🌺 CHAPTER III 🌺

32 5 10
                                    


"Pagi anak-anak!"
"Pagi buuuk~"

Ini mata pelajaran pertama di hari Kamis, Matematika. Pagi-pagi udah bikin otak panas. Tapi bagi Zee, ini hanyalah pemanasan.

Gaya lu ye Zee

"Hmmmm, baik anak-anak. Minggu kemarin kita sudah ulangan harian bukan?" Tanya buk Moza yang sudah duduk di singgasana-nya.

Suasana kelas menjadi horor. Lebih horor daripada waktu ulangan minggu kemarin. Kenapa? Karenaaa, buk Moza akan menyebutkan satu persatu nilai siswanya. Jika siswa yang nilainya dibawah 78, buk Moza membawa mereka ke depan untuk diajarkan dengan lebih mendalam dan lebih fokus. Sebenarnya bagus kan seperti itu? Tapi, kebanyakan mereka merasa dipermalukan seperti itu.

"Seperti biasa, nama di awal yang ibuk sebutkan adalah siswa yang remedial. Bayu 10, Kianu 10, Reza 15, Meta 20 Ahmad 40, Reyvan 40, Laura 45, Clara 45, Vanessa 75. Silahkan maju ke depan!" Untuk hari ini ada 9 korban. Biasanya Vanessa ga masuk anak remedial sih, mungkin dia khilaf.

Laura? Dia mah langganan remedi.

Setidaknya gue ga di bawah Bayu.
-Laura

Eits, jangan salah. Yang diatas itu bukan sekedar apa-apa. Itu motivasinya Laura. Yang bikin Laura semangat terus kalau liat buk Moza.

"Ra, sumpah. Lu lagi?? Lu ga belajar?"
"Ga paham gua Zee. Udah deh ah, tuh buk Moza liatin gue terus. Misi mau lewat" Zee pun memberi jalan teman sebangkunya ini untuk lewat.

"Kalian ini yaaa. Bayu, Kianu, Reza, Reyvan, Ahmad! Bisa bagi waktu kalian? Jangan sibuk main basket sama bola teruuus. Matematika juga penting ya nak... Setidaknya kalian tau dasarnya saja. Tapi ini enggak. Laura, cewek yang langganan terus loh sama ibuk. Kenapa ya? Kamu suka banget ya sama cheerleader? Tapi liat, Nilla sama Jean gak pernah remedial. Kamu kenapa?..................." Ceramah buk Moza untuk mendidik karakter muridnya memang lama. Bisa menghabiskan satu jam pelajaran. Anak-anak yang aman malah asik mengobrol.

Mata pelajaran matematika 30 menit lagi akan berakhir. Laura pun sudah disuruh kembali ke tempat duduknya.

"Baik, sebelum ibuk keluar. Ibuk juga mau mengumumkan siapa yang nilai nya tertinggi"
"Hm, baik. Reni 90, Zahra 90, Putra 90, Audrey 92, Brian 95, Jihan 97, Andi 98. Dan yang seratus ada dua, bukan hanya kamu ya Zaiteena..."

Sontak semua orang terbelalak. Siapa juga yang bisa nyamain Zee?? Di matematika?? Andi? Bukan, Andi kan tadi 98.

"Zaiteena dan Abyzar, selamat ya. Awalan yang bagus Aby! Baiklah, ibuk keluar dulu. Selanjutnya buk Ghea kan? Ibuk akhiri pertemuan kita kali ini, terimakasih semuanya"

Langsung saja semua cewek di kelas menatap Aby. Kali ini, semuanya! Zee juga menatap Aby. Zee menatap sipit Aby. Sedangkan Aby masih dengan dinginnya membaca buku.

"Gila, keren banget ya Aby, Zee. Coba deh li-" Laura ingin Zee melihat apa yang ia lihat tadi. Eh, ga disangka Laura, seorang Zee menatap cowok begitu lamanya.

"E-eh, wait. Zee?!!!! Lu juga ikutan kagum kaaaan!!! Naaaahh, Zee gue seneng liat lu normal lagi......."
Gak tahu malu nya si Laura ngomong gitu dengan suara toa nya. Alhasil semua orang mengalihkan perhatian nya ke Zee sekarang. Begitu juga Aby, dia meninggalkan bukunya sejenak, melihat Zee, dan mulai membaca kembali.

"Gila suara lu njir! Gede banget, begooo" Zee kini menutupi wajahnya yang memerah menahan malu dengan buku matematika tadi.

🌺

"Zee, gua ikut seneng loh Zee.. lu udh normal lagi!!"
"Paan si, Chel. Emang lu kira kemaren-kemaren gua ga normal???"

Dengan mulut ember Laura. Kini si Zachel malah ikutan meledek Zee yang sedang makan batagor di kantin.

Me and Pink FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang