Jangan lupa vote dan krisar💞
Selamat membaca😘Sudah sejam lamanya Gio mengurung dirinya di kamar. Suara bising dari ruang tamu membuatnya semakin merasa dirinya tidak berguna. Kedua orang tuanya terus menerus bertengkar. Semenjak perusahaan yang di pimpin oleh ayahnya yaitu James Smith jatuh bangkrut di karenakan hutang yang melilit. Semua aset akhirnya berpindah kepemilikan. Semakin hari kebutuhan semakin banyak, perekonomian yang kritis menjadi titik berat rapuhnya rasa kekeluargaan. Di sisi lain James smith menjadi sangat kacau, mencari penenang otak dengan minum-minuman ber-alkohol membuat pikiran James Smith menjadi lebih tenang. Hatinya mendingin, pikirannya keras dan jiwanya rapuh.
"Mas! Kamu kerja dong! Sampai kapan kita terus-terusan seperti ini!" teriak seorang wanita sedang menatap sengit seorang lelaki yang tertidur malas di atas sofa. Bukanya menjawab, pria tersebut malah memberikan satu tamparan keras kepada istrinya itu. Tanpa terasa air mata mengalir tak tertahan dari pipi wanita tersebut. Gio yang melihat kejadian ini dari kejauhan hanya bisa tersenyum miris, hanya karena harta orang tuanya bertengkar sangat hebat. Gio melanjutkan langkah kakinya menuruni anak tangga secara perlahan, mata Gio menyorot ke arah ruang tamu.
"Mau kemana Gio?" tanya James.
Gio tidak menjawab pertanyaan James, Gio hanya melihat sekilas ke arah James sembari tersenyum miris sambil menggelengkan kepala ke kiri dan ke kanan. Gio melanjutkan langkah kakinya keluar rumah. Gio pun memilih meninggalkan rumah, pergi menggunakan motor kesayangannya berwaran hijau dan hitam.$$$
Georgio smith.
Memilih meninggalkan rumah biasa aku lakukan saat orangtuaku bertengkar hebat. Aku mengendarai motorku dengan kecepatan yang sangat laju membelah jalanan kota yang padat kendaraan roda empat dan roda dua. Disaat aku sedang kacau begini, Aku tidak tau, aku harus ke mana. Biasanya aku pergi ke rumah Katalia. Tapi untuk saat ini aku tidak ingin ke rumah Katalia, Aku ingin pergi ke rumah temanku, Joan Ardilova.
"Joan," panggil ku.
Tak ada sahutan dari dalam rumah tersebut. Aku putuskan untuk memencet bel beberapa kali. Tak lama kemudian sesosok pelayan datang menghampiriku.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan tersebut dengan sopan.
"Joannya ada? Saya teman sekolahnya Joan."
"Tuan Joan ada di dalam kamarnya." lalu pelayan tersebut membukakan pintu dan membiarkan aku masuk kedalam rumahnya Joan."Bro?" sapaku di depan pintu kamar Joan.
"Gio. Tumben lo ke sini?" tanya Joan.
"Biasa bro, gue ga di suruh duduk?"
"Emang gue ngelarang lo duduk?" tanya Joan sambil mengetik.
aku pun melangkahkan kaki menuju sofa yang ada di sudut ruangan.
"Orang tua lo ribut lagi?" tanya Joan.
"Yah gitu, masalah harta," jelasku.
Aku melihat Joan sedang mengetik sesuatu di laptop yang berlogokan buah apel.
"Lo lagi ngapain Jo?" tanyaku penasaran lalu aku mendekati laptop milik Joan.
"Gue lagi nulis e-mail, buat kakak gue yang di amerika."
Aku hanya ber"Oh" ria, dan melirik ke arah kasur.
"Gue ngantuk Jo, gue numpang tidur yah di kasur lo?" tanpa persetujuan aku langsung merebahkan diri di atas kasur milik Joan.
"Iya, tapi lo jangan ngorok dan jangan ngiler juga." sahut Joan sambil mengetik.
"Yah ga lah." gerutu ku. Aku menutup wajahku menggunakann bantal lalu menutup mataku, tanpa tersadar aku tertidur dengan sangat lelap.
Hampir tiga jam aku tertidur di kasur milik Joan. Aku terbangun, membuka mata secara perlahan. Tidak ada siapa siapa di kamar tersebut.
"Joan kemana?." tanyaku pada diri sendiri. Aku bangun dari tempat tidur, sembari melirik jam tangan berwarna hitam yang melingkar di tangan kiriku.
"Jam 18.07, gila gue ketiduran, lama banget, gue harus pulang." aku pun bergegas keluar kamar. Aku lihat Joan sedang menelepon seseorang dari kejauhan.
"Jo, gue pulang yah." teriak ku dari kejauhan. Joan hanya melirik sekilas dan menganggukan kepalanya secara perlahan. Aku segera menaiki motor menuju ke rumah.$$$
Georgio samith
Dengan cepat aku masuk ke kamar mandi dan melakukan ritual di pagi hari. Tidak berlangsung lama. Aku memakai seragam dan langsung berangkat menuju sekolah.
Di jalanan. Tidak jarang ku lihat sosok yang melambai-lambaikan tangan di depan toko, apa lagi jika bukan penglaris? Tidak jarang juga aku lihat sosok yang mandi darah di persimpangan jalan. Mereka adalah korban kecelakaan.
Aku tidak mau ambil pusing. Walaupun mata batinku terbuka sejak lahir, aku tidak pernah ingin mempunyai teman beda alam. Aku pernah berteman dengan arwah anak kecil waktu aku umur lima tahun. Waktu itu aku tidak tahu bersama siapa aku main. Sampai dia ingin aku menemaninnya selamanya. Dia ingin aku ikut bersamanya. Sejak itu aku tidak ingin ikut campur dengan sosok mereka.
Gerbang masih terbuka. Dengan cepat aku parkirkan motor dan masuk ke dalam kelas. Semua mata beralih menatapku. Kebiasaan! Aku tidak memedulikannya. Aku duduk di samping Katalia. Anak perempuan itu melambaikan tangannya.
"Gio." sapa Katalia.
Aku tersenyum menatapnya. Katalia selalu berpenampilan cantik. Aku duduk di sampingnya.
"Untung Pak Burhan belum datang." Katalia memberi tahuku. Aku mengembuskan napasku berat.
"Memangnya kalau gue telat kenapa?" tanyaku sambil menaiki sebelah alis.
Katalia menatapku sengit. "Gue bawa biskuit buatan gue, lo harus cobain!"
Aku tersentak kaget. Biskuit buatan Katalia mirip seperti biskuit buatan Yaya dalam tokoh animasi Boboboy. Sangat tidak enak. Tapi tetap enak kalau makannya bareng sama dia.
"Ngga!"elak ku.
"Kenapa? Lo ngga suka biskuit buatan gue?" Katalia menatapku sebal. Dia memanyunkan bibirnya sebal. Wajahnya Katalia sungguh menggemaskan.
"Bukan gitu, kalau kita makannya bareng, pasti malah lebih enak." ujarku untuk meyakinkan Katalia.
Anak perempuan itu tersenyum. "Okeh!"
Pintu berecit menampakan sosok pria paruh baya membawa sebuah tas, Dia adalah Pak Burhan. Guru mapel matematika yang terkenal dengan kesadisannya yang melebihi guru killer.
"Pagi anak-anak!" sapa Pak Burhan, menatap sekeliling kelas.
Kelasku seketika menjadi hening.
"Pagi pak!"seru serentak.
Pak Burhan langsung mengeluarkan lembaran kertas soal dan membagikannya di setiap meja.
"Hari ini kita ulangan!" Pak Burhan menata kaca matanya.
Semua siswa saling bertatapan, dengan keadaan panik. Ulangan mendadak menjadi neraka bagi para siswa, untuk sebagian siswa pintar bukan masalah yang besar, tapi untuk siswa kepintarannya di bawah rata-rata, pasti akan menjadi masalah yang sangat besar.
"Kok dadakan pak? Kami belum belajar," ujar seorang yang duduk di depan. Dia adalah Airin Ketua kelas sekaligus, teman karib Katalia.
Pak Burhan menyeringai. "Memang sengaja, sudah cepat kerjakan!" titah pak Burhan.
Semua siswa di kelasku menjadi sangat patuh, mereka mengerjakan soal dengan tertib dan tidak bising.$$$
Suasana kanti pagi itu sangat ricu-riuh, suara candaan dari pojok kantin begitu nyaring. Banyak siswa berbondong-bondong ke kantin, kini kantin semakin ramai dan padat.
"Gio, kamu mau makan apa?"
tanya Katalia sambil tersenyum.
Katalia melotot, bukannya menjawab Gio hanya terdiam sambil melihat handphone dengan asik.
Katalia menarik tangan Gio,
"Kebiasaan banget sih, gue lagi ngomong Gio, malah fokus ke handphone." cetus Katalia.
"Apaan sih Lia, narik-narik tangan gue." gerutu Gio sambil melepaskan tangan milik Katalia.
"Lu mau pesen apa?" tanya Katalia.
"Gua gak laper." sahut Gio dingin.
"Beneran ga mau pesen?." rajuk Katalia.
"Mau deh, pesen jus buah naga."
"Uangnya mana Gio?"
Gio lantas mengeluarkan uang berwarna biru dari saku sekolahnya.
"Nih, uangnya sekalian sama bayar punya lu." titah Gio, Katalia langsung menuju tempat pedagang jus dengan gembira.
Setelah kepergian Katalia, Gio banyak menangkap sesosok hantu penunggu sekolah.
Memiliki banyak rupa, ada yang bersimbah darah, ada juga hantu tanpa kepala, dan banyak juga rupanya. Gio hanya tersenyum dan melihat sekilas ke arah para hantu itu berada. Melihat kejadian ini Gio sangatlah terbiasa, memiliki kekampuan yang tidak di miliki orang lain.Jangan lupa vote dan krisar💞
Fb: Georgio
KAMU SEDANG MEMBACA
GHOST LOVE
HorrorSulit bagi Georgio untuk malakukan kesehariannya. Setiap detik dia harus menyumpal telinganya dan mengurung dirinya di kamar. Kedua orang tuanya terlalu sibuk dengan urusannya sendiri. Hingga dia di pertemukan dengan Katalia. Sosok yang telah membua...