Hai ini cerpen pertama gw, yang diambil dr pengalaman pribadi org2 disekitar gw. the simple story tapi mesti kamu baca hikmahnya...lets go
Amie dan Dendy sangat dekat, hubungan mereka nggak bisa dibilang sohib soalnya saling memanggil dengan kata “sayang”. Setiap hari dua anak itu bertemu di sekolah, satu kelas lagi. mereka sering duduk bareng kalau belajar, pokoknya dekat banget. Akhirnya liburan semester dimulai, tapi sudah lima hari Dendy nggak sms Amie lagi, padahal hampir tiap hari Dendy sms sekedar tanya lagi apa? sudah makan? Atau laporan kalau dia lagi BT Amie jadi merasa kehilangan Dendy.
“Nisa, kabar Dendy gimana?” Amie bertanya ke Nisa sohib Dendy yang juga tetangga dan teman sekelasnya.
“Dendy? Dia baik-baik aja.” Nisa tampak mengerutkan dahinya.
“Gue pikir dia kenapa-napa, soalnya sms gue nggak dibalas telpon juga nggak diangkat.”
“Masa sih? Dia malah sering sms dan nelpon gue. Tadi pagi gue lihat dia nongkrong sama Dani.” Nisa semakin bingung.
“Oh, mungkin dia lupa sama gue, maklum libur.” Amie tersenyum hambar.
Saat di rumah Amie tampak bingung, dia duduk merenungkan diri di teras rumahnya yang asri.
“Apa gue tanya langsung ke dia kenapa nyuekin gue?” Amie bergumam sendiri, “Tapi apa hak gue kesel dicuekin? Itu kan hak dia, hubungan gue ma dia juga nggak jelas.” Amie mengurungkan niatnya. Minggu malam saat pasar malam Amie dan Nisa jalan bareng dan kebetulan bertemu Dendy dan Dani di lapak aksesoris.
“Hai Den…” Amie menyapa Dendy dengan tersenyum. Tapi reaksi Dendy diluar dugaan dia hanya menoleh sekilas lalu menyapa Nisa.
“Hai Nisa, lama nggak ketemu, kelihataannya sehat-sehat aja ya”
“Yup, gue sehat walafiat kok, liburan gini gue malas nongkrong, pengen istirahat di rumah.” Nisa tersemnyum manis.
“Hmm… Gue pikir lu keluar kota, gue bareng Dani. Tuh dia lagi sibuk sendiri” Dendy menunjuk ke arah Dani yang cuek. Amie diam dia tidak berkata apa-apa.
“Mie? Kok diem aja?” Nisa menyentil Amie yang bengong.
“Ya udah, Nisa gue duluan ya…” Dendy berjalan meninggalkan Nisa yang mengangguk dan Amie yang melongo. Setelah beberapa detik suara Dani cukup mengagetkan mereka.
“Amie? Gila gue kira siapa? Lo! mana Dendy?” Dani yang dari tadi sibuk cari aksesoris sadar kalau ada Amie di belakangnya.
“Hai Dani. Err… Sorry ya, gue tinggal dulu. Nisa, lu cari aksesorisnya bareng Dani aja, gue kebelet.” Amie tiba-tiba melesat pergi. Dia berjalan cepat dikerumunan dan matanya menemukan apa yang dia cari. Dendy.
“Dendy tunggu.” Amie menarik tangan Dendy. Tapi cowok itu menepis tangannya.
“Kenapa lu cuekin gue?.”
“Maaf, gue malas ngomong sama elu.” Dendy berkata dingin.
“Lu kenapa sih Den? Aneh banget!”
“Tanya sama diri lo sendiri, cewek ke geer’an.”
“Hah? Gue bener- bener nggak ngerti, maksud lo apa? gue kegeeran apa?” Amie tampak kesal, Dendy menarik Amie jauh dari kerumunan.
“Terus terang, gue malas banget ngomong sama elu, gue nggak nyangka hubungan kita disalahartikan sama elu, ternyata elu sama aja kaya cewek laen. Kegeer’an! Gue seneng bareng lu, karena gue ngerasa nyaman, kita nyambung…” Dendy menggantung kata-katanya.
“So….?”
“Mulai hari ini, lu nggak perlu negur gue, gue paling benci cewek pembohong. Lu cerita kemana-mana kalau gue naksir mati-matian sama elu, ngejar-ngejar elu lah dan dengan angkuh lo bilang, gue cuma fans dan nggak selevel sama lu.”