"Jangan meremehkan musuh yang kita sama sekali belum tau kemampuannya!"
- Freya
-----
"Dor!""Argh!"
Bugh
"Argh!!"
Bugh
"Argh!!!"
"Sshhh!"
Seorang pria dikeroyok oleh tiga preman berbadan besar. Salah satu preman tersebut telah menembak lengan pria itu—menjadikan lengannya mengeluarkan banyak darah segar.
"Sshhh!" Hanya rasa sakit yang dapat pria itu rasakan, lengannya panas, tubuhnya remuk. Darah mengalir deras, menjadi sebuah genangan air merah di jalanan sepi itu.
"Ayo bangun!" teriak preman yang kepalanya gundul. Temannya yang berambut kribo menarik paksa pria itu untuk berdiri, pria itu hanya menurut karena keadaan tubuh yang sudah lemas seakan sebentar lagi nyawanya akan terpisah dari raganya.
Bugh
Satu pukulan lolos mengenai perut pria itu. Ia terpental 5 meter, yang tadinya dipaksa berdiri menjadi tidur tengkurap tak bergerak. Napasnya mulai terengah-engah, matanya sudah sejak tadi terpejam.
"Kita bunuh aja sekalian bos!" Saran preman berbadan gempal, ia mempunyai tahi lalat besar di pipinya, baru saja ia menyentilnya.
"Ya, jangan habisin peluru kita buat cowok sok kayak dia. Gebukin sekali lagi, gue yakin dia udah terbang di alam baka," ujar si preman gundul.
"Oke bos!" Preman kribo hendak menarik kerah pria itu, namun suara nyaring menghentikannya.
"Berhenti!" Suara cempreng ini berasal dari belakang para preman tepat di perempatan jalan. Ketiga preman itu saling tatap, lalu memberi isyarat dengan senyum smirk yang mengembang.
"Nggak usah ikut campur neng kalau nggak mau mati!" seru si preman kribo.
"Kalau gue pengen ikut campur gimana?" tanya gadis misterius itu, wajahnya tak kelihatan jelas seperti munculnya tadi yang juga tak jelas dari mana.
"Ya lo bakal nyusul mati sama cowok sok ini!"
"Coba aja!" kata gadis itu santai, ia berjalan mendekat. Tangannya ia masukkan di saku hodie hitamnya.
Berjalan anggun layaknya seorang putri raja, ia tak takut dengan tiga preman di depannya. Saat jaraknya terpaut 3 meter dengan preman itu, ia kembali memancing emosi para preman dengan mengeluarkan kacamata berwarna hitam—memakainya dengan penuh pesona.
Gadis itu mengeluarkan senyum smirknya, "Jangan liatin gue lama-lama ntar jatuh cinta. Gue nggak mau tanggung jawab, soalnya kalian pada burik-burik."
"Hey!"
"Fakta, masa nyerang pake senjata. Nggak gentle banget."
Preman itu menjatuhkan pistolnya, "Sekali tonjok udah klenger dia bos!"
"Jangan ngeremehin musuh yang belum tau kemampuannya, nggak baik."
"Kelamaan ahh! Kasih sikat bos!"
Bugh
Satu tonjokan berhasil ditangkis oleh gadis itu. Ia melintir tangan preman yang tadi ingin menonjoknya. Lalu menendang pantat preman itu. Tak terima temannya mencium aspal, kedua preman maju bersamaan. Memberi gebukan, tonjokan, disusul tendangan. Untungnya gadis itu bisa mengatasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assignment (Hiatus)
General Fiction"Fey janji akan segera nuntasin ini, Pa. Ini adalah tugas pertama Fey dan Fey nggak bakal ngecewain papa." "Ingat ini Fey!" "Tugas dari papa adalah prioritas utama Fey." Freya Lionarra Dewata, gadis cantik dengan segala kemisteriusannya yang kini me...