Prolog

81 1 0
                                    

"Rain lu mau beli buku yang mana?"tanya Lina.

"Apa ya? gue juga bingung, ini masih lihat dulu bagus apa gak nih buku" ucap Raina seraya melihat diantara dua buku yang sudah berada di tangannya.

Mereka sedang di g*amedia tumben sangat bos perintah menutup cafe lebih awal, sehabis jam makan siang. Jadi Lina dan Raina yang sehari-harinya pulang malam jadi tidak biasa, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke mall, toko buku, jalan atau sebagainya.

"Yauda lu pilih dulu, nanti sekalian sama gue nih ya nitip" ucap Lina menyerahkan buku ke Raina dan berlalu entah kemana. Sepertinya Lina sedang memilih lagi. Raina mengangkat bahunya tidak tahu.

Bruk

"Aww hiks atit huhuhu" suara tangis anak kecil.

Raina yang mendengar suara tangisan anak kecil dia mengedarkan pandangannya mencari anak yang nangis itu. Raina melihat anak yang berkuncir kuda dan berumur sekitar 4 atau 5 tahun sudah terduduk di lantai sedang menangis, Raina menghampiri anak itu.

"Ya ampun de kamu kenapa?" tanya Raina.

"Aunty atit dengkul aku aunty hiks" nangisnya.

Raina segera mengangkat anak itu membawanya ke bangku untuk di obati dengannya.

"Sini kakinya aunty lihat aunty obatin ya" ucap Raina meraih kapas di dalam tas nya,  untung saja Raina baru membeli nya tadi. Akhirnya Raina berikan air sedikit kapasnya dan menempelkan ke lutut yang sedikit memar pada anak ini.

"Yey cudah celecai aunty maaci yup" ucapnya girang.

"Tidak sakit kan sayang?" tanya Raina.

"No aunty aku kuat" ucapnya.

Raina gemas dengan anak ini, dia bilang kuat tapi mengapa menangis. Raina mengacak rambut anak itu.

"Kamu kesini sama siapa sayang?" tanya Raina mengusap pipi anak kecil yang gembul itu. 

"Aku kecini cama ayah aunty" ucapnya.

"Lalu ayah mu kemana? kenapa biarkan kamu sendirian tadi hmm?" tanya Raina sambil mencubit hidung mungilnya dengan gemas.

"Aku nya yg lali aunty. Aku mau lihat lihat di cini tapi nda boleh cama ayah, yacudah aku kabul" ucapnya sambil menundukan wajahnya.

"Lain kali jangan seperti itu ya, kasihan ayah kamu pasti dia nyariin kamu loh. Janji sama aunty jangan seperti itu lagi? Dan meminta maaf ke ayah kamu ya" jelas Raina mengacungkan jari kelingkingnya meminta untuk berjanji.

"Baik aunty aku tidak cepelti itu lagi aku... aku jg akan meminta maaf cama ayah"ucapnya mengkaitkan jari nya dan jari Raina.

"Nama kamu siapa can...."

"Rena. Ayah cariin kamu ternyata kamu disini, ayo kita pulang sekarang" ucap seseorang di belakang.

Raina merasa tidak asing dengan suaranya, Raina berdiri dari duduknya dan menoleh ke arah sumber suara tersebut. Bagai dihantam batu tidak menyangka. Raina perhatikan anak perempuan ini bergantian dengan melihat Rendy dengan tatapan tanda tanya.

Apa ini alasannya Rendy pergi 2 tahun yang lalu meninggal kan dirinya? Kenapa tidak bilang saja Raina pun pasti terima. Tapi tidak dengan cara seperti ini. Meninggalkan tanpa alasan dan dia kembali sudah mempunyai anak? Sangat menyakitkan.

"Maaf kan anak saya telah merepotkan mu. Saya permisi" ucapnya menarik tangan anak itu dengan paksa.

Raina yang melihat itu kesal tidak bisakah bersikap halus terhadap anak kecil?

"Lepasin anak itu pak dia kesakitan" ucap Raina.

"Ayah atit hiks lena minta maaf ya yah" lirihnya menatap ayah nya berkaca kaca yg siap ingin menangis lagi.

"Rena ikutin apa kata ayah kita pulang sekarang. Nanti bunda nyariin kamu sayang yah. Mau ayah gendong? Ayah sudah memaafkan mu sayang" ujar Rendy.

Raina yang melihat interaksi itu tersenyum kecut. Raina tidak menyadari Lina yang sedari tadi di sampingnya melihat semuanya, menatap kearah Raina sendu.

"Gendong Lena ayah dan aunty maaci ya dah aunty" ucapnya melambaikan tangan nya ke arah Raina.

Raina tersadar dari lamunan nya "hm  iya sayang hati hati ya dah" 

"Hei kamu pelayan yg waktu itu kan? Saya terima kasih sangat sudah bantu anak saya kalo gitu saya permisi" ucapnya berlalu pergi meninggalkan Raina yang terdiam membisu.

Lina yang mendengar itu sangat menyakitkan. Dia mendekati Raina "Rain kita pulang yu, gue udah lihat semuanya gak usah jelasin lagi ke gue" ucap Lina mengelus pundak temen nya itu berusaha untuk menenangkan Raina.

Raina melihat ke arah Lina mengangkat bahunya acuh "kenapa emang? Gue nangis? Udah gak mempan Lin. Udah yu balik gue laper nih, tapi bayar ini dulu"

Raina berjalan dengan santai, hatinya sakit tapi dia segera menepis itu. Semuanya sudah terjawab, dia akan berusaha untuk tidak selalu memikirkan lelaki yang dulu dia 'cintai'  yang kini sudah mempunyai anak. Dia meninggalkan Lina yang menganga tak percaya di belakang.

"What?! gue padahal tadi cuman pengen nenangin dia terus sekarang gue malah di giniin? di tinggalin gitu aja lagi. Untung temen lu, alhamdulilah nya punya temen kaya dia cuman satu. Sabar Lin" gerutu Lina sambil mengelus dadanya.

Lina mengira Raina akan menangis setelah apa yang terjadi tadi, tapi malah sebaliknya. Dia tersenyum dia akan berusaha untuk selalu memberi semangat untuk Raina. Dia tidak bisa melihat Raina terpuruk terus.

"Ck, Rain tungguin gue!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Fine DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang