001 ῾⌇ Math

195 95 236
                                    

Happy reading!

-
-
-

Do re mi fa sol, kaya nilai Matematika.

«★»


Lelaki bernama lengkap Arjuna Auriga Danudaksa itu sibuk membolak-balik kertas ulangan sembari meneliti apa yang salah di dalamnya. Arju terus berdecak setiap kali menemukan soal dengan jawaban yang salah. Sementara Karrel menatap bingung dengan perilaku kawannya yang satu ini.

"Gelisah amat, kek orang nggak bisa bayar kosan," ucap Karrel.

Arju tak bergeming dan masih sibuk membolak-balik kertas ulangannya sesekali menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

"Udah ngapa, Ju."

Arju menengok kearah Karrel.

"Enam puluh, bayangkan!" tukas Arju.

"Gue yang dapet tujuh setengah, santai aja tuh, Ju." Karrel menjawab dengan santai seperti biasa.

Kali ini Arju nampak kesal mendengar jawaban Karrel yang lebih terlihat seperti meledek.

"Cobaan macam apa ini?" teriak Arju masih berusaha sabar walau niat hati ingin membakar sekolah ini.

"Yeee.. umbi-umbian! Harusnya lo bersyukur punya temen kek gue," bela Karrel.

"Shit, ngapain?" umpat Arju.

Karrel melipat kedua tangannya. "Kalo gue nggak berbaik hati ngasih jawaban ... dapet tiga puluh aja mustahil, Arju."

"Podo wae," kesal Arju dengan nada sewot.

Merasa tak mau kalah, Karrel menegaskan, "harusnya sekarang lo itu sujud syukur, dan tak lupa berterimakasih kepada gue yang baik hati mau memberikan contekan!"

Ingin marah tetapi memang ada benarnya juga, Karrel adalah orang yang diutus untuk memberikan contekan kepada Arju. Sebenarnya itupun paksaan, Arju sengaja memasang muka memelasnya agar Karrel mau memberikan contekan. Ini tips dan trik seorang Arjuna.

"Iya deh, makasih," jawab Arju agak tertekan.

"Eh, kemaren gimana?" Karrel mencoba move on perihal tadi.

"Apanya?" Arju bingung.

"Lari tiga puluh putaran kemaren?"

Arju membuang napas panjang. "Ini gue sebagai pria yang bertanggung jawab atas segala kesalahan, jad-"

"Jadi lo melakukan itu dengan kejujuran?" Karrel memotong ucapan Arju. "Keren sumpah!"

"Ck, belum selesai pembicaraan gue ye setan!" protes Arju.

Dirinya memang sempat terkena hukuman dari Buk Tuti pasalnya datang terlambat saat temannya yang lain sedang mengoreksi kertas ulangan fisika.

"Hah?" Karrel tidak terkoneksi.

"Awalnya gue mau mengerjakan itu dengan kejujuran, tapi karena panasnya benar-benar terik, alhasil gue cuma lima puteran aje. Terus gue ke kantin minum es teh, gila itu eeeennnnnaaaakkkkk banget, banget, banget, bangeeeeeett! Ya sebenernya biasa aja sih, karena gue haus aja," jelas Arju panjang lebar.

"Bodoh. Orang kaya gini kudu dimusnahkan saat ini juga." Sewot Karrel karena telah memuji Arju.

«★»

Setelah pulang dari sekolah, Arju langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Mengingat kertas ulangan dengan nilai enam itu membuatnya merasa semakin muak dan pusing.

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang