Tahun pertama aku menduduki bangku sekolah menengah atas, aku mengenalnya sebagai teman kelas. Iya, kami satu kelas. Dia teman laki-laki pertama yang kenal dekat denganku. Di semester awal, pertemanan kami hanya sebatas saling menyapa. Belum ada obrolan panjang, sebab memang belum ada topik yang mesti kita bahas bersama
Namanya Albi, Albi Musyafa. Usianya satu tahun lebih tua dariku. Badannya tegak, tingginya sekitar 170cm, sorot matanya teduh, rahangnya tegas. Nyaris sempurna
Dia sederhana, dia orang yang cerdas dalam menyikapi segala permasalahan, dia gak banyak bicara, tapi cukup humble ke semua orang. Mungkin karena sifat humble nya itu yang membuat kami mudah akrab
Pertemanan kami berjalan seperti semestinya. Kami mengikuti ekstrakulikuler yang sama, ikut andil menjadi kepengurusan OSIS di sekolah walaupun gak sampe akhir, dan sempat mengikuti kajian di tempat yang sama. Selain itu, dia juga gabung di grup bola volly sekolah, mungkin karena itu juga sebab badannya lumayan tinggi
Entah aku yang terlalu melebih-lebihkan atau tidak, tapi itu adalah pendapatku tentangnya. Dan entah kenapa, sejak ikut andil menjadi pengurus OSIS di sekolah, pesonanya semakin muncul. Kelebihan yang tidak banyak orang tahu, sudah bernai dia perlihatkan di depan teman-temannya. Misalnya saja dalam bermain alat musik, dia cukup menguasai beberapa alat musik, seperti gitar dan drumbox. Ah iya, dia memang nyaris sempurna
KAMU SEDANG MEMBACA
Dhuha Love Story
SpiritualSaat yang lain mengagumi oranye jingga, aku malah mengagumi waktu Dhuha. Waktu yang mempertemukan ku dengan laki-laki baik sepertimu, waktu yang mempertemukan ku dengan perempuan-perempuan baik, dan waktu yang menyatukan ku pada pertemanan yang baik...