Perempuan berambut hitam gelap itu sejak tadi duduk di meja nomor 14 tanpa ada niat sedikit pun untuk beranjak.
Saka yang sedari tadi menunggu untuk membersihkan meja tersebut lama-lama kesal dibuatnya. Ia sudah dipelototi oleh atasannya karena tidak kunjung mengerjakan pekerjaannya. Padahal sedari tadi ia bekerja tanpa henti, hanya tinggal satu meja saja.
Dengan hati-hati, Saka menghampiri perempuan yang sudah selama 3 jam duduk di sana tanpa menyentuh sedikit pun makanan yang dipesannya.
“Halo, Mbak. Mohon maaf, apa makanan yang disajikan tidak sesuai dengan pesanannya?”
Ia menggeleng. Perempuan itu posisinya menunduk, kalau tidak salah, Saka melihat perempuan tersebut menunduk selama 2 jam. Mungkin saja ia kesakitan dan tidak bisa mendongkakkan lehernya saat ini.
Kemudian Saka sedikit mendekat ke arah perempuan tersebut dan kembali bertanya.
“Apakah ada sesuatu yang bisa saya bantu?”
Perempuan itu akhirnya mendongkak ke arah Saka.
Cantik.
Adalah kata yang tepat untuk menggambarkan paras perempuan tersebut. Meskipun kalau dilihat, keadaan perempuan tersebut sudah jauh dari kata itu.
Matanya terlihat merah dan sembab. Terlihat seperti sudah menangis. Make Up nya pun terlihat sudah berantakan, terlihat dari hidungnya yang sudah merah karena–sepertinya–dilap terus memakai tisu.
Lucu.
“Mas...”
Saka terdiam. Ia bingung harus merespon bagaimana. Ia juga tidak tahu apa sebab perempuan itu menangis. Saka hanya menatap perempuan tersebut tanpa berniat untuk mengatakan apa-apa lagi.
“Mas, jangan usir saya dulu... Saya lagi patah hati.” Perempuan itu kembali bersuara. Air matanya jatuh lagi, Saka melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.
Saka menundukan kepalanya pelan, sedikit iba karena perempuan di depannya terlihat pilu. Ia juga tidak pernah melihat orang lain menangis, baru kali ini ia melihat orang lain menangis di depannya, dan dia adalah seorang perempuan.
Saka bingung harus merespon bagaimana. Akhirnya, yang Saka lakukan adalah membungkukan badannya dan berniat kembali ke tempatnya.
Namun sebelum itu, sebuah kalimat menghentikan gerakannya.
“Mas... mau jadi pacar saya gak?”
Dan saat itu, adalah degupan jantung paling ricuh pertama kali yang Saka rasakan.
Untuk seorang perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine [KJI]
Short StorySaka, adalah seorang laki-laki yang bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran terkenal di Jakarta. Ia terbilang masih muda, umurnya baru sekitar 24 tahun. Sepanjang hidupnya, ia mengaku belum pernah merasakan apa itu cinta. Ia bahkan berani bersump...