Pertama - Hutan dan Goblin

28 4 1
                                    

Perjalanan kembali mencapai puncaknya ketika cahaya bulan mulai bersinar. Canda tawa yang terdengar langsung berubah menjadi percakapan serius, mencari tanah aman untuk berkemah. Bagaimanapun, hutan lebat ini adalah rumah alami. Rumah bagi banyak makhluk misterius yang tinggal di dalamnya.

Salah satu dari dua ksatria meraih obor yang tersimpan di dalam tas. Mengucapkan sebuah mantra, sumbu obor terbakar, memberikan sedikit penerangan pada jalan yang dilalui. Bunyi gesekan besi kembali terdengar ketika mereka mulai melangkah.

Hari ini adalah malam kedua ekspedisi dari Kota Verland. Seperti malam sebelumnya, kedua ksatria tersebut tidak berbicara sama sekali. Mereka hanya terdiam, mengikuti suasana hening yang terjadi di sekitar. Tak ada sedikitpun suara selain dari nafas dan zirah yang mereka kenakan.

Tak lama, langkah dari salah satu ksatria yang tidak memegang obor terhenti. Aroma udara yang berhembus berhasil melewati celah helm, memberikan bau busuk yang begitu mengerikan. Menyadari akan bahaya macam apa yang tersembunyi di balik kegelapan, tangannya pun segera meraih pundak teman ksatria.

Pedang ditarik dan teriakan perang diserukan.

"SERGAPAN!" Seru ksatria tanpa api. Teriakannya memggema ke seluruh penjuru hutan.

Kemudian, semak-semak di sekitar memuntahkan sejumlah sosok yang bersembunyi dibelakangnya. Mata mereka bercahaya hijau di dalam gelap, telanjang dan membawa tombak pendek sebagai senjata.

"Goblin." Terdengar suara lirih yang berasal dari kedua ksatria.

Dengan sebuah rapalan mantra dan lambaian tangan, cahaya silau menyinari bagian hutan dimana mereka sekarang berada. Tebasan demi tebasan dilakukan untuk mengeksekusi makhluk jahat ini. Mata para goblin terbutakan dan tangisan menyertai ketika mereka berusaha kabur dari kematian.

Namun, tangisan tersebut adalah pertanda buruk. Suara mereka dibalas dengan puluhan hingga ratusan suara yang berbisik di dalam bayang.

"Kita diserbu!"

"Igor, Apinya! Padamkan apinya!"

Untuk sesaat, pikiran dari ksatria yang bernama Igor tidak mencerna apa yang temannya bilang, tapi dengan segera obor pun diambil alih lalu dilempar ke belakang.

Keduanya berlari dari kawanan goblin yang akan memburu mereka.

"Kemana kita pergi?" tanya Igor. Bunyi dari dua zirah yang bergerak sedikit menghalau suaranya.

"Setidaknya, ada satu tempat sempurna untuk kita bersembunyi. Jika kita bisa mencapainya hingga pagi menjelang...."

"Benar. Para goblin mungkin memelihara anjing, dan indra penciuman mereka sangatlah tajam," ujar Igor.

"Kita bisa saja memanjat pohon tinggi. Setidaknya itu cukup untuk bertahan," saran teman ksatria.

"Kau ingin jadi seperti tupai dengan para goblin berjaga dibawah?"

"Jika kau ingin tempat yang aman dan bisa bergerak bebas, kita harus bergegas ke Reruntuhan Kelton. Itu cukup dekat dan kita bisa membentengi diri dengan dinding-dinding tinggi yang ada."

Igor sedikit ragu. "Tempat itu termasuk benteng, aku setuju, tapi dihuni oleh apa? Tuhan tahu makhluk seperti apa yang tinggal di reruntuhan kuno selama bertahun-tahun."

"Reruntuhan Kelton sudah dekat. Kita bisa mengambil keuntungan dari tembok besar tersebut," saran teman ksatria.

Waktu terus berlalu dengan sangat lambat, dan akhirnya mereka berada di persimpangan jalan kecil. Jalan ke kanan adalah menuju reruntuhan, namun dihalangi oleh rumput-rumput tinggi yang tumbuh subur. Di sisi lain, jalan di sebelah kiri mengarah ke jalan utama dan masih bersih. Ketika Igor berlari ke kiri, tangannya ditahan lalu ditarik menuju ke arah berlawanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Paladin: Dark Is RisingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang