18 Juli 2018"Macet banget sih? "
Jalanan kota pagi ini sangatlah padat, banyak kendaraan yang berbaris menunggu lampu berwarna merah itu berganti menjadi warna hijau.
Ditambah dengan asap hitam yang mengepul diatas kota, menjadikan udara pagi ini penuh akan polusi dan membuat mood lelaki berseragam SMP itu memburuk.
Pemandangan seperti ini sebenarnya sudah menjadi hal yang lumrah baginya. Namun, hari ini berbeda. Ia tidak ingin hari pertama menjadi siswa SMA berantakan dan tidak berjalan sesuai ekspektasi.
Walaupun ia berangkat lebih awal dari biasanya, tapi tetap saja. Macet. Tau begitu naik ojol saja, lebih cepat. Tetapi, sang mama yang kekeuh pengen ngantar putra semata wayang nya ini naik mobil.
Lelaki itu menghembuskan nafas panjang. Sambil menerawang ke arah jendela. Apakah hari ini ia tidak bisa merasakan hari pertamanya menjadi siswa SMA?
. . .
Sebuah mobil sedan berwarna hitam , berhenti di tepi trotoar sekolah. Akhirnya, ia sampai walaupun sedikit terlambat. Lelaki itu melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Pukul 06.57.
Namun, saat ia melihat keluar jendela. Gerbang masih dibuka dan masih banyak murid yang berdatangan. Ia menghembuskan nafas lega.
"Yaudah ma, kalau gitu Mario keluar dulu ya? "
"Iya hati-hati , sayang. Semoga lancar hari pertamanya. Nggak ada yang ketinggalan kan? " tanya sang mama memastikan.
"Iyaa, Enggak ada. Mario pamit ya" ucap lelaki yang bernama 'Mario' tersebut lalu menyalami tangan mama nya dan keluar dari mobil.
"Kalo ada apa-apa, langsung telfon mama. " ucap sang mama dari dalam mobil, lalu melajukan mobilnya meninggalkan sekolah.
Lelaki bernama 'Mario' itu pun masuk ke dalam pekarangan sekolah barunya dengan sedikit berlari. Begitu memasuki sekolah barunya, ia melihat murid-murid baru lainnya sudah bergerombol siap membentuk barisan. Mario pun bergegas meletakkan tasnya di dekat pos satpam karena sebentar lagi upacara penyambutan siswa baru akan dimulai.
Mario kemudian berjalan menuju barisan anak laki-laki. Namun, tidak disangka-sangka, saat Mario menoleh kearah samping kanannya, ia malah menemukan seseorang yang ia kenal sedang memainkan handphone.
"Lah, Jaelani! Lo disini? "
Lelaki yang dipanggil 'Jaelani' itu pun menoleh , lalu memasukkan ponsel pintarnya ke dalam saku baju.
"Loh?! Mario teguh! Kita bareng lagi broo... " ucap Jaelani sambil bertos ria ala lelaki dengan Mario.
"Kok lo malah disini? Bukannya waktu itu ga mau daftar sini?" ucap Mario keheranan, "oh atau jangan-jangan lo ngikutin gue ya?!"
"Buset! Geer banget lu, ndro! Ini semua karena takdir yang menuntun gue kesini." ucapnya dramatis, "kalo dipikir-pikir nih ya, seorang 'Jaelani Yudiantoro' yang tampan dan menawan ini emang cocok sekolah disini." lanjutnya berlagak sombong.
"yang ada palingan elu yang ngintilin gua dari orok!""Heh! Lagian ngapain juga gue ngintilin elo? Yang ada gue udah muak plus eneg lihat wajah lo mulu dari SD sampe SMA!" jawab Mario tak terima sambil berlagak ingin muntah.
"Itu artinya kita itu emang ditakdirkan untuk bersama. Sudah dicatatkan kalo Mario dan Jaelani adalah teman sehidup semati. Anjayyy!"
"Asli, geli gue dengernya."
KAMU SEDANG MEMBACA
'ᵈⁱᶠᶠⁱᶜᵘˡᵗ
Fanfiction❝ tentang Mario dengan segala hal gilanya untuk mendapatkan sang pujaan hati, yang tak kunjung menjadi pelita hati. Akankah semua usahanya berbuah manis atau berakhir sakit hati? ❞ [2O2O年9月4日] ©purplexyz