Prolog

8 2 0
                                    

Was it Love?

Terik matahari yang menerobos masuk kesela-sela jendela kamar membuat Kala terusik dalam tidur. Gadis dengan rambut sepinggang acak-acakan meringis pelan.

Suara teriakan yang menggema dikuping membuat Kala tersentak. Kicauan Mama dipagi buta sukses membuatnya terbangun sempurna.

"Kalaaaa! Mama bilang bangun! Kamu kerja apa enggak sih?" Sang Mama membuka paksa pintu kamar dengan muka kesal.

"Iyaa Ma, Kala kerja." Jawab Kala memalas.

"Yaudah buruan mandi! Udah jam segini kok masih tidur, liat tuh adik kamu udah berangkat dari tadi. Tinggal kamu sendiri yang masih tidur. Gimana mau dapat jodoh keburu dipatok ayam jodoh kamu."

"Jodoh Kala masih jauh Ma. Keburu diambil cewek lain, bukan ayam atuh."

"Malah ngejawab! Buruan mandi, perlu Mama yang mandiin?"

Kala dengan gerakan super beranjak dari kasur menuju kamar mandi sebelum Mama menyiramnya dengan air yang telah ia bawa dengan baskom.

"Gua kepret lu La, La."

"Ai lop yu Mama Inaaaaa."

Mama hanya menggeleng kepala melihat kelakuan anak pertamanya yang memiliki kelakuan super ajaib. Persis seperti dirinya dulu, Kala memang duplikat dirinya mulai dari kelakuan, sifat, hobi, hingga muka mereka sangat mirip.

Ingat ucapan orang dulu, jika anak mirip dengan Ibunya maka mereka berdua akan sedikit kurang akur. Ya bener, Mama Ina dengan Kala kerjaannya berantem mulu.

"Yaampun Ma, mana ada sih sarapan pagi ikan bakar. Heran deh." Kata Kala yang baru saja turun dari tangga dengan pakaian rapi siap untuk kerja.

"Jangan banyak bacot kamu, liat tuh jam! Udah jam 11 Kal, udah siang woi." Mama hanya menatap Kala dengan sinis.

"Mama sih ngak bangunin Kala, telatkan jadinya." Kala dengan polosnya duduk sambil meminum susu.

"Gila ya lo! Sampe sakit gini tenggorokan gue bangunin lo doang, masih bilang Mama ngak bangunin?" Mama menatap Kala tak percaya.

Kala mengangguk.

"Deal ya kamar kamu Mama kasih bel, ntar Mama bilang Pak Mansur pasangin."

Kala langsung membelak. "Jangan ngadi-ngadi deh Ma."

"Kamu sih, sementang boss kamu Abi bisa seenaknya gini. Terlalu dimanjain kamu!"

"Tau nih Abi, udah aku bilang jangan manjain aku. Eh anaknya susah dibilangin Ma, bebal banget." Sahut Kala membuat Mamanya semakin frustasi.

"Ngucap Mama, Kal. Pergi deh buruan! Abi udah neror Mama dari tadi nanyain kamu mulu." Usir Mama dengan kesal.

"Iyaa, iyaaa. Cium dulu ih."

Kala mendekati Mama Ina dengan bibir siap untuk mencium. Mama dengan bergedik ngeri menghindar melihat kelakuan putrinya yang sangat diluar nalar.

"Ogah! Minggir gak lo?" Mama Ina memegang sendok nasi untuk perlindungannya.

"Hehehe. Dadahh Mama Ina, kunci rumah baik-baik. Ntar di gondol maling mamahnya. Byeeee."

Was It Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang