panti asuhan. Aku memang sering ke sini. Makanya saat aku membuka pintu semua anak panti akan menghambur kepelukanku. Aku melihat sosok anak perempuan yang menyendiri di pojok taman. Dia terlihat sedih sambil menatap langit. Aku menghampirinya untuk mencoba menghiburnya.
Katerina :"hy nadine apa yang kau lihat?"
Nadine memelukku dan menangis dipelukkanku. Aku membalas pelukkannya sambil mengusap punggungnya lembut.
Katerina :"ada apa? Kau di ganggu dito lagi?"
Nadine :"kakak aku mau punya orang tua. Aku mau merasakan pelukkan mereka."
Katerina :"kau tidak bahagia di sini?"
Nadine :"aku bahagia namun.."
Katerina :"dunia di luar panti sangat mengerikan. Percayalah tempat ini paling aman di banding di luar."
Nadine :"maksud kakak punya orang tua itu menyedihkan?"
Katerina :"tidak seperti itu.. Hanya lebih menyenangkan di sini bersama ibu panti dan teman - teman yang lain."
Nadine hanya mengangguk mendengar penjelasanku. Aku hanya tidak mau dia jatuh ke tangan yang salah. Aku selalu melarang ibu panti menyerahkan anak - anak ke orang tua angkat yang datang. Aku berusaha mencukupi kebutuhan mereka selama ini jadi mereka tidak perlu orang tua angkat. Lagi pula ibu panti sudah seperti ibu kami.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt me
ChickLit"Di lukai berkali - kali oleh takdir tidak membuatku memutuskan untuk mengakhiri hidupku.. aku berusaha sejuang menghadapi semua dengan tegar walau sakit" - Katerina Isabella jangan lupa vommentnya chingu.....