Mysterious man

6 0 0
                                    


' Ck, sial!'

Ku usap peluh yang sudah membanjiri keningku. Ini susahnya bertubuh pendek, ada saja kesulitan yang akan aku dapatkan. Aku menoleh ke kiri-kanan dan menemukan tangga yang berada dipojok perpustakaan.

Melangkah secara perlahan sambil menghitung setiap langkahku. Sebelum melangkah, ku pejamkan mata dan berusaha menerka berapa langkah yang harus aku gerakkan agar sampai ke tangga tersebut.

15

Aku pun memicingkan mata dan mulai menghitung langkahku secara perlahan.

"Satu."

"Dua."

"Tiga."

Aku berhenti sebentar sambil berupaya mengingat, apakah benar arah yang aku ambil adalah arah ke tangga tadi.

Setelah merasa yakin aku kembali berhitung.

......

"Sepuluh."

......

"Empat belas."

Aku berhenti, setelah itu tersenyum puas saat akan menyebutkan angka selanjutnya.

"Lima belas."

Aku terdiam, bukan hanya karna suara seseorang yang menyambung hitungan ke lima belasku. Tapi juga aku merasakan hembusan nafas seseorang didekat telingaku.

Aku gemetar, apalagi saat merasakan orang asing itu memeluk tubuhku yang berada di depannya.

Aku berusaha melepaskan diri dari pelukannya tanpa bersusah-payah membuka kedua mataku.

"Bukalah matamu kucing kecil, perlihatkan padaku binar matamu yang indah itu."

Lalu ku rasakan ia mendekatkan diri dan mengecup kedua kelopak mataku bergantian. Peluh kembali membanjiri keningku. Tanpa terasa aku sudah menggigil dan tambah tidak berani membuka mata.

"Ss..ssi..sia..pa kau?"

Aku pun memberanikan diri bersuara. Aku takut sekaligus merinding saat membayangkan siapa pria yang memelukku tadi.

Tadi?

Lah sekarang dimana dia?

Saat tak lagi merasakan pelukan erat seperti tadi aku pun berani membuka kedua mataku. Lalu mengerjap bingung saat tak melihat sesosok orang pun didekat ribuan buku maupun didekat rak.

Setelah berdo'a didalam hati. Aku pun kembali melanjutkan tujuan ku yang sempat tertunda. Sambil berusaha mendorong tangga yang beratnya melebihi berat badanku. Aku pun mendesah lega setelah berhasil membawa tangga ke rak tadi.

Ketika akan menggapai buku, aku terpaksa mendengus kecewa. Saat melihat melihat sebuah tangan yang sudah berhasil mengambil buku yang akan aku raih.

"First love forever love, cerita romansa klasik yang berasal dari negri China. Cinta pertama, abadi selamanya. Sebuah cerita yang mengharukan ketika seorang gadis lugu yang tidak pernah mempercayai akan cinta akhirnya malah jatuh cinta ke mantan kekasih sahabatnya sendiri. Dan ia malah tersesat didalam kehidupan pria yang bernama Shun Jiayu."

Aku terdiam mendengar suara maskulin pria dihadapan ku. Aku pun hanya bisa bergumam mendengar penjelasannya.

'Ia hanya membaca covernya, dari mana ia bisa tahu isi cerita ini?'

Aku bisa tahu karena aku sudah pernah membaca novel spektakuler karya Shu yi ini. Makanya aku kesini karena  ingin membacanya kembali.

"Apakah kau percaya dengan cinta pertama?"

Aku terdiam heran. Kenapa sepertinya suara pria tampan  ini sama dengan pria yang tadi memelukku?

"Kk..kkau?”

Aku bercicit kecil memanggilnya. Lalu tanpa sadar ku hirup oksigen sebanyak-banyaknya seakan kalau terlambat barang sedetik saja pria ini tidak akan mengizinkan nya.

“Kenapa suaramu sama persis dengan suara pria tadi yang ku tabrak? Siapa kau sebenarnya?”

Aku pun memberanikan diri memandang pria didepanku ini. Lalu tanpa sadar aku memandang tepat didepan matanya. Matanya yang tajam seakan mengikatku. Seakan takut dengan pandangan tajamnya aku pun mengalihkan pandangan ke rak disampingku.

"Hmm? Kau bertanya padaku kucing kecil?"

Aku pun menoleh kearahnya dengan cepat dan bersiap marah saat dia kembali memanggilku dengan sebutan kucing. Dia pikir aku kucingnya apa? Yang benar saja. Siapa sangka karena gerakan tiba-tiba ku tangga yang ku pijaki bergoyang.

"Waaa!!"

Aku berusaha menggapai semua hal yang bisa aku pegang, namun sialnya kondisi tanganku tidak mendukung. Dan akhirnya aku lebih memilih memicingkan mata karena takut membayangkan hal yang akan terjadi selanjutnya. Namun,

Hening.

Hanya dekapan hangat dan terpaan nafas yang terasa olehku.

Degh,

'Astaga,,, jantungku.'

Aku yakin, sudah berapa kali hal memalukan yang sudah aku perbuat sedari tadi.

"Astaga,, kau benar-benar nakal kucing kecil. Bisa kau bayangkan bagaimana rasanya jika kau terjatuh dari tangga tadi?"

Aku hanya meringis saat membayangkan hal itu jika benar-benar terjadi.

Aku tak sadar kalau sedari tadi aku hanya berdiam diri dipelukannya.

"Apa kau cuman ingin berada di pelukanku? Hhahaha baiklah. Biar saja terus seperti ini, dan saat ada yang melihat kita tepat berada diposisi ini? Kau tahu? Sepertinya akan terjadi hal-hal seru."

Bisikan lembut kurasakan di telingaku. Barulah aku tersadar dan tanpa diberitahu sekali lagi aku bergegas bangun serta memilih pergi menjauh dari pria tadi.

"Astaga Nana, apa yang kau lakukan bodoh? Kenapa disaat penting seperti ini kau berlaku idiot? Arghh..."

Aku terus berjalan cepat sambil terus mengomel kan kebodohanku.

"Hei Aluna! Hei!!"

Tepukan dibahuku oleh seseorang menghentikan langkah kakiku dan aku pun menoleh kebelakang.

"Hmm, ya? Ada apa mis?"

Aluna bertanya kikuk. Ternyata mis Zena-seorang pustakawan-disekolahku ini.

"Kau menjatuhkan novelmu Nana. Dan kenapa kau ribut sedari tadi? Kau berbicara sendiri ya? Atau mengigau? Karena sedari tadi tidak ada orang yang masuk ke sini selain dirimu."

"Kau bercanda mis? Tidak ada satupun orang yang datang kesini?"

"Kau tidak tahu Aluna? Makanya jangan keasikan dengan dunia mu sendiri. Masak kau tidak tahu? Sedari tadi hanya kau dan aku didalam perpustakaan ini."

Aku pun hanya bisa terdiam bingung.

' Jadi, siapa lelaki tadi?'

13 April 2020








Kumpulan Cerita AuthorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang