Chapter 1

2 0 0
                                    

"Tunggu, Luna!" gadis dengan rambut hitam itu langsung berhenti di depan pintu kereta kudanya, menatap sang lelaki yang tadi memanggilnya. "Ini untukmu," lelaki itu memberikan sapu tangan dengan bordiran benang emas di atasnya.

"Untuk apa?"

Lelaki itu tersenyum lebar. "Anggap saja sebagai jimat keberuntungan."

"Baiklah. Terima kasih, Orion," Luna tersenyum lalu menyimpan sapu tangan tersebut di kantung gaunnya. "Aku pergi dulu."

"Tunggu!"

Luna menunda langkahnya. "Ada apa?"

Orion langsung menarik Luna ke dalam pelukannya. "Jangan lupakan aku."

***

Seorang gadis yang sedetik yang lalu masih terlelap sekarang membuka matanya lebar-lebar akibat perasaan tidak nyaman yang ditimbulkan oleh mimpinya, perasaan kosong dan hampa. Napas sang gadis putus-putus, matanya berair, dadanya sesak, tubuhnya pun terasa berat. Mimpi yang ia alami bukanlah sebuah mimpi buruk tapi efek yang ditimbulkan sama seperti saat ketakutan terbesarmu mengejar bahkan saat dalam keadaan tidak sadar.

"Sialan!" gadis cantik bernama Sunny itu mengumpat. Entah ia mengumpat karena mimpinya bersama lelaki tampan selesai begitu saja atau karena ia lagi-lagi terbangun saat tengah malam, saat tubuh dan pikirannya baru saja beristirahat. Malam ini adalah malam kelima dimana Sunny harus terbangun saat tengah malam karena mimpinya berakhir dengan perasaan tidak nyaman yang sama setiap harinya, anehnya kelima lelaki yang ia temui di dalam mimpi selalu berbeda seolah mereka muncul bergantian untuk mengganggu tidur sang gadis cantik.

Sunny mengambil botol minum yang sudah ia siapkan di atas nakas di samping tempat tidurnya, menenggak isinya sampai habis. Setelah itu, sang gadis merebahkan tubuhnya dan menatap kosong langit-langit kamarnya, sebenarnya gadis itu mengantuk tetapi suara-suara yang muncul di dalam kepalanya tidak mau berhenti juga walaupun matanya ingin terpejam. Tidak hanya suara-suara yang ada di kepalanya entah karena apa, tapi otaknya seolah juga mendukung agar tubuhnya tidak istirahat karena otaknya tak bisa berhenti memikirkan kenapa ia bermimpi dan siapa yang muncul di mimpinya.

Mimpi yang selalu Sunny alami terlihat seperti drama dengan sang gadis sebagai penontonnya. Walaupun begitu mimpi gadis itu selalu sama, eksistensi gadis bernama Luna yang tidak ia ketahui wajahnya dan lima lelaki berbeda menjadi sebuah kepastian. Anehnya, Luna selalu terasa familiar begitu pula dengan lima lelaki yang bergantian mengisi mimpinya. Tidak hanya pemerannya saja, tapi perasaan Sunny setiap bangun tidur juga selalu sama. Hampa, kosong, sedih, dan nyaman. Sunny tak tahu pasti penyebab ia merasakan hal tersebut yang jelas ia tidak suka karena rasanya ia ingin menangis saat terbangun.

Sunny yang tidak bisa memejamkan matanya memutuskan untuk duduk di kursi dekat jendelanya, dan menatap langit malam yang cerah. Langit kelam malam itu hanya berhias rembulan yang seolah tersenyum pada sang gadis yang tengah gundah. Entah bagaimana caranya, perasaan Sunny kembali tenang. Saat ia hendak beranjak untuk kembali tertidur, matanya tak sengaja menangkap sosok berjubah yang tengah menatapnya di luar pagar rumahnya. Bukannya kabur atau bersembunyi, Sunny terus menatap sosok berjubah hitam itu untuk beberapa saat sebelum angin berhembus kencang dan sosok berjubah itu menghilang seolah ditiup oleh angin, meninggalkan seberkas seringaian yang terasa familiar untuk Sunny.

***

Sunny menatap kesal dirinya sendiri yang terpantul oleh cermin. Kulit di sekitar matanya menggelap, wajahnya pun tampak lesu, tubuhnya pun terasa lelah. Gadis itu marah tapi ia tak tahu harus melampiaskan kemarahannya pada siapa. Sebenarnya ia tak mempermasalahkan penampilannya tapi ia tidak suka membuat sang ibunda khawatir saat melihatnya lesu di meja makan sebelum berangkat ke sekolah.

The Queen and Her GuardiansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang