Dimana semuanya berawal....
Sebuah negeri yang damai, tenang, dan tentram. Ada sebuah Raja yang memimpin negeri itu dengan sangat bijaksana dan baik hati.
Dengan seorang Ratu yang setia disisinya, dan ketujuh orang puteri yang sangat cantik dan baik hati.
"Ayo cepat" ucap seorang puteri sambil menarik lengan saudaranya dan berlari lorong istana.
Mereka semua nampak berlari sambil tertawa kecil bahagia. Hanya ada kebahagiaan disana.
Mereka berlarian, tak perduli dengan beberapa peraturan yang ada disana.
"Inikan masih terlalu pagi" ucap yang satunya. Puteri Lucy, si bungsu.
"Karena masih pagi, kita pergi tidak akan ketauan" jawab anak ke enam. Alice.
Mereka berlari menuju keluar istana, mereka tau akan ada penjaga. Jadi mereka menyamar sebagai seorang prajurit.
Setelah terlolos dari beberapa penjaga, akhirnya mereka bisa menikmati suasana pagi yang masih dingin menusuk tulang mereka.
Mereka melihat kearah pemukiman dan istana. Dari kejauhan hanya nampak istana yang seperti di kelilingi oleh bintang bintang. Tapi sebenarnya itu adalah cahaya dari rumah rumah warga yang ada disana.
"Indah" ucap puteri Viola. Si sulung.
Semuanya menatap kagum dan takjub apa yang mereka lihat.
"Rasanya aku ingin terus menjaga kedamaian ini" ucap Aerith, anak kelima.
"Benar" ucap sera menambahkan.
Angin menerpa setiap rambut mereka, meskipun seorang puteri bangsawan. Tapi mereka selalu melakukan latihan layaknya seorang prajurit perang.
"Kalian pergi lagi ternyata" suara seseorang membuyarkan ketujuh gadis itu.
Mereka menoleh dan ternyata mendapati empat laki laki disana.
"Pangeran Felix" ucap puteri Viel yang sedari tadi terdiam.
Keempat laki laki itu tersenyum menawan melihat mereka yang terlihat terkejut dengan kehadirannya dan yang lain.
"Bagaimana jika jadinya raja tau, kalau anak anak mereka selalu pergi begini?" ucap Aslan membuat kegelisahan terlihat di raut ketujuh gadis itu.
Aerith maju beberapa langkah mendekati keempat pangeran itu. Lalu ia mengeluarkan pedangnya dan mengarahkannya kepada keempat pangeran.
"Bagaimana jika kita bertarung, jika aku kalah. Kau boleh memberi tahu raja tentang hal ini dan—"
"Aeris, kau bilang apa?!" teriak sang Kaka.
Yaa, Aerith sering di panggil dengan Aeris sejak kecil oleh kaka kakanya.
"Jika aku menang, kau harus mengikuti semua kemauanku. Bagaimana?" tanya Aerith sambil memberikan senyum menantang.
Ducan maju beberapa langkah, sama sekali terlihat santai.
"Aku tau kau pandai menggunakan pedang puteri Aeris, tapi untuk kali ini aku sedang tidak ingin melawanmu. Jadi cepatlah kalian pulang. Karena keadaan sedang genting" ucap Ducan sambil menarik tangan Aerith untuk kembali ke istana.
Semuanya saling tatap, dan setelah itu berjalan mengikuti Ducan dan Aerith yang sudah pergi terlebih dahulu.
"Ada apa memang?" tanya Ana penasaran.
Yang di tanya tidak menjawab, membuat Ana kesal.
"Kau tau aku ini siapa?" tanya Ana dengan nada sedikit naik.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Tale of Legend wolf
FantasyBagaimana jika sebuah legenda menjadi sesuatu yang nyata. sebuah cerita lama yang turun temurun menjadi legenda, kini menjadi nyata dan teralami oleh beberapa orang. libur akhir tahun, beberapa pemuda memutuskan untuk mengisi libur mereka dengan per...