PROLOG

348 67 3
                                    


Seorang pria bersurai raven dengan jirah perang penuh lumuran darah berjalan dengan tertatih-tatih lalu terduduk di bawah pohon dengan erangan kesakitan.

Setelah menancapkan pedangnya ke tanah. Ia membuka jirah perangnya yang nampak agak hancur itu dengan pelan, lalu meringis saat melihat luka menganga di bawah perutnya. Ia merobek sedikit kain celananya yang panjang. Lalu melingkarkannya ke perutnya menutupi luka menganga itu.

Angin malam berhembus, raungan serigala dan hewan-hewan malam membuatnya tak bisa memejamkan mata. Ia masih berada di dalam hutan belantara ini. Hewan liar bisa saja menerkamnya saat ia lengah. Ia tidak ingin mati konyol dulu, sebelum kembali menyingkirkan para lintah Putra Mahkota.

Suara langkah kaki samar ia dengar, tangannya meraih pedangnya dengan waspada ia menatap ke asal suara itu.

Seorang gadis muncul membuatnya mengernyitkan alisnya, saat sinar bulan menyinari tempatnya berteduh. Ia bisa melihat surai merah muda dan netra hijau sang gadis. Gadis itu menghentikan langkahnya lalu membulatkan matanya terkejut melihat pria itu dalam kondisi terluka parah.

Pria itu mengacungkan pedangnya dengan tatapan dingin, "Kau dikirim Putra Mahkota?"

Gadis itu memiringkan kepalanya dengan tatapan bingung. Pria itu mendecih lalu dengan gesit ia melompat ke belakang gadis itu lalu mengarahkan pedangnya tepat pada leher gadis itu, "Kau di perintah olehnya kan?"

Tiba-tiba auman serigala dan angin kencang membuatnya terhuyung mundur hingga jatuh ke tanah. Iris jelaganya menyipit hingga angin kencang itu berhenti, serigala putih keemasan muncul melindungi gadis itu. Ia membulatkan matanya terkejut, apa yang terjadi?

"Arthur, aku tak apa. Jangan serang dia. Dia sedang terluka." Suara lembut gadis itu membuat serigala emas itu menggeram rendah lalu mundur selangkah dan gadis itu terlihat tersenyum menatapnya yang kini tertegun.

"Siapa kau?" Tanya pria itu

Gadis itu duduk menyamakan tingginya dengan pria itu, saat tatapan mereka satu sama lain terpaku gadis itu mengulas senyum.

"Sakura, Arthur Dwein Sakura."

Pria itu mengerjapkan matanya lalu tersentak saat gadis itu menyentuh perutnya, ia akan membentak jika saja tak melihat tanda kuno di tangan gadis itu menyala dan merasakan keanehan pada tubuhnya. Tubuhnya terasa ringan dan tak lagi sakit di area tertentu. Ia mendongak menatap gadis yang kini menjauh darinya dengan roh serigala emas di belakang punggungnya yang setia mengawasi sekitar.

"Arthur?" Gumamnya.

.
.
.

Kerajaan Luvion gempar dalam semalam. Putra Mahkota di jatuhi hukuman mati setelah terbukti melakukan pemberontakan dengan percobaan membunuh Raja dan para pengikutnya untuk mengambil alih tahta.

"Aku sudah menduga ini akan terjadi. Dia memberontak setelah tau posisinya akan di geser Raja untuk Pangeran kedua." Kata Wakil Komandan Black Chester, Count Rubish Sai.

Bunyi gemerisik hujan di luar tidak cukup menarik perhatian pria bersurai raven yang sedang termenung memikirkan sesuatu. Hal itu tak luput dari mata para pengikutnya,

"Komandan seperti orang yang sedang patah hati." Bisik Ksatria bersurai coklat jabrik pada Wakil Komandan.

"Sejak kemarin dia juga begitu. Apa ada gadis yang membuatnya patah hati?" Timpal Ksatria lain.

"Ceh. Mana mungkin. Memangnya ada Lady yang tak tertarik dengan pesona Komandan kita hah?"

Sai mengangguk sepaham dengan mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang