°Happy reading°"Aihh, pegel banget ni tangan" Ucap Ribenza sembari meregangkan kedua tangannya.
"Ri, lo ekskul kan hari ini? Bareng yak!" Tanya—ajak teman sebangkunya penuh semangat. —Diana
"Eummm..." Bukannya menjawab, Ribenza malah menatap ke arah langit-langit kelas dengan mulut yang di komat-kamit kan.
"Lu ekskul kan?" Ulang Diana
"Ko bawel?" Ditanya, balik nanya —Ribenza
"Ya abisan.. Lo ditanya malah am em am em muluu" Kesal Diana dengan suara yang di buat cempreng.
"Gue.. Izin gak ekskul hari ini Di," Ucap Ribenza akhirnya yang membuat wajah Diana berubah menjadi datar.
"Ko?" Tanyanya singkat
"Ada keperluan"
"Apa?" Tanya Diana semakin kepo
Bukannya menjawab, melainkan Ribenza merasa ilfeel dengan kekepoan tamannya itu, "Kok kepo?"
"Dih" —Diana
"Lah" —Ribenza
"Hilih" —Diana
"Paansi, dah ah gua cabut dulu, bye!" Akhirnya Ribenza bisa keluar dari kelasnya, dan terbebas dari orang terkepo yang ia tau.
°°°°°°
Dilain tempat
"Heh manusia!"
"Anjir, lu budek?!" Teriak kedua temen laki-lakinya.
"Dah culun, budek, idup lagi" Ejek satu teman perempuannya.
"HAHAHAAAA" Mereka bertiga mentertawakannya.
"Si oon, beneran budek ternyata" Teman laki-lakinya semakin greget karena Ana yang tak kunjung menyaut.
"Woiii!!" Teriaknya sembari menggebrak meja Ana.
Ana yang tersentak, karena sedang sibuk menulis akhirnya menegakkan kepalanya.
"Ada apa?" Tanyanya lembut seolah-olah tak terjadi apa-apa.
"Lo itu punya kuping gak sih? Dari tadi gue panggil kagak nyaut-nyaut, dasar budek!" Teriak temen satunya lagi, Bryan.
"Maaf, saya punya nama" jawab Ana
"Lo udah berani sekarang, huh?!" Kesal Bryan
"Maaf, tapi letak ketakutan saya bukan kepada orang seperti anda"
Bryan yang mendengar penuturan dari Ana yang terkesan sebagai hinaan itu langsung melotot.
"Maksud lo apaan?!" Bentak Bryan
"Apa orang tuamu menyekolahkanmu hanya untuk membentak orang-orang sepertiku?" Tanya Ana tanpa beban.
"Banyak omong lu, mentang-mentang lu udah berteman sama si Ribenza!" Decih Bryan
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
Teen Fictionsenyumnya seketika akan menghilang. Tidak bisakah mereka memperlakukan semua manusia itu sama?