Anak IT dan mantannya

31 4 0
                                    

Namanya Devan seorang mahasiswa yang mengambil jurusan Teknologi Informasi dengan motivasi membobol wifi di tempat umum sehingga ia bisa menghemat paketan datanya.

Namun ekspektasinya mengenai dunia IT tidak sesimpel duduk depan laptop, duit ngalir ke rekening terus kaya-raya kayak Bill Gates atau Mark si bos FB.

Nyatanya malam ini ia harus membuat otaknya berdarah-darah demi menyelesaikan sebuah program yang merupakan tugas kuliahnya yang harus di kumpulkan via E-Mail sebelum pergantian hari di kalendernya. Dengan mata sepet yang kadang melihat listing di monitor dengan jelas dan kadang buram Devan tetap berusaha menyelesaikan programnya.

"Nyerah aja Pan, copy punya kating aja terus di rubah dikit. dari tadi lu Run tuh program gak bisa-bisa," komentar salah seorang dari empat temannya.

"Entar kita dapat apa dari copas? tambah bego iya!" Balas Devan.

mereka penghuni kamar kosan 4x3 Devan dengan sebuah kasur spring bed muat satu orang yang sepreinya di gunakan temannya sebagai alas buat bisa tengkurap depan laptop dengan terminal alias colokan yang sambung menyambung menjadi satu berusaha sekuat tenaga untuk memberikan daya untuk laptop-laptop kentang dan Hape cina yang tadi mereka gunakan untuk main game online.

Tempat Pop Mie dan botol minuman masih berserakan di dekat mereka. Celana jins yang masing-masing mereka gunakan tadi kini bergantung menumpuk di sebuah paku yang menancap mantap di salah sati dingding berwarna kuning pudar itu.

Tiba-tiba sebuah notifikasi muncul dari sudut kanan bawah monitor laptop dengan RAM 4 GB dengan beraneka macam stiker event kampus yang tengah di pelototin Devan dengan mata menyipit.

notifikasi tersebut berasal dari aplikasi Whatsapp miliknya yang terkoneksi langsung dari hapenya.

Membaca nama pengirim membuat jantungnya berhenti sesaat kemuadian kembali berpacu dengan sangat kencang mengalahkan deg-degannya ketika ngetik program pas ujia di Lab komputer pada saat menit-menit terakhir.

Viona.

Nama itu seakan menyedotnya kembali ke masa lalu. Membuat sebagian dari dirinya merasa bahagia dan sebagiannya lagi 'Tahan bro, doi cuma mantan'.

Devan termenung sesaat, suara bising yang diciptakan temannya mendadak menghilang dari indra pendengarannya. Lebay emang. tapi efeknya memang masih sedahsyat itu, bahkan setelah hampir setahun berpisah.

Devan menimbang-menimbang apakah ia harus membalas chat tersebut atau mengabaikannya.Sial. Ia harus berperang dengan dirinya yang lain.

"Woy Pan. lu gak keserupan kan?" Tanya seorang temannya yang berbadan gempal.

Devan menggeleng pelan dan tersadar dari lamunannya.

"Ganggu aja sih, Arwahnya Bill Gates baru aja mau masukin gue," Jawab Devan.

"Mana ada arwahnya Bill Gates. Beliau masih sehat wal'afiat barusan ngabarin gue," Balas salah seorang temannya yang berambut gondrong dan mengenakan kaos bertuliskan salah satu organisasi di kampusnya.

"Bisa aja kan Om Bill transfer arwahnya sebentar biar gue bisa nemuin Bug sialan dari program gue."

"Gak usah sok-soan nyari Bug deh Pan. Mending copas aja langsung. dosen tahun lalu kan beda," Ujar temannya.

Devan melirik jam yang menunjukan angka 11 malam. Dalam hati ia berpikir 'Sudah Waktunya' kemudian ia meng-close tab listing program yang sedang ia kerjakan kemudian membuka listing program yang lain. Milik kakak tingkatnya.

Si gempal mencuri lirik ke arah Laptop Devan. "Cuyy akhirnya manusia halu yang sering ngaku-ngaku ponakannya Om Bill nge-copas juga."

"Emang paling enak ngeludah ke gelas terus diminum lagi," tambah temannya yang lain.

Cerpen RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang