"Ini adalah kami bukan aku apalagi dia."
Pagi ini SMA Gulita Pertama sudah dipadati banyak siswa siswi baru angkatan. Namun, padatnya tahun ini tidak seperti tahun lalu karena ada banyak hal yang membuat orangtua mengurungkan niat untuk memilihkan sekolah anak kesayangan mereka.
Sama halnya dengan Kanar, sejak tadi hanya diam yang bisa dilakukan. Bahkan, saat Anna mengajaknya bicara ia hanya mengangguk saja mengiyakan.
"Kanar sumpah perasaan gue nggak enak sekolah di sini." Anna memasang wajah takutnya. Sementara tangan kanannya sibuk mencengkeram lengan Kanar yang putih bersih.
Kanar masih diam tidak merespon apa-apa. Namun, hal itu hanya berlaku beberapa saat sebelum sebuah pemandangan buruk mengacaukan segalanya.
Anna yang melihat Kanar meninggalkannya mendengus dahulu sebelum akhirnya ikut mengikuti dengan berlari-lari.
"Kamu itu selalu melanggar peraturan yang saya buat. Baru anak kelas 10 sudah belagu kamu?"
Pemuda dengan wajah tegasnya tadi berdiri di hadapan sang murid yang masih anteng tidak berkutik sama sekali. Wajahnya memang sudah lebam, bibirnya juga berdarah, tetapi murid itu hanya memasang wajah santainya.
"Lumaksita Aben Oktavi."
Laki-laki itu mendongak sebentar, lantas ia melemparkan senyum miringnya dan berlalu pergi begitu saja.
Pemuda yang tadinya sudah siap bertindak tegas harus mengurungkan niatnya. Ia pergi bersama para pengawal yang selalu mengikuti kemanapun dia pergi.
"Aben?" gumam Kanar dengan wajah bingung.
Ia kembali menatap laki-laki tadi. Ada yang aneh tapi Kanar belum bisa mencerna apakah yang sebenarnya sedang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalinya Starla
Short StoryUsai cerita lama yang tak pernah terbuka kembali, kini cerita baru mulai datang dengan tawa yang ikut menyelimuti. Nama yang dulunya kerap mereka junjung tinggi berubah menjadi kehormatan yang pantas dihargai.. "Starla?" "Apa mungkin dia cantik da...