1

35 11 0
                                    

     Rasanya aku ingin mati saja. Hidupuku sudah tidak ada gunanya lagi. Alasan mengapa aku hidup sudah tidak ada lagi. Semuanya,Ibu, Ayah, bahkan adikku Alan, semuanya telah pergi. Apa aku harus menyusul mereka juga? Mungkin tidaksekarang. Sebaiknya aku lulus SMA dulu baru aku bisa mati dengan tenang.

     Kriiing... bel sekolah membuyarkan lamunanku. Aku melihat jam yang menempel di atas papan tulis. Jam menunjukkan pukul 4.45, saatnya jam pulangsekolah. Aku pun bangkit dari tempat dudukku lalu mengemas barang-barangku. Rasanya sangat melelahkan. Aku ingin segera sampai di rumah dan berendam di air panas. 

     Setelah kematian keluargaku, entahkenapa aku sangat benci dengan keramaian. Parahnya lagi, aku bahkan mengusirteman-temanku yang mencoba mengajakku bicara setiap hari. Aku pikir tidak ada gunanya. Merekasemua pengganggu. 

     Aku menelusuri jalan yang dipenuhi dengan orang-orang yang berlalu-lalangkarena jam pulang kerja dan jam pulang sekolah tiba hampir bersamaan. Sepanjangperjalanan aku hanya melamun dan tak mempedulikan orang-orang yang bahkan sempataku tabrak. Pikiranku selalu kacau. Aku hanya berpikir untuk segera pulang kerumah.

     "Lice, Alice... ALICE," aku kembali tersadar dari lamunanku karena seseorang yang memanggil namaku. Aku seperti mengenal suara itu. Itu suara Alfar, teman kelassekaligus sahabatku.

     Saat aku menoleh, aku melihat Alfar berlari ke arahku dengan sangattergesa-gesa. Apa dia mengikutiku? Mungkin, sebenarnya aku tidak ingin peduli. Tapi aku tetap penasaran apa yang dia lakukan saat ini. Apa ada masalah? Kenapa dia berlari seperti itu?

     Aku melihat sekitarku. Aku pun langsung sadar kalau saat ini aku berada di tengah-tengahjalan raya, dan saat ini ada sebuah truk yang melaju sangat kencang kearahku.

     Alfar menggapai tanganku dan langsung menarikku kedalam pelukannya. Seketika itu juga tubuh kami terhempas karena bertubrukan dengan suatu benda yang sangat keras.

     Tubuhku melayang di udara namun aku masih merasakan Alfar memelukku, tapi pelukannya langsung terlepas. Tak lama kemudian tubuhku pun menghantam aspal dengan sangat keras.

     Aku merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhku. Rasanya tubuhku mengeluarkan banyak sekali darah. Wajahku rasanya perih karena tergores aspal. Aku merasakan beberapa tulangku yang patah, dadaku sesak sekali, dan kepalaku sangat sakit.

     "L... Lice..." aku menangkap sebuah suara yang memanggil namaku. Sekilas mataku menangkap sosok Alfar yangtergeletak tak jauh dariku sedang mencoba merangkak ke arah ku. Tubuhnya dipenuhi darah dan kondisinya terlihat lebih parah dariku. Aku ingin mendekatinya,tapi aku pun sama tidak berdayanya dengan Alfar saat ini.

     Aku tidak bisa bergerak, tubuhku mati rasa, pandanganku mulai kabur, perlahan, semuanya mulai menggelap . Samar-samar telingaku menangkap suara orang-orang yang mengelilingiku.Setelah itu, akupun kehilangan kesadaranku.

     Akhirnya aku bisa menyusul kalian. Ibu, Ayah, Alan, tunggu aku di sana. Kita akan berkumpul kembali dan memulai cerita yang baru.

      Alfar, maafkan aku. Karena aku, kau pun harus ikut bersamaku meninggalkan ibumu seorang diri. Kenapa kau harus menolongku. Jika saja kau tidak menolongku, bibi pasti tidak akan bersedih. Jika bisa, aku ingin meminta maaf ke bibi karena membuat Anak satu-satunya meninggalkannya sendiri. Bibi, tolong maafkan aku...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

:))

ShigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang