Happy reading!
—
—
—«★»
Suasana pagi di jalan raya ibu kota memang sudah biasa dengan istilah macet. Kendaraan roda dua, empat, dan lainnya pun makin membuat riuh dan padat.
Diantara semua yang tengah terjebak kemacetan, terlihat lelaki tampan dengan motor KLX tak henti melihat arloji yang menunjukkan pukul 06:40 di lengan kekar miliknya.
"Brengsekai sekali." Arju bersuara.
Melihat tidak ada pergerakan dan terus terjebak di jalan raya yang semakin panas, membuat Arju geram bukan main. Mencari cara agar dirinya bisa keluar dari sini sebelum jam tujuh pagi.
Membelokkan motornya ke trotoar jalan, Arju nekat melanggar peraturan lalulintas. Sangat tidak layak dicontoh.
"Terobos aja gan!"
Beberapa pejalan kaki yang melihat aksi nekatnya itu, tak jarang memarahi karena perbuatannya ini benar-benar berbahaya bagi dirinya dan juga orang banyak.
.
.
.Setelah beberapa waktu ia melakukan aksi nekatnya itu, kini dirinya sudah berada di parkiran sekolah. Selamat kau Arju.
Dia membuang napasnya. "Untung aja, Arjuna ini pandai," ucapnya memuji dirinya sendiri.
Ia menaruh helmnya dan turun dari motor untuk pergi kedalam kelas. Karena lima menit lagi sudah bel masuk, jadi ia harus segera—menyalin tugas temannya karena dia tidak mengerjakan PR.
«★»
"Woy, tugas dong tugas," ucapnya.
Satu kelas terdiam.
Betapa terkejutnya Arju melihat Buk Tuti yang ternyata sudah ada dalam kelas.
"Arjuna Auriga Danudaksa ..." panggil guru tersebut mencoba sabar.
"Iya Bu, saya." Arju menjawab dengan nada pelannya.
"KELUAR KELILING LAPANGAN TIGA PULUH KALI!!" perintah buk Tuti selaku wali kelas yang kebetulan sedang mengajar dikelasnya.
"Sesuai perintah." Arju dengan secepat kilat pergi meninggalkan kelas, dan menuju lapangan basket untuk menjalankan hukumannya.
Buk Tuti adalah guru yang killer—sebutan siswa-siswi disini. Guru yang paling mengesalkan. Bagaimana tidak? Lima menit sebelum jam kegiatan mengajar, Buk Tuti sudah berada dalam kelas.
"Apes mulu, salah mulu, bego mulu, jomblo mulu. Lengkap sudah penderitaanmu wahai Arjuna!" ucapnya pada diri sendiri.
Bagaimana bisa sebutan Arjuna buaya tidak ada dalam dirinya? Jangankan menjadi buaya, kupu-kupu saja akan gagal bermetamorfosis dan terus terjebak menjadi kepompong. Miris.
"Sudahlah, mungkin jomblo adalah nasib yang harus disyukuri untuk sekarang," ucapnya seraya mengelus dada sabar, walau hati ingin sekali meneruskan adegan sambat.
***
Jones itu pilihan. Nggak perlu dikasihani, dikasih pacar aja cukup.
~Arjun.aauriga15/11/20
; re-publish - 10/09/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected
RandomREPUBLISH & REVISI VERS. _____________ Dear Alana, This unexpected surprise for you. -Arjuna. © Nov 2020 re-publish Sept 2021