first meet

1 0 0
                                    

Perkenalkan namaku Elysian Maura biasa dipanggil elis/Maura. Aku anak terakhir dati 2 bersaudara, aku punya kaka perempuan namanya Amaranthine Adelina dia orangnya perfeksionis, egois, nakal, dan jaim.

Hari ini hari pertamaku masuk sekolah di SMA N 26 Jakarta, gedung sekolahku sangat bagus, hawanya sejuk karna bangunannya berwarna hijau dan banyak tumbuhan. Tadi pagi aku dianter sama supirku Pak Tio namanya, dia udah kerja sama papah dari aku kecil.
Selama perjalanan ke sekolah Pak Tio tak henti hentinya bercerita tentang masa mudanya dulu.
Aku hanya diam dan mendengarkan saja, mendengarnya bercerita membuatku bersemangat untuk sekolah.
Setibanya di depan gerbang, aku berhenti dan menatap gedung SMA-ku dengan seksama.
Seketika aku mengejamkan mata dan menghirup udara dalam dalam.
Selang beberapa detik aku tersadar oleh suara bariton milik guru yang berdiri berbaris di depan gerbang. Aku bergegas masuk ke dalam sekolah. Aku yang tampak bingung dengan barisanku mencoba untuk mengingat kembali gugusku sebelum akhirnya aku masuk barisan.

Sebulan berlalu dan masa MPLS-ku pun usai. Kini pelajaran seperti biasa dimulai .
Oh ya aku duduk dengan temanku, Melati namanya. Awalnya kita berdua malu malu untuk membuka sebuah percakapan. Hingga akhirnya kita dekat dan berteman, salah satu alasan yang buat aku bisa lebih dekat dengan dia karna aku naksir dengan kakel namanya Kemal dan dia itu adkelnya dulu di SMP.
Jadi dengan begitu aku bisa menggali lebih banyak informasi dari dia.
Ada satu kejadian dimana saat pertama kali aku ikut ekstrakulikuler ECC(english club)  bersama Siska dan Gina.
Sore itu sekitar pukul 4 sore. Kami berjalan menyusuri koridor kelas, dengan aku membawa helm di tanganku juga tas yang aku gendong di punggung, sungguh itu terasa berat.
Sesampainya di depan masjid sekolah Siska melihat ada Kemal di masjid itu. Aku sontak kaget, aku sungguh tidak bisa berpikir lagi. Aku sangat sangat gugup. Akhirnya ada ide muncul di kepalaku, aku langsung menutup kepalaku dengan helm yang aku bawa. Siska dan Gina yang melihat tingkahku mereka berdua tertawa terbahak bahak, mereka terlihat sangat girang.
Tetapi mereka tidak merasakan betapa gugupnya aku saat itu.
Aku berjalan terburu buru mendahului mereka, tanpa berpikir panjang aku segera melenggang melewati masjid. Di dalam pikiranku saat itu adalah bagaimana caranya agar Kemal tidak melihat aku saat ini.
Gina dan Siska terus saja memanggil manggil namaku dan meledekiku. Aku tidak menghiraukan mereka dan terus saja berjalan, bahkan berlari kecil.
Hingga akhirnya aku sampai di halte depan sekolah, disusul oleh gina dan siska, yang masih meledekiku.
Aku hanya diam dan berharap Pak Tio menjemput ku lebih awal. Tak berapa lama muncul mobil sedan warna merah mendekat ke arahku, langsung saja aku berdiri dan meninggalkan kedua temanku yg setia menertawaiku.

MauraaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang