Meet

33 4 4
                                    

"Duvi bangun buruan! Katanya mau pergi, ayo keburu siang panas ntar. "

Yang ngebangunin heboh banget pakai segala ngerapihin rambut panjangnya. Sedang kan yang di bangunin malah santai, membuka matanya dan mengambil ponsel yang ada di sebelah bantal.

Melihat jam sebentar, dan dengan acuhnya malah membuka sebuah applikasi game yang telah terinstal di ponselnya. Lalu memainkannya dengan volume sedikit keras, membuat temannya kesal karna terganggu.

"Mandi dulu woy elah, malah main handphone lagi. " ucapnya sinis.

Tanpa mau perduli ucapan teman nya, Duvi kembali fokus ke permainan yang sedang dia mainkan. Sibuk menaikkan level yang bahkan sudah cukup tinggi.

Soda crush,

Delicious!

BUUGH

"Aww! sakit Sofi! " teriaknya kesal.

Lalu beralih menatap ke arah temannya dengan wajah kesalnya,

"Apa?! " balas Sofi sewot.

"Gak kok, tapi ini masih pagi Sofi. Buset mau ngapain pergi pagi? Mall aja belom buka kali, pegawainya masih pada molor. " sahut Duvi sinis.

Tapi hanya sesaat, karna melihat wajah Sofi yang garang dan tatapan menyuruhnya agar cepat mandi. Kalau begini, sudah di pastikan akan menurut ucapan Sofi.

"Iya aku mandi astaghfirullah, santai aja itu matanya ya ampun! " lanjutnya seraya berjalan masuk ke kamar mandi, tak lupa juga membawa handuk yang tersampir di samping pintu.

Karna Sofi yang bisa membuat siapa aja takut akan ucapannya dan hanya dengan melihat pelototan matanya yang bulat dan besar.

"Kamu juga buruan siap siap nya, gak usah nyimak doang. "

Targetnya sekarang ke arah Sasa yang masih sibuk memoleskan liptink ke bibirnya. Kalau sudah begini, artinya mereka berdua harus ikut dan nurut apa kata Sofi.

Mungkin saja Sofi sedang datang bulan, jadi semua orang terkena amukannya tanpa terkecuali.

Tak lama kemudian, Duvi keluar dari kamar mandi. Lalu berjalan ke lemarinya, mengambil pakaian yang simple dan memakainya disana. Dan terakhir memakai hijab segi empatnya.

Gak ada kata risih buat mereka bertiga karena memang sudah terbiasa.

"Ayoklah, aku udah siap. " ucap Duvi semangat, padahal sebelumnya dia yang paling malas.

Tak ada sahutan dari kedua temannya, lantas Duvi menoleh ke arah mereka dan mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa? " tanya nya heran.

"Kamu gak dandan? " tanya Sasa balik.

"Lah ngapain? Begini aja udah cantik kece aku mah. " jawab Duvi percaya diri.

PLAK

"Kamu gak usah malu maluin kita ya, duduk sini diem. " sahut Sofi seraya menarik tangan Duvi untuk duduk.

Membuka alat makeup nya dan merias wajah Duvi dengan hati dongkolnya. Itu terlihat dari wajah kesalnya dan tata caranya merias dengan sedikit kasar.

"Astaghfirullah Sofi, pelan pelan ihh. "

"Udah deh diem nurut aja, matanya merem ntar kena bedak. " sahut Sasa yang memegang kedua tangan duvi dari belakang.

Mereka berdua benar benar berniat merias wajah Duvi yang anti dengan riasan.

"Ini baru yang namanya siap, dan yang pastinya gak malu maluin kita disana. " ujar Sofi sinis.

"Iya ibu, maafkan aku yang nantinya malu maluin. " balas Duvi dengan senyum terpaksanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Story'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang