[ teruntuk kamu; masa lalu terindah. ]
Aku sakit dan bahagia dalam kurun waktu yang sama, ketika bersama kamu aku ingin pergi, tapi ketika kamu benar-benar membuat jarak, aku merasa bebanku berat. aku tak siap untuk segala kemungkinan, aku tau aku tak bisa terus bersandar padamu, aku juga tak boleh menaruh banyak angan di pundakmu, tapi ketika aku mencobanya, memberi kamu ruang dan tempat menepi, aku jadi tau, kita hanya butuh waktu, bukan perpisahan.
****
Sosok itu, sosok yang ia rindukan tepat sedetik setelah mereka berpisah, sosok yang namanya tertulis banyak sekali dalam buku harian, sosok yang dengan rakusnya mengambil seluruh atensi, mencuri hatinya tanpa mau mengembalikannya lagi, kini dia mengambil oksigen di tempat yang sama dengan sang gadis, tampak tenang dengan senyum manis, seolah hanya Lalisa Manobal saja yang terluka, sementara Jeon Jungkook sama sekali tidak.
"Aku boleh duduk di sini?"
"Tentu," dia berusaha sampai payah, agar suaranya tak bergetar, agar tak ada embun di kedua netranya, ternyata lelaki itu datang, ke taman yang menyisakan banyak sekali kenangan, ke tempat pertemua terakhir mereka, kalau lelaki itu kesini, bukankah dia kepayahan juga? atau dia hanya kebetulan lewat? bisa saja 'kan?
"Apa kabar Lis?" tangan itu dingin, genggamannya terasa perih, sungguh sangat berbeda dengan satu tahun lalu, dulu mereka bahkan melakukan hal yang lebih dari sekadar berjabat tangan, tapi kenapa sekarang semuanya terasa begitu jauh, lengan itu terlalu lama tak ia lihat, semuanya terasa asing.
"Baik," ya benar baik, suhu tubuhnya hangat, deru napasnya hangat, senyumannya pun tampak hangat, tapi hatinya dingin, dingin sekali sampai membuat sesak. "Kalau kamu Jung?"
"Tidak, tak pernah sebaik dulu," berbeda dengan Lisa yang terlihat begitu hancur, sosok yang duduk di sebelahnya tampak hangat dengan senyum yang menampilkan gigi kelincinya, ada lesung juga di sebelah pipi kanannya, sejak dulu sampai sekarang, Jungkook memang selalu menang, dia selalu bisa tampak baik-baik saja, dia yang entah bagaimana pernah membuat Lisa merasa bersalah setengah mati, karena lelaki itu terus tersenyum, tak mengatakan apa-apa.
"Begitu? padahal setiap malam aku selalu berdoa supaya kamu baik-baik aja, ternyata belum di dengar, mungkin butuh waktu, manusia di bumi kan banyak, jadi doaku masih berayun di langit, belum sampai ke tuhan..." Jungkook menggeleng-gelengkan kepala, tatapan matanya sendu, seolah ingin memberitahu Lisa apa yang dia ucapkan itu tak benar.
"Aku bakalan baik-baik aja kalau ada kamu, dari dulu aku selalu bilang gitu 'kan? itu juga doa, dan doaku udah terkabul, jadi jangan membuat doa yang berbeda, karena salah satunya tak akan terwujud," tak ada lagi suara dari keduanya yang terdengar, kini indera pendengaran mereka hanya mampu mendengar suara cicitan serangga, dan angin yang lumayan kencang, sore yang begitu kelabu, untung saja langitnya biru, setidaknya ada satu yang cerah di sana.
"Jung?" suaranya pelan sekali, membuat Jungkook menahan diri sekuat tenaga untuk tak membawa perempuan itu masuk dalam dekapannya.
"Hm?"
"Kenapa kau datang?" langit yang tadi biru perlahan berubah menjadi jingga, sungguh indah sekali, Jungkook bertanya-tanya dalam hati apakah perubahan yang terjadi di atas sana, akan terjadi pada dia dan wanita itu juga? perubahan yang jauh-jauh lebih indah, meskipun warna sebelumnya pun cukup indah, tapi mereka berdua membutuhkan warna yang lain.
"Setahun yang lalu aku berjanji pada diriku sendiri, aku akan datang kesini lagi kalau perasaanku padamu tak berubah," mereka duduk berdua di kursi taman besi persis di bawah pohon, jarak mereka duduk cukup dekat tapi dibanding saat-saat lalu, jarak mereka sekarang adalah yang paling jauh. "Aku bahkan sering kesini, setiap tiga kali seminggu, kadang empat atau lima kali kalau pekerjaanku selesai lebih cepat, dan aku jadi yakin kalau perasaanku tak berubah sama sekali, tak pernah bisa," Lisa menundukkan kepalanya, menahan air matanya agar tak luruh, lengannya mencari-cari letak sakit di dekat jantungnya yang berdetak, tapi dia tak bisa menemukan sumber rasa sakit itu, dia terus berusaha tapi ada suara yang juga bisa ia dengar dengan jelas, entah berbunyi dari mana. 'hei Lisa, dia mencintaimu, Jungkook selalu mencintaimu, sama seperti kamu, perasaan yang sama besarnya, lalu kenapa kau malah sibuk mencari rasa sakit, sementara dia yang bisa menyembuhkanmu, ada di dekatmu, menatapmu dengan penuh kasih sayang'
"Tapi Jung, aku----aku membuat hubungan kita menjadi sangat rumit, masalah terus datang padahal hanya karena hal sepele, kamu-- kamu capek 'kan?" Lisa tak menangis saat mengucapkan itu, tak ada setetes pun air yang jatuh, hanya saja hatinya perih, sakit sekali, dia tak tahan, sampai lengan yang terasa asing itu menariknya secara lembut, memeluknya.
"Semua orang bisa capek, tapi bukan berarti dia mau berhenti," Jungkook mengusap rambut blonde Lisa yang sedikit kusut karena angin, rasanya seperti deja vu, rasa bahagianya masih sama.
"Jung, asal kamu tau aku juga ingin sekali datang kesini, tapi aku takut, aku takut sendirian, aku takut kamu udah bahagia, dan aku takut harapan-harapan aku buat sama kamu lagi jadi hilang. aku---aku ngga pernah siap kesini, hari ini pun gitu, tapi aku juga sadar, aku ngga bisa kaya gitu terus, seenggaknya disini, aku bisa bayangin hari-hari kita yang dulu, walaupun ngga sama-sama lagi," Jungkook tak mengeluarkan suara apapun lagi, dibiarkannya sang pujaan mengeluarkan seluruh isi hatinya, karena Jungkook tau, setiap kata yang keluar dari mulut Lisa, adalah kalimat-kalimat yang akan mengakhiri musim sepi di dalam kehidupannya.
"Aku pikir kita ngga akan pernah searah lagi," Jungkook menggeleng mantap, berbeda dengan tadi sorot mata lelaki itu tak lagi berbinar, bagai langit malam tanpa bintang, mendengar semua ini membuat pertahanannya kendor juga.
"Sudah mau pulang kesini?" Jungkook membawa salah satu lengan Lisa menyentuh dadanya dengan sangat lembut.
"Ya, diluar sepi," Jungkook merapatkan kembali dekapannya, mengukung gadis yang setahun ini memblokir seluruh sosial medianya, dan tentu saja dia tak mau egois, Jungkook tak mau mengganggu, makanya sekarang dia masih tak mempercayai takdir, dia dan seluruh kepercayaannya meyakini gadis cantiknya tak akan pernah kembali, tapi lihat sekarang? tanpa komunikasi sedikit pun mereka bisa bertemu dan kembali berjalan ke arah yang sama.
Sama seperti dulu.
°the end°
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
come back home [ Lizkook, one shot ]
FanfictionMereka pernah bersama di masa lalu, berhasil melewati banyak rintangan lalu terperosok jatuh dalam sekali, semuanya berlalu begitu saja saat Lisa sadar bahwa sang kekasih sudah begitu lelah kepadanya, kepayahan sampai membuat Lisa merasa bersalah d...