02 - Joanna's Offer

65 29 21
                                    

 "Aku mendapatkan informasi hotel yang ditempati Jungkook saat ini. Lengkap dengan nomor kamarnya."

*****

Detik berikutnya setelah informasi itu sampai di gendang telinga Joanna, gadis itu mengerjapkan mata sembari berusaha menelan red wine yang tengah diteguknya. Bahkan Joa masih mencerna kata per kata dari kalimat itu dalam batinnya. Mempertimbangkan apakah saat ini Eliz sudah kehilangan kesadarannya hingga berbicara hal yang tidak masuk akal.

"Aku serius. Tidak bercanda ataupun halu." Tegas Eliz kemudian. Seolah mengerti arti bisu gadis yang duduk dihadapannya. Sementara disana Joanna hanya tersenyum getir menerima fakta itu. Otaknya mulai berjelajah memikirkan betapa fanatiknya seorang Eliz sebagai salah satu pecinta idol bernama Jungkook itu. Selama hidupnya baru kali ini menemukan fans gila seperti Eliz dan jujur sampai saat ini semua kelakuan gadis itu masih diluar akal sehatnya.

"Apa kau sejenis sasaeng?" tanya Joa pada akhirnya.

Suara pekik tawa Eliz terdengar sangat renyah. Kata "sasaeng" entah mengapa terdengar sangat lucu dipendengarannya. Apakah dirinya terlihat seperti sasaeng karena mengetahui informasi yang sangat privasi itu? Baiklah mungkin Eliz dapat memikirkan statusnya agar berpindah menjadi sasaeng Jeon Jungkook.

"Sudah kukatakan padamu. Aku punya link khusus untuk hal itu."

"Baiklah, benar. Kau seorang sasaeng yang sangat misterius."

***

Putaran waktu berotasi tiap detiknya. Joanna hampir kehilangan akal. Sejak tadi yang dilakukannya hanya minum alkohol tanpa berkenalan ataupun bermain dengan salah seorang pria. Bahkan gadis itu sudah memikirkan seribu satu cara untuk kabur dari radar Eliz tetapi tidak berhasil. Joanna sudah memberinya banyak minuman alkohol dengan kadar tinggi tetapi kesadarannya belum terkuras penuh. Eliz memang sulit dijebak.

Manik coklat Joanna menatap nanar Eliz yang mulai berbicara sendiri pada photocard kesayangannya yang kelihatan lusuh. Tidak perlu diragukan alasan lusuhnya benda aneh itu karena selalu dibawa Eliz setiap hari dan diajaknya berbicara ketika memiliki waktu luang. Bahkan Joanna pernah berpikiran untuk mendatangi psikolog untuk mempertanyakan kondisi kejiwaan salah satu teman dekatnya itu. Level akut kekhawatiran Joanna adalah ingin langsung menyeret gadis bernama Eliz itu ke rumah sakit jiwa terdekat akibat tingkah dan imajinasinya yang terlalu diluar batas.

"Ah aku punya saran untukmu."

Sontak perhatian Eliz teralihkan dari photocard lusuh itu. Bola matanya menangkap Joanna yang terlihat antusias, meningkatkan rasa penasaran dalam dirinya tiba-tiba. Sebelah alisnya terangkat sebagai bahasa tubuh jika gadis itu penasaran dengan saran yang ingin disampaikan oleh Joa.

Sebuah sinyal rangsangan dari otak Eliz memberi perintah hingga keningnya mengerut akibat tidak mengerti dengan apa yang dilakukan gadis yang berada tepat dihadapannya saat ini. Kepala Eliz mendekat kearah Joanna akibat perintah dari gadis itu. Sampai akhirnya indra pendengaran Eliz berada di jarak yang sangat dekat dengan bibir Joanna.

"Bagaimana jika kau menyelinap masuk kedalam kamar Jongkok?" ucap Joa dengan nada suara yang sangat pelan. Gadis itu memastikan agar yang mendengar sarannya adalah dirinya dan Eliz.

"Kau gila?" Sambar Elis dengan cepat.

Keterkejutannya sontak membuat beberapa orang berpindah pusat perhatian padanya. Menoleh dengan raut bingung kearah sumber suara dominan yang dikeluarkan Eliz. Dengan cepat gadis itu menunduk sebagai permohonan maafnya telah menciptakan sedikit keributan.

"Sudah kuduga kau payah sekali."

"Bukan begitu. Bagaimana mungkin kau bisa berkata dengan mudahnya untuk menyelinap? Kau pikir aku pernah memenangkan perlombaan panjat tebing?"

SILENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang