Sapu Tangan Kelabu

260 47 11
                                    



🖤🤍🖤




Terhitung sudah lima belas menit lamanya Ohm memandangi layar ponselnya.

Nyatanya, meski sudah lewat waktu dua hari dari hari yang ditentukan, Ohm masih belum berani menghubungi Nanon.

Padahal ia sendiri yang melonjak-lonjak kegirangan saat menyadari bahwa nomor yang tertera di kertas tersebut mungkin saja nomor telepon milik Nanon, namun begitu mengingat Nanon adalah seorang artis yang amat menjaga privasinya, semangat Ohm menurun.

Jangan terlalu percaya diri kau, Ohm Pawat.

Memangnya kau siapa? Hanya seorang pria yang baru ditemui Nanon di gazebo selama beberapa jam. Mustahil ia akan memberikan nomornya padamu dengan cuma-cuma.

Tapi, mungkin saja...?

Tidak, tidak. Mana mungkin!

Ohm menggigit bibirnya. Gelisah.

Lihat, kan? Begini lah keadaannya sejak beberapa hari yang lalu. Pikiran tentang ya dan tidak selalu memenuhi kepala Ohm, namun ia sendiri tak kunjung mengambil keputusan selanjutnya.

Ah, peduli setan. Ohm menghela nafas, ia hanya ingin sapu tangannya kembali. Hanya itu saja.

Mendapatkan tanda tangan Nanon sudah lebih dari cukup.

Ohm menunggu dengan sabar saat nada sambung di seberang sana terdengar. Oh, bukankah ini lagu duet milik Nanon yang baru saja rilis akhir-akhir ini? Lelaki itu narsis juga ya ternyata.

Klik




“Ya? Dengan siapa di sana?”

Bolehkah Ohm merasa kecewa?

Itu bukan suara Nanon.

“Eumm... saya... Nanon memberikan nomornya pada saya. Dia bilang... kalau ingin sapu tangan saya kembali, saya harus menelepon... ke nomor ini?” sahut Ohm tidak yakin.

Ada hening yang menggigit.

Kemudian terdengar suara seperti sesuatu yang dipindahkan, tidak begitu jelas.

“Halo?”


Oh. My. God.


Ohm menjauhkan telinga dari ponsel miliknya, tidak percaya.

Itu suara Nanon.

Ini sungguh-sungguh nomor milik Nanon? Nanon Korapat Kirdpan? Aktor favoritnya itu?

Bolehkah Ohm berteriak sekarang?


Halo? Ada orang di sana?” Suara Nanon terdengar lagi.

Ohm berusaha menahan diri untuk tidak melonjak-lonjak girang, ia ingin sekali berteriak, 'MAMAAAA ANAKMU DINOTIS OLEH AKTOR TERKENAL!!1!1!' tapi tentu saja ia tidak bisa mempermalukan dirinya di depan Nanon, bukan?

Ohm menarik nafas.

Tahan, Ohm. Tahan. Jangan mempermalukan dirimu sendiri.

Ia berdeham sebentar sebelum menjawab sapaan Nanon, “Benarkah ini... nomor Nanon?” Duh, nyaris saja suaranya bergetar.

”... Ini siapa ya?”

Oke, jadi Nanon tidak mengingat dirinya. Wajar. Tidak apa. Tidak apa-apa. Itu sudah seminggu yang lalu. Lagipula mereka memang belum sempat berkenalan saat itu. Tidak aneh kalau Nanon lupa.

― pirau ―Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang