Semuanya terjadi pada bulan April, bulan favoritku. Hari itu adalah musim semi yang menenangkan, bertepatan dengan waktu mekarnya bunga sakura, hari yang sama saat aku melihatmu untuk pertama kali.
Saat itu, aku sedang berdiri di dekat pohon sakura sembari menutup mata—hendak merasakan nyanyian angin dan sakura yang bersahutan. Namun hal itu tak berlangsung lama, sebab aku memutuskan untuk membuka mata karena suara kamera yang agak mengusik.
Ternyata, di sana ada kau yang sedang sibuk memotret bunga sakura. Dalam sekejap, manik mata kita beradu dan waktuku seolah berhenti.
Aku lantas memalingkan wajah. Kau pun melakukan hal yang sama. Matamu kembali fokus ke bunga sakura. Aku pun sama sekali tak ada niat untuk berpindah tempat, karena entah mengapa mataku selalu mencari-cari cara untuk bisa mengarah padamu.
Kupikir, aku adalah seseorang yang sedingin es pada musim dingin, tapi senyumanmu yang sehangat musim semi itu seolah menjadi saksi bahwa pertemuan tak selalu berujung dengan sebuah perkenalan. Karena sungguh, menyapa seseorang di antara keramaian orang yang sedang menikmati bunga sakura itu bukanlah gayaku.
Tapi hei, meski begitu, aku bersyukur dapat dipertemukan denganmu pada musim semi. Kalau boleh, aku harap, pada musim yang akan menyapa kita esok lusa, aku mendapat satu kesempatan untuk bertemu denganmu lagi. Dan bila hari itu sungguh tiba, kupastikan akan menyapamu, mungkin dengan sebuah senyuman yang berlanjut dengan kata sapaan.
"Hai."
---
foto bunga sakura oleh kim wonpil
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Narasi
Short StorySekumpulan cerita untuk menemani hari kalian. "Ruang Narasi" Kumpulan cerita pendek oleh thymesya © 2020 by thymesya