1.2 yestoday

264 44 9
                                        

Tahun Pertama. Semester Genap.

Donghyuck menyambut datangnya musim semi dengan menyusuri Danau Hitam setiap hari, mengamati salju yang mulai meleleh dan membiarkan bunga-bunga tumbuh. Sesekali Donghyuck akan melemparkan bebatuan menuju danau untuk memecahkan permukaan esnya.

"Jika aku jadi kau, aku tidak akan melakukannya," Jaehyun Jung datang pada suatu siang yang berangin, dengan syal merah-kuning khas Gryffindor yang menggantung di lehernya.

Donghyuck melemparkan batu di genggamannya ke udara, menimbang-nimbang bagian danau manakah yang harus ia lempari kali ini. Sempat terbersit dalam pikirannya untuk melemparkan batu itu ke kepala Jaehyun saja, namun tentu segera Donghyuck urungkan. Ia masih ingin hidup dengan tenang, terima kasih.

"Melakukan apa?" jawab Donghyuck akhirnya. Ia melemparkan batu ke sisi kanan danau dengan es yang masih tebal, mengakibatkan retakan yang cukup besar.

Jaehyun berdiri mendekat di samping Donghyuck dengan kedua tangan tersembunyi di dalam saku. Congkak sekali. Donghyuck merasakan temperatur yang menghangat setiap kali Jaehyun melangkah untuk mengikis jarak di antara mereka, seolah Jaehyun turut membawa musim semi bersama hembusan napasnya. Dan Donghyuck melihat Jaehyun dalam jarak yang dekat, tentang pahatan wajah Jaehyun yang menawan di usianya yang baru menginjak enam belas. Mungkin karena bawaan suasana, pipi Donghyuck memanas.

"Melemparkan batu, atau benda apapun ke sana. Kau tidak tahu makhluk apa saja yang hidup di dalamnya."

Kontras dengan perkataannya, Jaehyun turut membungkuk dan mengambil sebuah batu kemudian melemparkannya. Lemparan Jaehyun sangat jauh, riaknya sama sekali tidak terlihat dari tempat Donghyuck berdiri. Sesaat Donghyuck mendengar raungan samar-samar dan gelombang-gelombang air yang mendekat.

Tubuh Donghyuck sedikit tersentak ke belakang, jelas tidak siap untuk serangan balik tadi. Jaehyun mencengkeram bahunya, menjaga tubuh Donghyuck agar tidak semakin oleng. Buru-buru Donghyuck melepaskan tangan Jaehyun. "Ngomong-ngomong, terimakasih peringatan dan simulasinya, Tuan Jung yang terhormat."

Jaehyun tergelak. "Sopan sekali, Lee. Seingatku, kau bahkan tidak menggunakan bahasa yang baik ketika berbicara dengan adikku."

"Soal Jaemin," Donghyuck menggantung kalimatnya di udara, menunggu reaksi sekecil apapun dari Jaehyun. Jaehyun masih tersenyum, memamerkan lesung pipitnya, tanpa perubahan reaksi apapun. "Jika aku jadi kau, aku tidak akan melakukannya."

Giliran Jaehyun yang melemparkan tanya, "Melakukan apa?"

Donghyuck tidak tahu, apa sebenarnya yang Jaehyun lakukan hingga membuat Jaemin tidak menyukainya. Jaemin sendiri mengatakan bahwa satu langkah salah lagi, Jaemin pastikan ia akan memasuki tahap membenci kakaknya. Satu hal yang Donghyuck tahu setelah enam bulan mengenal Jaemin adalah bahwa Jaemin akan melakukan apapun yang ia ingin lakukan.

Melihat Donghyuck yang terdiam tanpa memiliki jawaban, Jaehyun menepuk puncak kepala Donghyuck sebelum berlalu. "Dia adikku, aku tahu dan sadar atas apa yang aku lakukan. Mungkin saja, Donghyuck, kau yang belum mengenalnya sama sekali."


"Pagi, Donghyuck! Kesiangan lagi hari ini?"

Donghyuck mendudukkan diri di samping Yuta yang tersenyum mengejek. Ia menghabiskan liburan musim dinginnya dengan bermalas-malasan dan baru terbangun saat matahari sudah tinggi di atas langit. Kebiasaannya masih terbawa hingga semester baru dimulai, hari ini. Donghyuck memindai meja Slytherin dan menemukan Jaemin telah lebih dahulu sampai di sana. Ia melemparkan tatapan terkhianati pada Jaemin, teman sekamar yang tidak membangunkannya pagi ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

sunset birdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang