1.

11 2 5
                                    

Leyna pulang larut lagi. Ia memang tidak heran lagi dengan para guru yang selalu membuat banyak tugas. Menempuh sekolah menengah memang membuatnya harus belajar dengan giat. Dia tidak boleh bersantai-santai, yang pada akhirnya nanti peringkatnya menurun.

Pulang les ini Leyna harap ayahnya belum pulang. Ia takut jika nanti di marahi gara-gara pulang terlalu malam. Padahal kan memang jam segini les selesai. Tapi, ayahnya selalu melebih-lebihkan.

Leyna terus memandangi luar jendela. Bus yang ia naiki sekarang melaju dengan kecepatan standar. Didalamnya juga hanya ada beberapa penumpang lain. Tapi hanya dirinya saja yang masih menyandang status pelajar.

Melihat para pekerja kantoran memang membuat dirinya iri. Dia sering membayangkan suatu saat ia menjadi pegawai kantoran. Pasti sangat menyenangkan. Apalagi jika menjadi CEO, dia pastikan hidupnya pasti tidak akan pernah kekurangan. Bayangkan saja jika seorang wanita menjadi pemimpin perusahaan terkenal, bukankah sangat keren?

Huh, berkhayal memang sangat nikmat.

Lamunan Leyna terhenti ketika bus yang ia tumpangi berhenti di halte tujuannya. Lantas ia bergegas keluar dan pulang kerumah. Untung saja rumahnya dekat dengan halte, jadi dia tidak perlu memakan banyak waktu untuk sampai ke rumah. Ia juga bersyukur, jalan dari halte menuju rumahnya itu tidak melewati gang gelap seperti yang terdapat pada drama dan novel. Tidak ada yang namanya penjahat ataupun pemalak.

**

"Leyna! "

Leyna merotasikan tubuhnya ketika mendengar namanya dipanggil. Itu Sunhee.

Gadis bermarga park itu berlari kearah Leyna.

" Apa? " Tanya Leyna langsung. Walaupun dia sudah paham pasti Sunhee akan menanyakan PR nya.

" Mm, aku pinjam buku matematikamu, yah?" Ucap Sunhee. Leyna sudah terlampau biasa dengan kata-katanya itu. Bukan hanya Sunhee juga sih yang sering seperti itu, semua temannya juga. Pantas saja dirinya berlari seperti itu.

Leyna mendengus pelan. " Pantas saja kau memanggilku. Sudah ku bilang, agar kau tidak hanya memikirkan pacarmu saja. Tugas juga harus dipikirkan " Ucap Leyna sambil mengambil bukunya.

Sunhee mengerucutkan bibirnya. "Bagaimana lagi, dia terlalu manis Ley"

Leyna memutar bola matanya jengah. "Bucin" Cibirnya sambil memberikan bukunya.

"Heh, awas saja yah jika kau punya kekasih. Kau hanya belum merasakannya, Ley" Apa kau tidak lihat banyak pria yang mengincarmu? Ayolah, buka matamu. Apa kau ingin besok mati dengan menyandang status jomblo?"

"Bicaramu itu! Aku pasti akan mendapatkan pria sesuai keinginanku. Tapi bukan sekarang"

" Lalu kapan? Lihatlah, mukamu sudah mulai ada kerutan gara-gara terlalu sering belajar. Lagi pula jika aku jadi kau, aku pasti tidak mau repot-repot belajar. Kau ini sudah punya otak yang encer tanpa perlu belajar"

Leyna mendengus napas kasar. Sahabatnya ini memang tidak bisa menjaga ucapannya yah "Suatu saat nanti. Cinta itu punya waktu sendiri. Aku tidak ingin hanya bermain-main sepertimu. Apalagi dengan bocah"

"Hey, Yugyeom walaupun adik kelas tapi dia dewasa loh" Sewot Sunhee tidak terima. Masa iya, pacarnya dibilang bocah.

"Terserah" Leyna berjalan cepat meninggalkan Sunhee. Yugyeom, kan memang masih bocah. Mana ada orang yang berpikir dewasa membiarkan kekasihnya tidak mengerjakan PR dan bertelefonan semalaman.

Memang sih, Leyna tidak pernah berpacaran. Sekalipun. Jadi, dia tidak tahu sistematikanya bagaimana. Tapi, Leyna itu pengamat, tidak semua orang yang punya kekasih sebucin Sunhee. Jadi, setidaknya dia bisa membandingkan.

Inside Your Hug - Jackson WangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang