00. Prolog

540 80 34
                                    

〰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di daun yang ikut.. Mengalir lembut.. Terbawa sungai ke ujung mata.."

"Dan aku mulai takut terbawa cinta.. Menghirup rindu yang sesakkan dada.."

Jakarta, tepat saat rona angkasamu mulai menjingga. Seungmin duduk di Cafe Senja seraya menatap sang pemilik suara yang tengah menyanyikan lagu Ruang Rindu milik Letto itu dengan suara halusnya.

"Jalanku hampa dan kusentuh dia.. Terasa hangat, oh di dalam hati.."

"Ku pegang erat dan ku halangi waktu.. Tak urung jua kulihatnya pergi.."

Ah, Jakarta. Suara si pemuda Ruang Rindu itu serupa sang bayu yang menepi dari angkasa. Menyapu wajah Seungmin penuh kelembutan, menyapa sepasang telinganya hingga ia kecanduan.

Di bawah lampu panggung berona jingga, rupa si pemilik halus suara itu terlihat semakin mempesona. Kemeja putih yang membalut tubuh kokohnya, lengkap dengan surai coklat madu yang memberi kesan tampan dan manis di waktu bersamaan.

"Tak pernah ku ragu dan selalu ku ingat.. Kerlingan matamu dan sentuhan hangat.."

Seungmin melihatnya, sepasang manik kembar berwarna coklat gelap itu mendambakan seseorang. Kilatan penuh harapan akan kedatangan sang pujaan hati, harapan akan sang pemilik hati yang tetap memilih untuk bertahan dan tak pernah memilih untuk pergi.

"Kau datang dan pergi oh begitu saja.. Semua ku terima apa adanya.. Mata terpejam dan hati menggumam.. "

"Di ruang rindu kita bertemu.."

Bersama dengan sinar jingga merah bata yang masuk lewat celah jendela, Tatapan mereka bertemu.

Sepasang manik kembar Seungmin terhanyut dalam semesta si pemuda halus suara. Manik coklat gelap itu serupa goresan tinta hitam yang di toreh dalam kanvas putih, buat Seungmin terpaku pada satu titik hingga sang detik berlalu menjadi menit. Keduanya masih saling bertatap tak berniat memutus benang yang tak kasat.

"Di ruang rindu.. Kita bertemu.."

Sampai pada bait terakhir lagu Ruang Rindu, Si pemuda halus suara bangkit dari duduknya. Membawa kaki jenjangnya keluar dari panggung kecil, menghampiri barisan meja yang berisi teman-temannya.

Langkah si pemuda halus suara tepat berada di depan kursi yang sedang Seungmin duduki.

Ayo, sebelum terlambat Ilo.

"Tunggu."

Berhasil. Pemuda dengan surai coklat madu itu tolehkan kepala pada sumber suara, menatap Seungmin bertanya.

"Ya, ada apa?"

"Boleh minta nomer kontak lo?"

Suara Seungmin mengudara angkuh, buat si pemuda halus suara itu mengerutkan dahinya heran. Ayolah Jakarta, memangnya ada orang yang tiba-tiba meminta nomer kontak tanpa tahu nama?

"Maaf?"

Seungmin berdehem pelan, dengan tiba-tiba tenggorokannya menyempit karena sepasang manik coklat gelap si pemuda halus suara menatapnya telak.

"Buat keperluan casting, gue lagi nyari orang buat jadi model di mv temen. Mungkin lo tertarik?"

Jakarta, Seungmin bersyukur karena otaknya yang tidak berhenti bekerja walaupun ia sedang di landa gugup luar biasa.

"Apa itu juga alasan lo liatin gue selama itu pas gue nyanyi?"

Seungmin anggukan kepalanya pelan, "Gue cuman butuh nomer kontak lo, kalo lo tertarik sam-"

"Bukannya lo yang harus ngasih nomer kontak ke gue kalau beneran untuk keperluan casting."

Sial, otak Seungmin ternyata tak bekerja dengan baik.

"Ya terserah gue dong maunya gi-"

"Oke, oke.. Gue paham." Si pemuda halus suara mengambil buku catatan Seungmin di atas meja, kemudian dengan cepat menuliskan digit nomernya di atas kertas itu.

"Ini, gue Chandra Alian."

Chandra Alian, Seungmin akan mengingatnya.

"Maka-"

"CHAN!"

Chan, si pemilik halus suara itu menolehkan kepala membawa netranya untuk mengedar mencari sumber suara.

Dan Jakarta, Seungmin melihatnya. Sepasang manik kembar berwarna coklat gelap itu kini mengkilat penuh binar, menandakan sosok gadis dengan rambut sebahu yang baru saja menyerukan namanya merupakan sosok yang ia damba.

"Kenapa gak bilang mau datang sekarang, sayang?"

Bersama dengan bergantinya rona angkasa Jakarta, dari jingga merah bata menjadi abu-abu tua. Dari goresan warna bahagia menjadi torehan luka.

Seungmin seharusnya sudah menduga. Bahwa Jakarta tak mengizinkannya untuk merasakan bahagia.

Starring

Chandra Alian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chandra Alian

(Chan)

23 tahun
Produser lagu
Anak Psikologi

23 tahunProduser laguAnak Psikologi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arlilov Rakaumin
(Ilo, Ilov)

21 tahun
Penulis
Anak Sastra

- Ilov -

Dipublikasi pada :

19 Oktober 2020

Ilov ¦ ChanminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang