Chapter 1

36 2 0
                                    

Sepi, gelap. Tidak ada siapapun disini. Bahkan tidak terdengar suara apapun dari ruangan tempat aku disekap ini. Ya, aku disekap. Aku terbangun sekitar sepuluh menit yang lalu dalam keadaan terikat ke kursi dan mulut ter lakban.

Aku tidak mengingat kapan aku di culik dan bagaimana caranya. Yang kuingat hanyalah aku yang seperti biasa tertidur pada jam sepuluh malam. Tidak ada hal yang mencurigakan malam itu, sama sekali tidak ada.

Aku memang mendengar berita bahwa selama dua minggu ini telah terjadi lima kasus pembunuhan yang anehnya selalu terjadi di sekitar rumahku. Dan pelakunya belum tertangkap sampai sekarang. Dari yang aku dengar pelaku sangat bersih menutupi jejaknya di setiap pembunuhan yang ia lakukan. Bahkan sidik jari atau sehelai rambut pun tidak pernah polisi temukan di lokasi kejadian. Dan juga entah kenapa, tapi aku berpikir bahwa pelakunya adalah orang yang menculik ku saat ini.

Aku tidak menyangkal bahwa aku ketakutan. Aku sangat sangat ketakutan. Aku tidak bisa berfikir tenang sedari tadi. Yang terlintas di pikiranku hanyalah aku yang akan menjadi korban pembunuhan selanjutnya.

Dan ketika aku sedang berusaha melepaskan ikatan yang begitu kuat di tanganku ini lagi, telingaku samar-samar mendengar suara langkah kaki yang kuyakini mengarah ke tempatku berada.

Dengan panik aku tetap berusaha keras melepaskan ikatan yang sialnya sangat kuat ini. Sampai aku sadar semua sia-sia saat aku telah mendengar suara pintu kayu yang berderit terbuka di hadapanku.

Sepertinya inilah akhirnya, aku akan mati disini, dan menjadi korban ke-enam psikopat gila ini.

Mataku tidak dapat melihat wajah orang yang akan membunuhku karena posisinya yang saat ini membelakangi cahaya terang dari luar. Dan seketika mataku membelalak lebar saat orang dihadapanku telah menghidupkan lampu di ruanganku yang membuat aku dapat melihat wajahnya dengan sejelas-jelasnya.

Dia adalah Samuel. Samuel Stampson. Sahabatku.

"Clara? Kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu? Kau baik-baik saja kan?" Seruntutan pertanyaan diarahkannya padaku.

Sam perlahan mendekat dan berjongkok menyamakan tinggi kami ketika sudah berada tepat di hadapanku. Aku yang terlalu syok hanya dapat menggeleng tidak percaya bahwa dialah pelaku dari lima pembunuhan tetanggaku selama ini. Air mataku tidak dapat berhenti turun sedari tadi ketika aku melihat wajah Sam.

"Tidak mungkin-tidak mungkin-tidak mungkin. Ini semua pasti tidak benar. Sam tidak mungkin pembunuhnya. Dia bukan orang seperti itu" ucapku dalam hati mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa Sam bukanlah pelakunya.

"Clara, maafkan aku. Aku harus melakukan ini semua. Aku tidak ingin mereka menangkapmu" Sam bicara seperti itu sambil memegangi kedua pipiku, menghapus air mataku yang mengalir deras dengan kedua ibu jarinya.

"Aku tidak ingin mereka menangkapmu" ulangnya "Aku tidak akan bisa menyelamatkan mu jika mereka membawamu. Kau pasti akan mati. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi Clara" ujarnya dengan menunduk dalam

Apa maksudnya? Siapa yang akan menangkapku? Siapa yang akan membunuhku? Kenapa Sam mengatakan seolah-olah dia menyelamatkan ku? Apakah dia bukan pembunuh itu? Dan juga...siapa mereka?

***

Yang terjadi setelah itu adalah Sam membawaku pergi dari ruangan sempit itu ke sebuah kamar minimalis yang berada tidak jauh dari ruangan sebelumnya.

Dia melepaskan ikatan di tanganku dan juga lakban di mulutku setelah sebelumnya meminta ku berjanji untuk tidak berteriak.

Dan anehnya, seolah tersihir aku menuruti semua permintaannya. Aku tidak berteriak, tidak memberontak sama sekali dan bahkan menurut saja saat disuruhnya masuk ke kamar tersebut. Aku juga tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhku saat itu. Padahal bisa saja aku berteriak sekuat mungkin tadi atau langsung lari saat Sam menggiring ku ke kamar yang kutempati saat ini.
Tapi seperti yang kukatakan, aku seolah bergerak bukan atas kemauan diriku.

Aku bahkan tidak membuka mulutku sama sekali sedari tadi seolah masih ada lakban yang menempel disana.

"Clara, aku akan masuk" ucap seseorang di depan pintuku yang kuyakini adalah Sam.

Tak lama pintu terdorong ke dalam menampilkan Sam yang memegang nampan makanan di satu tangan sementara satu tangan lainnya masih memegang kenop pintu.

"Aku membawakan makanan untukmu" ujarnya perhatian. Aku masih tidak bergeming dari tempatku semula yang sedang menyandarkan punggung ku ke kepala ranjang. Meliriknya sekilas, dan langsung membuang muka ke arah lain.

Sam meletakkan nampan makanan diatas nakas samping tempat tidurku lalu membuka laci besar di bagian bawah nakas tersebut.

Dia mengambil sekotak peralatan P3K dan menarik sebuah kursi yang ada di kamar ini. Dia menarik kedua tanganku perlahan seolah takut menyakitinya dan memandang wajahku dengan tatapan prihatin sekaligus khawatir.

Aku tidak tau apakah ini adalah sandiwara sebelum kematianku atau apapun. Tapi yang jelas, tatapannya saat ini adalah tatapan yang sangat ku kenali. Ini adalah tatapan khawatir yang sama seperti saat dia melihatku terjatuh dari sepeda dulu ataupun saat aku tak sengaja tergelincir hingga jatuh dari atas pohon apel di belakang rumahku. Tatapannya sama, tidak berubah sedikitpun. Tatapan yang menyiratkan kekhawatiran mendalam, seolah aku adalah sebuah barang antik yang harus dijaga sebaik mungkin agar tidak tergores.

Tak ingin terlalu lama bertatapan dengannya aku langsung membuang mukaku ke arah selain tempat ia duduk sekarang. Dapat kurasakan ia mulai mengobati kedua pergelangan tanganku yang lecet akibat aku yang terlalu memaksa membuka ikatannya yang luar biasa kuat.

"Apa yang kau inginkan?" Tanyaku parau. Suaraku seolah tercekat di tenggorokan.

"Aku ingin kau aman Clara, hanya itu" ucapnya sambil meniupi tanganku perlahan berusaha meringankan rasa sakitnya.

"Jujurlah Sam. Langsung saja katakan bahwa kau ingin membunuhku. Aku tidak butuh omong kosong mu lagi" ujarku dengan lancar kali ini

"Tidak akan Clara, tidak akan. Aku melakukan ini untuk menyelamatkan mu. Percayalah padaku. Aku sedang menyelamatkan mu saat ini" ucapnya meyakinkan ku.

Hening. Tidak ada lagi yang bersuara sampai Sam selesai mengobati kedua tanganku dan menutupnya dengan perban.

"Kau harus makan Clara. Kau belum makan sedari tadi pagi" ucapnya dengan sangat sangat lembut.

Tadi pagi? Memangnya sudah jam berapa ini? Berapa jam aku tertidur dengan keadaan terikat tadi? Dimana ini?
Semua pertanyaan itu meluncur cepat di kepalaku, sebelum akhirnya aku mulai membuka mulutku, menerima suapan dari Sam. Tidak ada satu hal pun yang aku mengerti dari diriku sendiri, bagaimana bisa aku masih saja tenang disini sementara mungkin saja nyawaku akan melayang sebentar lagi.

Dan yang paling tidak aku mengerti, kenapa aku masih bisa percaya pada Sam bahkan setelah dia menculik ku seperti ini?

———————————————————————
Note:

Ini adalah cerita pendek, kemungkinan hanya terdiri dari empat bab. Happy reading🤍

DernTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang