[Putri'S POV]
"Tomatnya berapa buah ini?" tanyaku ke layar handphone sambil berjalan ke arah kulkas untuk mengambil keranjang tomat.
"4 buah aja, biar kalian ga kepedesan makannya, dek!" jawab orang di layar handphone itu.
"Iya-iya. Ini tinggal diblenderkan? Sama bahan-bahan yang tadi? Bawang, cabai, dan kawan-kawan?" tanyaku lagi.
"Iya, nanti tinggal campur ke ikan yang tadi udah kamu goreng. Api-nya jangan kegedean nanti,"balasnya.
"Okey-dokey! Aku blender dulu," pamitku menghilang dari layar.
Saat aku kembali ke dapur membawa sambal yang tadinya sudah kublender, wajahnya sudah menghilang juga. Panggilan video ditutup. Tak lama sebuah pesan masuk.
HANBIN YEOJACHINGU⚡:
Dek, aku ada kerjaan mendadak. Nenek temenku sakit. Nanti bumbunya tinggal kamu goreng lagi bareng ikan yang tadi. Api jangan kegedean!!!ME:
nee, ahjumma😚Tak perlu menunggu lama untuk menyelesaikan masakan ini. Setelah beberapa kali belajar melalui panggilan video bersama kakak pertamaku, aku mulai terbiasa dengan dapur. Meskipun rasanya, belum bisa dipastikan sih. Hehe.
Kakak pertamaku tadi namanya Tiar. Dalam bahasa suku kami ----- Batak, Tiar artinya 'terang'. Tapi tahun-tahun terakhir, dia tidak seterang sebelumnya. Cahayanya tidak lagi menyilaukan mata. Ahaha, mungkin sedikit berlebihan. Tapi sungguh, dia menjadi pemurung. Meskipun tidak memperlihatkannya secara gamblang, aku tahu dia.
Dia kakak yang paling dekat denganku di antara 2 lainnya yang juga tinggal di luar kota. Yang paling pintar, baik, disiplin, rajin, dan bertekun dalam iman. Yang dulu paling suka menyuruh tidur siang, yang suka memarahi kalau aku lupa mandi, dan yang paling sering mengirmkan buku renungan setiap bulan.
Kakakku yang kedua sudah punya penghasilan sendiri, lulus dari kedinasan dia langsung mendapat pekerjaan. Kakak ketiga, sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas ternama. Sedangkan kak Tiar, dia baru menyelesaikan kuliah setelah memulainya 6 tahun yang lalu. Terlalu lama, banyak hambatan yang harus dihadapinya selama itu.
Yang paling menyedihkan, hambatan-hambatan itu masih terus menghujaminya. Berbagai alasan membuat ia tak kunjung mendapat pekerjaan.
Akhir-akhir ini dia bercerita mengisi hari-harinya dengan menyulam dan menulis. Hasilnya lebih baik dari yang kupikirkan. Seperti memang ada bakat, sulamannya cantik. Tulisannya di sebuah platform juga sudah dibaca lebih dari ribuan kali. Meskipun begitu, mamak dan bapak tetap tidak setuju. Kak Tiar harus mendapat pekerjaan tetap, katanya tulisan ga bisa ngasih dia makan ke depannya.
Rasanya aku ingin menangis, seolah merasakan betapa sulitnya menjadi dia. Aku tidak tahu dimana dia harus menempatkan semua beban itu.
Dingdongdeng! Dingdongdeng!
Sebuah pesan masuk membuyarkan lamunanku.HANBIN YEOJACHINGU⚡:
Dek, udah baca 'PUTRI' belum? Feel-nya dapat ga sih?ME:
Udah, dapat banget mah😭
Sedih, tapi ngakak waktu si putri keciprat minyak gorengHANBIN YEOJACHINGU⚡:
Ahaha, kan kamu mah baru belajar masak😁
Eh, lagi ngapain?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinar Untuk Kau & Aku
Short StoryTiar, gadis keturunan batak. Dalam bahasa sukunya, namanya memiliki arti 'terang'. Tapi dia sendiri tidak tahu ada dimana sinarnya. Dia, 'tiar' yang perlahan redup, kehilangan terangnya . Seorang lagi bernama Putri, gadis sederhana yang kehidupanny...