JURNAL KEBERUNTUNGAN

87 6 0
                                    


Malam itu hujan turun dengan sangat deras. Meski jarum jam menunjukkan pukul sebelas, namun rasa kantuk belum menyerang gadis berambut pink yang tengah duduk di depan rak buku di kamarnya. Tangannya sibuk menulis, sesekali memencet tombol kalkulator. Ia tersenyum lega karena pengeluaran hari ini tidak sebanyak kemarin. Baginya, hemat merupakan sebuah prestasi. Setidaknya, sedikit demi sedikit ia bisa mengatur keuangannya. Ia meletakkan kas miliknya di barisan buku dan tak sengaja menyenggol buku berwarna hijau muda, sebuah jurnal penelitian. Diambilnya jurnal berjudul Konohas Legendscape : A Wonderpool in Purushi Village yang setebal 1cm itu dan dibukanya lembar demi lembar.

"Wah, rasanya seperti baru kemarin." Batinnya. Ia memperhatikan sebuah foto yang tercetak disitu. Ingatannya terbang kembali ke masa dimana ia masih berstatus sebagai mahasiswi.

Desember 2014

Universitas Konoha sedang melangsungkan Ujian Akhir Semester pekan ini. Kebetulan hari ini merupakan jadwal ujian yang terakhir. Semua mahasiswa dan dosen tengah duduk rapi di ruangan kelas masing - masing, kecuali 3 mahasiswa dan seorang dosen Jurusan Shinobi dengan mata kuliah Konoha Studies. Mereka adalah Naruto, Sakura, Sasuke, dan Kakashi-sensei. Yap, mata kuliah tersebut hanya berisi 3 mahasiswa saja. Hal ini dikarenakan Kakashi-sensei terkenal pelit dalam memberi nilai. Sebenarnya mereka bisa saja memilih kelas mata kuliah lain. Namun, sayangnya mereka terlambat daftar ulang dan kelas lain sudah terisi penuh. Mau tak mau, mereka mengambil mata kuliah ini. Sekilas terdengar simple memang, "Konoha Studies", mengingat mereka juga tinggal di Konoha bahkan kuliah di Universitas Konoha. Namun, Kakashi-sensei ingin mereka mengetahui lebih dalam terkait mitos dan sejarah daerah pelosok di Konoha. Kali ini, Kakashi-sensei mengajak mereka untuk terjun langsung melakukan penelitian. Dan disinilah mereka, di depan sebuah gapura bertuliskan Desa Purushi.

"Awal menginjakkan kaki disini, bulu kudukku langsung berdiri." Gerutu Naruto sambil memerhatikan pepohonan rindang berbatang tinggi di sekeliling mereka. Semilir angin meniup rambut kuning berbentuk seperti duren miliknya. Jaket dan celana warna oranye yang ia kenakan terlihat paling mencolok di antara yang lain.

"Jangan khawatir. Kelihatannya desa ini aman." Kakashi-sensei menenangkan sambil membetulkan kancing rompinya yang berwarna senada dengan daun.

"Lalu apa yang membuatmu memilih desa ini sebagai objek penelitian kami?" Tanya Sasuke yang sedari tadi menyembunyikan tangannya di saku celana putihnya kemudian mengganti posisi dengan melipat tangannya di atas kaos biru dongkernya.

"Karena belum ada informasi di internet tentang desa ini. Dan yang ku dengar juga tidak ada hal gaib seperti desa sebelah yang kemarin viral." Jawab Kakashi-sensei ragu - ragu.

"Jadi sensei belum pernah mengunjungi desa ini?" oceh Sakura. Tangannya mencengkeram ujung dress merah selututnya. Ia mulai khawatir.

Kakashi-sensei hanya nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Mereka melangkahkan kaki melewati gapura. Di depan sudah ada kepala desa dan ajudannya yang menyambut kedatangan mereka.

"Selamat datang adik – adik dari Universitas Konoha. Saya Yamada, Kepala Desa Purushi. Semoga kalian betah menginap disini. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan untuk meminta bantuan pada warga disini, ya!" Sang Kepala Desa menyalami tangan mereka satu persatu. Tiba saat menyalami tangan Sakura, beliau mencengkeram tangannya erat sembari mengerlingkan mata padanya. Perasaan Sakura jadi tidak enak.

"Uhuk... Mohon maaf, pak. Bisa tunjukkan tempat dimana kami akan menginap?" Kakashi-sensei memecah suasana canggung tersebut.

"Baiklah. Ajudan saya, yang akan mengantar kalian." Pak Yamada melengos pergi meninggalkan mereka, menuju ketiga wanita berusia matang yang tanpa mereka sadari sudah berdiri di belakangnya.

JURNAL KEBERUNTUNGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang