Lupacara ( Cerita Pendek )

11 1 0
                                    

Tokoh yang akan saya ceritakan saat ini adalah bernama, Dimas. Ia adalah seorang anak remaja yang baru saja lulus dari sekolah menengah kejuruan, salah satu sekolah swasta di dekat daerah tempat ia tinggal.

Tiga tahun dimas sekolah disana ada hal yang tidak pernah ia lakukan sama sekali, yang seharusnya hal itu wajib selalu dilakukan oleh setiap siswa satu kali dalam seminggu. Upacara!

Iya dimas tidak pernah mengikuti kegiatan upacara bahkan satu kali pun selama tiga tahun terakhir ia sekolah, saking tidak pernah nya mengikuti kegiatan upacara bahkan dimas pernah hampir lupa lima pancasila yang wajib di ketahui oleh setiap orang yang berada di negaranya.

Saat itu sedang kegiatan belajar mengajar di sekolah dimas, pelajaran PPKN, guru yang mengajar PPKN di sekolah dimas saat itu sedang duduk di bangku paling depan, seluruh siswa yang berada di dalam kelas arah mata nya semua tertuju kepada guru yang berada di posisi duduk paling depan, arah pandangan nya berlawanan arah dengan seluruh siswa yang ada di kegiatan belajar mengajar waktu itu, guru yang saat itu sedang mengajar sedang menjelaskan mengenai pancasila sebagai idiologi terbuka, menjelaskan mengenai apa itu pancasila, pengertian dari para ahli, dan hakikat dan fungsi dari pancasila itu sendiri.

Ada yang tidak sama kali guru yang mengajar pada saat itu tidak ia sebutkan, yaitu, kelima bunyi pancasila itu sendiri.

Tentunya mungkin bagi guru tersebut setiap siswanya sudah pasti tahu kelima pancasila itu, jadi ia tidak menyebutkan nya. Atau mungkin sengaja tidak ia sebutkan untuk mengetes siswanya melalui pertanyaan yang akan ia lontarkan kepada siswanya saat itu.

"Robi, coba sebutkan isi dari pancasila yang kesatu, ucap guru kepada robi (salah satu siswa).

Robi adalah teman satu kelas dimas di sekolahnya.

"Ketuhanan yang maha esa, ucap robi dengan suara lantang di dengar oleh se isi kelas.

"sekarang dewi, kamu bacakan bunyi dari pancasila kedua," ucap guru sambil menunjuk kearah tempat duduk dewi.

"Kemanusiaan yang adil dan beradab, ucap dewi."

Kemudian tiba - tiba bel berbuny.,

Treeenggg!!.

Menandakan jam istirahat telah tiba, dimas yang mendengar suara bel itu secara spontan berteriak;

"Yee istirahaaat."

Suara teriakan yang sangat keras untuk ukuran orang yang seumuran dimas.

Guru dimas langsung menatap ke arah dimas dengan tatapan agak sedikit sinis dengan mengerutkan wajahnya.

Dimas pada saat itu merasa sangat lega, karena sepanjang pembelajaraan tadi hati dimas gelisah takut jika bunyi pancasila yang berikutnya akan di bacakan oleh nya, dimas sangat beruntung pada saat itu karena proses belajar mengajar terpotong jam istirahat, karena jika ia disuruh membacakan pancasila selanjutnya potensi untuk membuat diri dimas malu akan mungkin saja terjadi, walaupun begitu juga ada kemungkinan dimas bisa menjawab, cuma tidak yakin! Dimas ada di ambang antara ingat dan lupa bunyi sila berikutnya.

'Aku harus ngapalin kelima pancasila, tanpa aku sadari kelima pancasila itu sudah lama tidak kudengar dan kubaca, andai saja setiap hari senin ada kegiatan upacara,' ucap dimas kepada dirinya sendiri dalam suara hatinya.

NOTE : Bukan dimas yang malas ataupun dengan sengaja tidak mengikuti kegiatan upacara, Namun kegiatan upacara tidak dilaksanakan di tempat dimas sekolah, siapa yang salah?

Cianjur, 28 Agustus 2020

Judul : Lupacara

Penulis : Rostandi

Pengarang : Rostandi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LupacaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang