My First Love

18 2 2
                                    

Fransika Nayla Tansia atau kerap disapa Siska, Siska memiliki phobia akan kegelapan. Saat ini Siska mulai menyelesaikan setiap lembar tulisan dibukunya. Lampu belajar yang silau menembus setiap lembar tulisannya.

Setiap kata mewakili isi hatinya saat ini, Pa? Papa baik-baik saja kan diasana? Siska rindu papa. Satu kalimat dia tuliskan pada buku pribadinya. Begitupun dengan kalimat-kalimat selanjutnya.

Pasir putih terhampar luas didepannya, angin laut yang berhembus halus ketelinganya. Ya, dia sedang menikmati waktu luang bersama sang papa. Tak lupa mamanya  mengambil gambar mereka berdua hanya sebagai kenangan belaka.

"Siska sini papa akan bawa kamu ke tengah laut," ujar papanya seraya berjongkok didepan Siska.

" Yesss, papa Siska mau banget digendong sama papa ke tengah laut." Balas Siska dengan penuh semangat seraya menaiki punggung sang papa.

Papanya pun mengajak Siska ke tengah laut dan Siska terlihat bahagia dengan hal itu. Namun,siapa sangka setelah mereka pulang dari pantai, ada sekumpulan orang yang mencoba merampok mobil keluarga Siska. Dengan sigap papanya mencoba untuk melindungi keluarganya. Namun, tak disangka papanya lah yang menjadi korban dalam kejadian itu, papanya terluka cukup parah dan harus di larikan kerumah sakit terdekat saat itu.

Siska dan ibunya juga dibantu oleh warga sekitar untuk membawa papanya ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit sayang, nyawa papanya tidak tertolong. Sehingga saat itu menjadi kenangan yang cukup menyakitkan bagi Siska dan ibunya. Jika harus mengenang kejadian itu, rasanya kepedihan itu muncul kembali.

Pa? Tenang ya di sana. Satu kalimat kembali dia tuliskan kedalam bukunya.

Papa selalu menjadi cinta pertama Siska. Sambungnya di pojok kanan bawah bukunya.

Suara ketukan pintu terdengar ditelinganya. Ya siapa lagi kalau bukan mamanya, mamanya sangat memperhatikan Siska, wajar saja dia anak satu-satunya dari keluarga Brhamandito.

"Siska ayo makan malam dulu!" Seru sang mama diiringi suara ketukan pintu.

"Iya ma bentar lagi Siska turun kebawah," jawabnya dengan santai

"Cepetan nanti nasinya dingin,"

"Iya ma iya."

Siska pun turun dan makan malam bersama mamanya. Terasa sepi mengingat sang papa tidak lagi ada di sampingnya. Hampir 8 tahun berlalu mereka berdua menjalani kehidupan tanpa seorang ayah dan sekaligus suami bagi mamanya Siska.

"Maa? Siska kangen sama papa,"  Ucapnya dengan nada lemah.

"Sama Siska mama juga kangen sama papa kamu." Jawab mamanya seraya mengacak-ngacak rambut Siska.

"Tapi ma kenapa papa ninggalin kita lebih dulu?" Tanya Siska dengan nada yang cukup menekan.

"Hust Siska jangan ngomong kayak gitu pamali, itu sudah jadi takdir papa kamu."

"Iya ma tapi...." Siska menggantungkan ucapannya.

"Sudah lah makan cepat, jangan banyak ngomong. Terus kamu tidur setelah ini!" Pinta mamanya.

"Iya ma." Balasnya dengan nada lemah.

Sampai kapan pun papa akan selalu Siska kenang... batin Siska.








Ini cerita aku yang pertama, dan ini hasil pemikiran sendiri yah.
Mohon dengan sangat maaf kalo ada tanda baca yang salah karna dalam proses pembelajaran.😂
Oh ya, jangan lupa vote+komentarnya☺

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fantasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang