Hilang

687 62 37
                                    

Aku tahu ini salah. Aku mengerti, ada yang benar-benar salah dalam diriku. Sampai detik ini, aku masih tak tahu, kemana perginya debaran tak menentu yang biasanya ku rasakan saat mengingatmu?

Aku juga tak paham, kemana hilangnya semua kerinduan yang selalu ku rasakan setiap berjauhan denganmu?

Bukankah seharusnya tak begini?

Kita sudah melalui dua tahun dengan kebersamaan, aku masih ingat dengan jelas bagaimana dulu pertama kali kita bertemu, saat itu kamu menatapku dengan senyuman ramah meskipun kamu belum mengenalku. Dan sejak saat itu, hingga beberapa waktu yang lalu, hatiku terus meyakini bahwa kamu adalah pilihan terakhirku, seseorang yang sangat ingin ku dengar kabarnya, yang sangat ingin ku genggam jemarinya, dan ku hapus lukanya, juga seseorang yang sangat ingin ku pastikan kebahagiaannya.

Setidaknya sampai beberapa waktu yang lalu, aku masih orang yang sama, yang selalu jatuh cinta kepadamu setiap saat.

Lalu, semuanya tiba-tiba berubah.

Aku sendiri tak yakin ini semua terjadi sejak kapan, tapi satu yang ku yakini, cintaku sudah hilang untukmu.

Bukan kamu yang salah, tapi aku yang tak mampu menjaga perasaan ini.

Aku benar-benar bukan orang yang dulu lagi.

Aku sudah berubah.

Lagu yang dulu kita dengarkan bersama, sekarang sudah tidak menjadi favoritku lagi. Makanan yang dulu kita nikmati sama-sama, sekarang sudah membuatku mual bahkan hanya dengan membayangkannya saja. Dan kamu yang dulu menjadi pusat dari duniaku, kini seolah mengabur seiring waktu.

Jadi, apa yang harus ku lakukan?

Haruskah kita terus berjalan beriringan dan berharap ada keajaiban yang bisa mengembalikan hatiku untukmu? Atau haruskah kita hentikan semuanya sampai di sini saja? Aku bisa pergi dengan kekosongan ini, dan kamu bisa kembali melanjutkan hidupmu, mencari orang baru dan berbahagia hingga di akhir cerita nanti.

Dan saat kamu memanggil namaku sambil berlari menghampiriku, dengan senyuman lebar dan tatapan mata penuh cinta, aku langsung tahu jawaban dari pertanyaanku. Aku langsung yakin pada keputusan yang harus ku ambil.

Ku tatap matamu dari kejauhan, dan ku tunjukkan senyuman paling manis yang bisa kuciptakan untukmu.

Ya, ini lah yang seharusnya ku lakukan.

"Amasha!" panggilmu.

Aku mengangguk.

Kamu berhenti, tepat di hadapanku yang masih berdiri di taman fakultas ekonomi.

"hai," sapa ku.

"masih ada kelas?" tanyamu.

Aku mengangguk, "masih ada satu kelas lagi, kelasnya profesor Dani."

"aku udah selesai, nggak ada kelas lagi," kamu bercerita tanpa ku minta.

Aku hanya mengangguk menanggapimu.

"jadi mau aku tungguin di mana?" tanya mu lagi.

Aku menatapmu, "nggak usah ditungguin, kamu pulang duluan aja. Nanti aku naik bus."

"nggak bisa gitu, dong! Naik bus sendirian pas udah sore gini bahaya loh," protesmu.

"kalau gitu nanti aku minta jemput Adelle aja," ujarku sambil menyebut nama sahabat baikku.

Kamu menimbang sebentar, sebelum kemudian mengangguk setuju.

"oke deh. Kalau gitu aku pulang, ya?" pamitmu.

Hilang (CERPEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang