prolog

12 3 0
                                    

Bagian 1: Culik aku dengan pesawat kertasmu.

Namaku, Alina kepanjangan dari, Alina Putriani seorang perempuan yang  kebiasaan mengkhayal bisa pergi ke mars dengan pesawat kertas yang ku lesatkan dari atas gedung melintasi sinar senja yang mulai memudar terbawa gelapnya malam.

Sejak kecil aku selalu bermimpi menjadi seorang astronot, bukan karena aku ingin menjadi perempuan yang bisa mengelilingi antariksa dengan bebasnya lalu ku unggah di sosial media lalu banyak di perbincangkan oleh kalangan mahluk bumi dan diundang oleh acara hitam putih. Atau aku pamerkan kepada teman-teman ku karena keberhasilan ku ini, bukan, bukan karena itu, tidak lain alasan ku adalah ingin kabur dari planet yang sering membuatku kesal ini yang setiap harinya membuatku ingin terbang dengan pesawat kertasku mencari planet lain untuk ku singgahi.

                                     🚀

Aku menyumbat telinga-ku dengan earphone lalu ku klik tombol dari hp-ku yang berlabuh kedunia musik dari sekian banyak musik, kupilih vow (alternate version.) Aku mulai mengayunkan sepeda ontel ku yang ku beri nama mocha, yang sudah 21 tahun menemani ku, walaupun sudah berkarat dan sudah berkali-kali kubawa ke bengkel dan satu kali ku bawa masuk kamar dan dua menit kemudian bunda mengomel karena membawa Mocha tidur bersamaku sejak hari itu aku tidak lagi tidur bersamanya.

Aku berjalan-jalan mengelilingi kota jogja dengan senyuman yang menghiasi wajah ku walau semua itu cuma topeng untuk menutupi kedok ku. Aku menyapa pedagang kaki lima yang berlalu lalang disekitarku.

"Pagi, Mang...!" seruku menyapa tukang es cendol langganan ku sambil terus menggowes sepedaku dengan santainya aku menghabiskan aktifitas ku untuk berjalan-jalan mengelilingi kota ini walau sudah ribuan kali, tapi tetap terasa menyenangkan. Disela-sela kegiatan  ku, aku mengistirahatkan diriku diatas gedung tua yang sudah terbengkalai sambil menutup mata dan merentangkan kedua tanganku, biarkan semua masalah dan beban terhempas terbawa angin layaknya daun kering yang tertiup angin.

Tak terasa waktu sudah mulai sore aku melesatkan pesawat kertasku yang bertulis 'kan, "Tolong culik aku ke mars!" di sayap kanannya.

Satu jam kemudian tepatnya jam 15:23 aku sampai di gerbang rumah dan aku melihat mobil hitam, merek mitsubishi yang sedang terparkir dihalaman rumahku dan benar saja, dugaanku, itu mobil Devan, tunangan ku. Mau apa dia kesini? Mau ngajak jalan-jalan atau ngajak ribut?

"Tuh, Alina baru pulang..." ucap bunda kepada Devan dan menunjuk kearahku, Devan menoleh dan langsung menghampiriku dan mencium pipi kiri dan kananku sebagai tanda rindu katanya.

PREET!!!!

Aku cuma tersenyum di depannya walau sebenarnya aku terasa malas kalo ada di hadapannya, karena jujur aku berhubungan dengannya bukan karena aku benar-benar mencintainya tapi karena kita dijodohkan oleh orangtua kita, dan waktu itu dengan lugunya cuma mengangguk-angguk polos dan dengan cerobohnya menerima perjodohan ini walau sebenarnya aku ingin sekali menolaknya, tapi aku tidak bisa, karena takut menyakiti orangtua ku yang selalu menjadi menopang saat badai menerpa- ku.

Keesokan harinya aku kembali memulai aktivitas ku dan tidak lupa memakai masker doraemon, karena aku suka doraemon. Lalu aku memasuki kafe tongkrongan ku sendirian karena aku sudah lama tidak nongkrong dengan teman-teman ku karena sibuk dengan pekerjaan nya masing-masing beda denganku yang masih menganggur padahal usiaku sudah menginjak 23 masih luntang-lantung sendirian tidak jelas.

Aku duduk dikursi dekat jendela biar bisa melihat orang-orang berlalu lalang disekitar jalan lalu tidak lama kemudian datang seorang pelayan sambil tersenyum dan menanyakan,

"Mau pesan apa mbak?"

Mbak? Anda kira saya udah tua bangka apa, di panggil mbak mbak...

"Saya pesen, mocha satu sama nasi uduknya, jengkolnya dibanyakin sama krupuk nya, dan jangan dikasih sambel." jawabku dengan lugunya.

"Maaf mbak ini kafe bukan warteg." sahut pelayan itu agak bikes."Kalau mbak mau pesen nasi uduk silahkan beli di warteg aja."

Eh?

"Bercanda mbak, yaudah saya pesen, mocha aja satu." sahutku balik cengengesan, aku lupa ini kafe bukan warteg maklum lah watak wong ndeso.

"Maksud mbak itu moka?" tanya pelayan itu bingung.

"Mocha..."

"Iya moka."

"Ihh mocha mbak bukan moka...!" kekeh ku dengan agak greget.

"Iya, mbak mocha itu dibacanya moka! Mbak belajar bahasa inggris nggak sihh waktu sekolah?"

Aku bukan gak bisa cuma sering ketiduran pas guru nerangin karena gak paham ngomong apaan, daripada ambil pusing mendingan bocin.

"I-iya, Mbak." Baperan banget sih tuh
pelayan bikes aku jadinya. pelayan itu langsung pergi setelah ku iyakan, daripada ribet.

Aku toleh sekeliling ku ternyata semua orang disini lebih suka minum Almond Brulle daripada mocha. Padahal mocha juga enak tapi kenapa mereka lebih suka Almond Brulle. Apa karena mereka lebih suka memesan pesanan yang lagi ngetren saja di sosial media?

Lalu ku rentangkan kedua telapak tanganku sambil menutup mataku dan berdoa dalam hati.

Semesta bila ada seorang perempuan yang memesan mocha maka aku berjanji akan kujadikan sahabat terbaik ku dan jika dia laki-laki akan kujadikan dia menjadi orang yang berharga.

Krining...

Suara ronceng berbunyi bertanda seorang pelanggan masuk lalu aku segera menoleh dan terlihat seorang pria tampan dengan baju kotak-kotak bernuansa merah yang sedang berusaha duduk dan memesan kepada pelayan.

Hah...! Palingan pesen Almond Brulle. Aku kembali meluruskan pandangan ku.

"Saya pesen moka nya satu."

JE DERR!!!!

tiba-tiba badai angin menerpa kota jogja bersama petir yang menyambar mataku membulat badanku membeku, mana mungkin semesta menganggap serius ucapanku tadii... Oh, semesta tolong tarik ucapanku tadi aku cuma iseng mengatakannya tidak benar-benar menginginkan nya.

Setelah ku toleh kembali pria itu tiba-tiba sudah meninggal kan kafe ini ku tau karena suara lonceng yang kembali berbunyi. Aku segera bergegas meninggalkan kafe untuk mengejar orang itu bersamaan dengan seorang pelayan yang datang membawa pesananku, membuatnya bingung karena aku sudah tidak ada dari sana.

"Lho kok mbak tadi gak ada?" tanya pelayan itu bingung.

#sekian dulu yah teman-teman kalo ada kesalahan dalam menulis maklumi karena saya masih belajar dan masih memula tolong kasih komen dan votenya biar aku lebih semangat nulisnya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

White Room [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang