BAB 1

24 4 0
                                    

Only fools fall for you, only fools
Only fools do what i do, only fools fall.

🎼 -troye sivan'fools. 🎼
Note:rekomendasi lagu dariku

***

Ben menyapukan pandanganya ke seluruh penjuru taman mencari-cari objek yang ingin ia temui.

Senyuman seketika menghiasi wajah ben ketika objek yang ia cari ditemukan, langkah ben kian lama kian cepat menuju orang yang tengah membelakanginya.

Sebelum memegang pundak perempuan di depanya ben menyempatkan dirinya tersenyum, tentu dengan senyum yang sangat manis yang hanya dimiliki olehnya.

"Rai". Ucap ben seraya memegang pundak perempuan di depannya.

Mendapat panggilan dari belakang si perempuan bernama Rai itu menoleh.
Senyum tipis terukir di bibirnya.

"Ngapain ngajak ketemu?, suka banget yah ketemuan sama aku?". Ujar ben sambil mengusap rambut Rai, sudah kebiasaan ben selalu menyempatkan mengusap pucuk kepala Rai saat bertemu.

Rai melihat ke bawah tidak dapat berbicara. Sepertinya Rai ingin mengungkapkan sesuatu, tapi tertahan oleh ketidakmampuannya.

Ben yang menyadari tindakan Rai akhirnya meraih bahu Rai, dan melihat ke arah Rai. "Gak apa-apa ngomong aja Rai."

"Tatap mata aku." Ujar ben tanganya kini mengusap kedua pipi Rai, ben tercengang ketika merasakan sesuatu yang basah di pipi Rai.

Ben mendongakan wajah Rai, "kamu nangis rai?, coba beritahu aku kenapa kamu nangis?".

Rai meneteskan lebih banyak air matanya, ia menangis tanpa suara. Ben yang melihat itu merasakan jantungnya langsung berdegup kencang melihat kekasihnya menangis.

Ben menarik Rai ke dalam pelukanya, Dan Rai masih setia menangis.

"Ben.."

"Hmm." Jawab ben seraya menepuk-nepuk punggung Rai.

Setelah beberapa menit Rai menangis, Rai melepaskan pelukan ben. Rai mencoba berani menatap ben si kekasihnya sekarang.

"Ben, a-aku mau bicara." Ujar Rai masih dengan suara parau setelah menangis.

Ben hanya menganggukan kepalanya. Ia menunggu apa yang sebenarnya membuat Rai menangis cukup lama, ben ingin tahu penyebab jelasnya.

"Maaf ben, sepertinya aku gak bisa terus sama kamu." Rai menatap sendu ben di hadapanya.

Ben terlonjak, apa sebenarnya yang di maksud Kekasihnya ini. "Maksud kamu Rai?, aku gak paham."

"Aku mau kita udahan."

"Hah?."

"Aku mau kita putus."

Bagai di sambar petir, ben tidak menyangka ternyata inilah alasan Rai menangis.

"Kenapa?, aku butuh alasan kamu?," ujar ben meminta penjelasan sejelas-jelasnya kepada permintaan Rai.

"Aku gak bisa terus sama kamu, a-aku suka o-orang lain ben, maaf." Jawab rai dengan wajah yang setengah ditundukan, rai merasa bersalah. Sangat merasa bersalah.

Ben tersenyum, terkekeh dengan ucapan Rai. Jadi selama ini hubungan dia dan Raihanya main-main. Apa arti sebulan dengan-nya tak berarti apa-apa.

Dalam kurun waktu sebulan ben selalu memberikan cinta kepada Rai, namun ternyata Rai tak menerima cinta tersebut. Dia hanya berpura-pura menerima.

"Oke, jika itu kemauan kamu aku gak apa-apa. Lagian cuman sebulan.

Waktu yang terbuang cuman sebulan, it's okey." Ben tersenyum pahit, kenyataan apa ini.

"Ben.. maaf." Ujar rai singkat untuk meminta maaf. Rai tak tahu mengapa ia tak memiliki perasaan lebih untuk ben padahal ia sudah berusaha keras untuk bisa menyukainya.

Sekali lagi ben mengangguk, "gak papa Rai, sekarang mending aku anter kamu pulang ya."

Rai menahan lengan ben yang akan beranjak. "Gausah nganter aku ben." Ujarnya.

Ben tersenyum menatap sendu ucapan Rai. Padahal ia ingin mengantar Rai untuk pulang walaupun status mereka sudah putus. Namun sepertinya kekasihnya, ralat mantan kekasihnya tak mau.

"Yaudah, sana kamu duluan pulang. Aku mau lihatin kamu pulang, jangan lupa kabarin kalo udah pulang.

Kita masih temenankan, dan juga aku masih punya tanggung jawab jagain kamu hari ini. Hari terkhir kita."

Rai hanya tersenyum tipis, dia mengangguk mengiyakan ucapan ben. Sebenarnya Rai sangat merasa bersalah, Apalagi melihat Ben yang setia masih senyum setelah di putus sepihak olehnya.

"Hati-hati di jalan Rai."

Sepertinya Rai adalah orang jahat. Pikir Rai.

***

Ben masih setia di taman, ia duduk di salah satu bangku taman. Sesekali ia menilik ke handphone miliknya hanya untuk melihat chat terakhir dirinya dengan sang mantan kekasih.

Satu jam lalu Rai sudah mengirim pesan bahwa dirinya sudah sampai dirumah.

"Huft, kenapa harus gini sih." Racau Ben, tanganya mengacak-acak rambutnya.

Frustasi, adalah kata yang  menggambarkan diri ben sekarang. Diputuskan untuk pertama kalinya, oleh cinta pertamanya.

Kata beberapa orang, cinta pertama adalah cinta yang sangat sulit di hapuskan dalam ingatan. Itulah yang dirasakan ben, susah sekali menghapus ingatan dirinya bersama Rai.

Akhirnya ben memutuskan untuk pergi dari taman, ia lebih memilih berkeliling kota untuk menenangkan dirinya.

***

Thanks for reading,,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

2UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang