Prolog

43 3 0
                                    

Melalui angin
yang saat itu berembus kencang
hingga menerbangkan apa yang sepatutnya takluk kepadanya,
membelai tidak manis wajahku
hingga rasa kusut.

Melalui gerik dedaun
yang ia kalah bertarung
hingga tunduk dan gugur bersujud
di atas tanah dengan ikhlas.

Serta
melalui apa yang terekam
dalam sorot mataku yang layu dan malu menampakkan kekuatan dirinya,
aku,
akan mencintai.

Dimulakan dengan cara
mengasihi diriku,
mencintai hatiku
mencintai pikiranku yang ribut
mencintai gigi-gigiku
mencintai warna kulitku
mencintai berat badanku
yang baru saja turun padahal
tidak dalam rencana itu
mencintai apa-apa yang pernah kulalui

mencintai kelamku
mencintai semua kekhawatiranku
mencintai rasa maluku
mencintai nadiku
mencintai hidupku.

Kemudian,
aku akan
menyambut
untuk
mencintaimu.

Puisi Itu Bernama KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang