PART 4 (END)

563 48 11
                                    

Happy lalu terbang membawa Natsu. Mereka pergi ke tempat Lucy berada saat ini, halaman belakang gereja di tengah kota Magnolia. Bersemayam batu nisan dengan bunga layu bertebaran disekitarnya. Tertulis nama 'Lucy Heartfilia' di batu nisan tersebut.

Sesampai disana, Natsu langsung berjalan pelan kearah batu nisan itu. Badannya terhuyung-huyung seperti akan jatuh. Wajahnya masih pucat dengan tatapan mata yang kosong. Ia kemudian berdiri sebentar lalu bersimpuh tepat di depan batu nisan Lucy. Tangannya terangkat mengelus nama 'Lucy Heartfilia' di batu itu.

"Hai, Lucy? Apa kabar?" Ucap Natsu lemah.

Tidak ada jawaban.

"Haha kenapa kau tidak menjawabku?"
Natsu tertawa lemah sambil terus mengelus batu nisan.

"Hei, kau tau. Aku tadi bekerja dan gajiku cukup untuk membantumu membayar iuran sewa mu. Aku baik kan? Aku bahkan mengunjungimu kerumah. Berharap kau masih mandi dan kemudian mengomel padaku karena memasuki rumahmu tanpa izin. Kau itu pemarah sekali sih. Haha."

Hening. Hanya ada suara burung berkicau dan semilir angin menghembus.

"Aku ingat saat pertama kita bertemu. Kau memberikanku traktiran makan sepuasnya. Padahal aku tak melakukan apapun padamu. Kau juga tak ingin tanda tangan Salamander palsu itu. Kau ini, terkadang aneh ya Lucy." Ucap Natsu mengingat masa lalu.

"Saat ke gunung hakobe yang bersalju saja pakaian mu tipis sekali. Padahal harusnya kau tau kalau disana itu dingin ."

"Ne Lucy. Aku rasanya ingin tertawa saat ingat kau pernah menjadi ikan besar dan hampir jadi santapan happy. Kau tau, happy senang sekali kau jadi ikan."

Happy bahkan tak tertawa mendengar celotehan Natsu, ia terlalu sedih untuk tertawa.

"Padahal.. aku berjanji untuk melindungimu. Aku berjanji akan menjagamu. Aku berjanji akan tetap bersamamu. Aku sudah berjanji pada dirimu di masa lalu bahwa aku akan bersamamu Lucy." Natsu menunduk. Ia tak mampu menatap batu nisan Lucy.

"Aku sudah gagal. Apa lagi yang kuharapkan. Aku tidak tau lagi harus bagaimana. Bahkan.. aku.. yang membunuhmu kan Lucy." Ucap Natsu getir, ia tidak sanggup lagi.

Happy terkejut dan menatap Natsu. 'Dia ingat semuanya' ucap Happy dalam hati.

"Kenapa.. kenapa saat itu kau merentangkan tanganmu padaku." Air mata Natsu kembali mengalir.

"Kenapa.. disaat uap panas itu menerjangmu, kau tetap berjalan ke depan." Natsu mengusap air matanya, namun tetap tidak berhenti.

"Kenapa, kau mendekatkan dirimu saat aku menusukmu. Kenapa Lucy? KENAPAAA?!!" teriak Natsu kemudian. Tubuhnya hampir saja terjatuh.

"Aku tidak pantas berada di depanmu saat ini Lucy. Aku tidak pantas menyentuhmu. Aku bahkan tidak pantas bicara apapun padamu. " Ucap Natsu dengan tangis yang tidak mau berhenti sebanyak apapun dia mengusapnya.

"Happy, bisakah kau pergi sekarang? Aku tidak ingin kau disini." Ucap Natsu dingin pada happy, tanpa mengarahkan matanya pada happy.

"Tapi natsu-"

"PERGI!" Teriak natsu.

Happy kemudian terbang menjauh. Membiarkan Natsu berdua saja dengan pusara Lucy.

"Kau tau Lucy. Saat kau datang kehadapan ku saat itu. Jiwaku memberontak. Hatiku panas. Air mataku mengalir, namun menguap karena panasnya api di tubuhku."

"Saat itu aku ingin berteriak. 'jangan dekati aku Lucy, tinggalkan aku'. Tapi suaraku tak keluar. Dan kau masih saja berjalan mendekatiku." Diusapnya pusara Lucy dengan lembut, seakan Lucy ada di depannya sekarang.

"Saat kau memeluk ku. Panas yang kau salurkan padaku bahkan lebih panas dari api manapun. Rasanya apimu bahkan mengalahkan apiku. Kau membakarnya tepat di hatiku, Lucy." Natsu menatap nanar batu nisan itu. Ia menyentuh dada kirinya yang sakit saat mengucapkan itu.

"Saat kau.. bilang mencintai ku. Kepalaku langsung kosong. Aku tidak tau apa yang kau katakan. Semuanya berubah putih Lucy. Buram. Namun beberapa saat kemudian aku dapat melihat wajahmu. Melihat senyum hangatmu. Melihat air matamu. Walaupun saat itu rambutmu hampir terbakar habis. Kulit kepala dan tubuhmu yang melepuh. Darah yang mengalir di seluruh tubuh juga keluar dari mulutmu. Semua itu jelas kulihat." Dahi Natsu berkerinyit. Pusing yang sangat menyerangnya tiba-tiba. Ia memijitnya sebentar lalu kembali menyentuh batu nisan Lucy. Natsu berusaha tersenyum dan memberi tatapan lembut di depan batu nisan Lucy. Ia tak mau membuat Lucy khawatir di sana.

"Saat kau menciumku. Aku sadar sepenuhnya. Rasa manis itu hadir mengalir ketubuhku. Seluruh tubuhku yang mati rasa bangkit. Mataku terbuka lebar. Dan semua terlihat sangat jelas. Lucy. Kau begitu cantik walau keadaanmu hampir hancur seperti itu. Tapi.. Lucy.." Natsu tak mampu lagi, air mata yang terus mengalir sedari tadi sudah kehabisan air matanya. Badannya terasa panas kembali.

"Aku masih bertanya padamu Lucy. Kenapa kau mau datang menyelamatkanku? Kenapa kau tidak meninggalkanku saja? Kenapa kau tidak pergi dan hidup bahagia dengan pasangan mu nanti di masa depan? Kenapa? Kenapa kau harus mencintaiku Lucy?" Ucap Natsu dengan suara yang hampir habis. Natsu lalu mendekatkan dirinya pada batu nisan Lucy, mengecupnya lama. Menyalurkan seluruh hatinya pada Lucy seakan ia berada di hadapannya. Air matanya yang kering tak mampu lagi untuk keluar.

"Aku.. bahkan tidak mengatakan jawabanku atas pernyataanmu kan lucy? Ya ampun. Pria macam apa aku?" Ucapnya parau dengan sedikit tertawa. Natsu melepas syal putih pemberian Ayahnya dan melilitkannya di pusara Lucy.

"Kurasa sudah cukup. Ini saatnya. " Ucap Natsu. Senyumnya mengembang. Kakinya yang lemas berusaha untuk menapak diatas tanah.

Natsu berdiri dengan terhuyung-huyung di depan pusara Lucy. Senyum teduhnya terpasang di wajahnya yang memucat.

"Lucy. Kali ini, aku tidak akan gagal lagi." Ucap Natsu dengan senyum yang masih setia di wajahnya yang pucat. Tangan kanan nya yang kini kurus itu mengangkat tepat di depan dada kirinya. Mana yang masih ada ditubuhnya mengalir ke tangan kanan nya. Membiarkan cahaya api itu menyinari sekitar pemakaman belakang gereja yang mulai gelap. Sudah malam, namun Natsu masih tak ingin pergi dari sana.

"Kau tau.." ucap Natsu dengan cengiran khasnya.

"Aku juga mencintaimu, Lucy."
'JLEBB'
Lalu tangan dengan api itu menikam tepat di jantungnya.

Mata Natsu memberat. Rasa sakit di dadanya mulai muncul. Kini ia hanya merasakan hangat darahnya mengalir keluar, dan tubuhnya yang mulai dingin.

Matanya sudah mulai kehilangan cahaya nya. Dan kelopak itu perlahan menutup. Namun senyum diwajahnya tidak menghilang.

"Kita.. akan bersama.. Lucy"

'Bugh'

Tubuh Natsu terbaring tepat di depan pusara Lucy, dengan darah yang mengalir membanjiri tubuhnya.

Happy yang baru saja kembali untuk memeriksa keadaan Natsu terkejut bukan main, ia segera mendatangi Natsu. Namun terlambat. Natsu, sudah pergi menyusul Lucy.

FIN

I'll Be With UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang