I Hate To Admit It

80 17 7
                                    

Musim dingin tahun ini datang, salju berlomba-lomba membuat gundukan untuk menutupi tanah dan seluruh pandangan yang dilihat Lee Felix hanyalah putih, putih, dan putih.

Hari ini Felix membuat cookies untuk dinikmati bersama Han Jisung agar dia tak merasa kesepian dan berakhir dengan wajah murung di sepanjang musim dingin.

Mulai dari belanja, membuat adonan, hingga sampai di oven semua dilakukan oleh Felix sendiri tanpa bantuan orang lain. Setelah memasukkan cookies yang masih hangat ke dalam toples kecil, Felix segera menaruhnya pada tas kain.

Berjalan saat musim dingin memang bukan hal yang Felix inginkan, tapi demi memberikan cookies ini untuk pemuda Han itu bisa dipertimbangkan karena memang hampir setiap tahun mereka merayakan musim dingin dengan membuat cookies bersama. Iya, mereka biasanya membuatnya bersama namun sejak tahun lalu ada sesuatu hal yang tak terduga membuat Han Jisung tidak bisa lagi membuat cookies bersama Felix.

Memasuki sebuah gedung bernuansa coklat itu, Felix melewati beberapa pintu hingga sampai pada satu ruangan. Di depannya ada Han Jisung dengan wajah tanpa ekspresi sedang duduk dan memperhatikan Felix sedari ia masuk.

"Aku bawakan cookies, kali ini pasti lebih enak dari tahun lalu!" Seru Felix menggebu yang tak ditanggapi Jisung.

Felix meletakkan toples berisi cookies tepat di hadapan Han Jisung, membiarkan pemuda itu mengambil cookies buatannya dan memakannya walaupun dengan wajah datarnya itu.

"Bagaimana rasanya?" Tanya Felix antusias, sudah siap dengan apapun jawaban yang diberikan oleh Jisung.

Jisung nampak termenung sesaat lalu menatap Felix, dalam diam ia menganggukkan kepalanya, "Ini enak, jangan khawatir."

Pernyataan itu membuat Felix senang namun wajah datar Han Jisung membuatnya sedikit terganggu karena dia selalu mengatakan semua dengan satu ekspresi saja.

"Jisung, tak bisakah kau tersenyum? Aku tahu ini memang susah namun setelah kejadian itu bukan berarti dirimu tak boleh mengekspresikan apa yang kau rasakan."

Felix menghela napas dan meletakkan tangannya di meja dan mulai menatap wajah Jisung yang semakin hari semakin kurus, "Kau boleh tersenyum dan tertawa bila senang, menangis dan mengeluh saat sedih ataupun bisa marah saat ada sesuatu yang menurutmu tidak benar."

Jisung hanya terdiam menyelami manik berbinar milik Felix, ia mengangguk lagi tanpa mengeluarkan suara apapun.

Tentu saja Felix kesal dengan tanggapan yang diberikan oleh saudara kembar tirinya itu, namun Felix berusaha menahan kekesalannya dan mencoba tersenyum.

"Makanlah lagi cookies nya, aku membuatnya dengan susah payah. Padahal aku berniat memberimu cookies agar bisa melihat senyumanmu lagi." Felix mengucapkannya dalam sekali napas dengan wajah setengah kesal yang sebenarnya membuat Jisung sedikit gemas.

Han Jisung pun mengambil satu potong cookies lagi dan memakannya dalam sekali lahap yang membuat pipinya penuh seperti tupai, Felix sampai tertawa karena itu adalah sesuatu dari Jisung yang sangat Felix sukai.

Setelah menyelesaikan mengunyahnya, Jisung tersenyum lebar di hadapan Felix membuat pemuda itu menghangat, "Akhirnya! Aku bisa melihat senyumanmu!"

Jisung terkekeh pelan melihat Felix melakukan selebrasi dengan berkeliling ruangan kecil ini, namun acaranya berlarinya harus berhenti karena ucapan Jisung yang membuatnya seketika terdiam.

"Kau sangat lucu, Felix. Bagaimana bisa kau menyuruhku untuk tersenyum setelah aku membunuh kedua orang tua kita dan berakhir dipenjara?"

End.

495 kata
Kamis, 11 November 2021

COOKIES FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang