Kaus kaki dan Hanson

12 1 0
                                    

Untuk sepupuku; N

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk sepupuku; N. Dan kecintaannya pada Zac Hanson.

Menik nama sepupuku. Usianya baru empat belas tahun, tetapi pengetahuannya soal musik setara orang tua usia lima puluh tahun ke atas. Aku tidak bohong. VJ MTV seperti UTT dan Nadia Hutagalung pasti bangga padanya.

Setiap pulang sekolah, Menik selalu berlari menuju lantai dua rumahnya. Hanya derap kaki gadis itu yang terdengar menghantam tangga kayu berlapis karpet merah. Tak dipedulikannya teriakan Bi Inah, asisten rumah tangga yang menyuruhnya menaruh tas dan sepatu terlebih dahulu.

Tas merah milik Menik ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya di kursi pelataran rumah bersama dengan sepatu di lantai.

Aku baru sampai di rumah Menik saat Bi Inah mengomel. Perempuan berkulit hitam itu melihatku muncul di pintu depan setelah diantar Mama. Ia menenteng tas Menik. Tersenyum. "Eh, Ayu... Menik ada di lantai dua," katanya. Wajah Bi Inah yang semula masam langsung merekah. Bibirnya mengerucut sebelum ditarik ke atas.

Bi Inah lalu meninggalkanku di ruang depan. Ia menuju kamar Menik di lantai satu. Aku sendiri menyusul Menik ke lantai dua. Menik sedang berbaring di sofa. Kedua kakinya yang masih dibungkus kaus kaki putih polos bertengger di pegangan sofa. Seragam putih birunya masih ia kenakan.

Di depan Menik, televisi 24 inci menampilkan sosok VJ UTT sedang memandu acara musik menggunakan bahasa Inggris yang tak kumengerti. Hebatnya, Menik seperti paham. Menik tertawa sesekali mengangguk-anggukan kepala seolah ia dan VJ UTT terlibat percakapan seru.

Aku diam beberapa saat. Mengamati ruangan ini, tempat Menik melakukan ritualnya sepulang sekolah-menonton MTV.

Ruangan yang tidak begitu luas juga tidak memiliki sekat atau dinding pembatas. Dindingnya dihiasi wallpaper pemandangan air terjun. Selain televisi dan sofa, ruangan ini diisi lemari kaca setinggi dada orang dewasa berisi pakaian kerja di sudut kanan. Karpet merah membentang di lantai. Karpet yang sama seperti di tangga.

Menik menyadari kedatanganku. Ia menoleh dari layar cembung di depannya. "Sini, Yu. Nonton bareng," ujarnya.

Aku menghampiri Menik sebelum duduk di lantai. Menik masih di sofa. Sekarang sudah duduk tegap. Aku tak keberatan jika Menik belum beranjak dari sana. Atau mengikutiku duduk di lantai. Dia tuan rumah di sini. Lagi pula Menik lebih tua tujuh tahun dariku. Jadi tidak ada kata 'kualat' yang cocok untuk tingkah Menik tersebut.

"Ini channel MTV, Yu." Menik menjelaskan. Aku juga tahu. Ada tulisan MTV di pojok sebelah kiri layar. Channel yang menayangkan lagu-lagu western, dan cuma bisa ditonton menggunakan parabola. Di rumahku tidak ada channel ini, sebab Abah memasang antena biasa. Mahal katanya kalau pakai parabola.

Menik kembali berbaring. Kali ini satu kakinya yang dekat dengan televisi bergerak ke tombol volume pada layar cembung itu. Sesaat aku mengawasi kaki Menik dengan kening berkerut. Rupanya Menik meninggikan volume di televisi dengan jempol kaki yang masih terbungkus kaus kaki. Keren. Berkali-kali ia melakukan gerakan memencet tombol dengan jari kakinya.

Sampai volume di televisi maksimal. Tak berapa lama terdengar lagu aneh memenuhi ruangan.

Mmmbop, ba duba dop

Ba du

Yeah

Mmmbop, ba duba dop

Aku memang tak mengerti bahasa Inggris. Tapi masa ada bahasa Inggris untuk kata Mmmbop? Yang menyanyikan lagu itu tiga cowok remaja. Mereka semua berambut gondrong sewarna emas. Nama band mereka Hanson. Seperti yang tertulis dilayar televisi. Aku baru lancar membaca saat itu.

"Siapa yang paling cakep, Yu?" tanya Menik tiba-tiba. Dia kembali ke posisi duduk tegak. "Tunggu... jangan bilang yang paling cakep si Taylor. Dia kayak cewek banget."

Menik langsung menggenapkan perkataannya sebelum membiarkanku bicara. Aku juga tak tahu harus menjawab apa. Anak usia tujuh tahun sepertiku belum mengerti apa itu cowok cakep.

"Hihihi...itu Taylor namanya." Menik menunjuk vocalist band tersebut. Memang cantik seperti cewek. Sekilas orang akan mengira Taylor ini anak perempuan. Bibirnya semerah buah cherry. Semburat merah juga terlihat di kedua pipinya setiap kali kamera menyorot cowok itu. Manis. "Nah yang paling tinggi itu namanya Isaac. Dia paling tua. Mereka semua bersaudara."

Aku bisa melihatnya. Isaac yang bermain bass paling jangkung di band itu.

"Dan yang paling kecil namanya Zac. Drummer," lanjut Menik.

"Oh..." Zac yang paling pendek ternyata bungsu dari tiga bersaudara? Entahlah.

"Pokoknya yang paling cakep itu Zac, Yu. Titik." Tanpa menunggu persetujuanku. Menik berpandapat. Baiklah. Kalau begitu ngapain ia bertanya padaku?

Aku tak lagi fokus mendengarkan lagu Hanson. Apalagi melihat video clip mereka yang berlari dari satu tempat ke tempat lain dengan jins gombrong dan t-shirt warna warni. Pandanganku ke arah kaus kaki Menik. Kakinya bergerak-gerak di sofa seirama dengan lagu Mmmbop lalu berhenti saat tak kudengar lagi suara Taylor di televisi.

_ _ _

Hanson debut lewat single Mmmbop. Sempat menjadi no 1 billboard 100 di tahun 90-an.

Dan entah kenapa Kaus kaki selalu mengingatkanku dengan sepupuku dan Hanson.

Btw, Hanson masih aktif bermusik sampai sekarang.

Btw, Hanson masih aktif bermusik sampai sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pojok 90-anTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang