Chapter 3

1.1K 78 1
                                    

Sesampainya di taman, Sasuke meminta Shion membawanya berkeliling. Seperti rencananya sebelumnya ia ingin tahu reaksi Shion jika ada yang menatapnya sebelah mata karena pergi bersama orang cacat sepertinya.

“Di samping kanan kita ada sebuah air mancur dengan bunga yang mengelilinginya, Sasuke,” suara Shion  terdengar malas dan seakan dipSasukekan. Sasuke juga dapat dengan jelas mendengar suara wanita itu sedikit bergetar.

“Hn,” gumam Sasuke. Sebenarnya Sasuke tak begitu peduli terlebih ia tak dapat melihat keindahan taman ini. Yang ia pedulikan adalah sikap Shion setelah ini.

“Hei … coba lihat itu, ada seorang gadis cantik yang mendorong kursi roda, mungkinkah itu kekasihnya? Kasihan sekali padahal ia sangat cantik tapi harus memiliki kekasih yang cacat,” suara bisikan pengunjung taman dapat didengar jelas oleh Sasuke maupun Shion. 

“Sepertinya lelaki itu juga buta. Nasib gadis itu benar-benar malang, cantik tapi memiliki kekasih yang buta dan cacat.” Lagi, bisikan dua pengunjung itu yang kini melewati mereka dapat didengar dengan sempurna. Shion menunduk malu dengan wajah merah menahan marah. Ia mencoba setenang mungkin, ia tidak ingin Sasuke curiga padanya.

“Jangan dengarkan mereka Sasuke,” kata Shion lugas namun sedikit bergetar di setiap katanya.

“Hn,” gumam Sasuke seakan tak peduli.

Semakin lama, semakin banyak orang yang berbisik tentangnya yang mendorong kursi roda Sasuke. Tatapan kasihan selalu tertuju pada Shion membuatnya tak dapat lagi membendung amarahnya, ia marah dan malu. “Sepertinya ini rencana yang buruk, keluar bersama Sasuke yang cacat,” batinnya. 

“Sasuke, sepertinya aku ingin ke toilet. Bisakah kau menungguku disini? Aku akan segera kembali,” kata Shion dan segera bergegas meninggalkan Sasuke sebelum ia mengatakan 'Iya'. 

Shion sudah muak mendengar orang-orang kasihan padanya. Ia meninggalkan Sasuke di bawah pohon rindang di sebelah bangku taman.

“Ck, sama saja,” gumam Sasuke saat Shion benar-benar pergi meninggalkannya. Sasuke mencoba menunggu, jika Shion terlalu lama ia akan menghubungi Juugo, ajudan setianya.

Hingga hampir setengah jam namun Shion tak juga kembali. Sasuke mengambil ponsel qwerty dari dalam sakunya dan hendak memencet tombol yang sudah dihafalnya sampai seseorang tanpa sengaja menyenggolnya dan menjatuhkan ponselnya.

“Ah! Maaf Tuan, aku tidak sengaja,” ucap si tersangka yang menjatuhkan ponsel Sasuke.

“Suara seorang gadis?” batin Sasuke.

“Sekali lagi maaf. Ini ponsel anda.” Gadis itu segera mengambil ponsel Sasuke dan memberikannya namun Sasuke mengulurkan tangannya ke arah berlawanan membuat gadis itu tahu bahwa Sasuke tak bisa melihat. 

“Maaf Tuan,” gumam gadis itu dan meletakkan ponsel Sasuke di tangannya. “Apa anda akan menghubungi seseorang?” tanyanya kemudian. Mengetahui pria di depannya tak bisa melihat gadis itu ingin menolong jikalau ia ingin menghubungi seseorang.

Tanpa menjawab Sasuke menekan satu tombol dan langsung terhubung dengan Juugo. Gadis itu melihatnya dan mengerti, pasti pria di depannya ini sudah mensetting ponsel agar lebih mudah saat ingin menghubungi seseorang. 

“Juugo jemput aku sekarang.” Setelah mengatakan itu Sasuke mematikan sambungan telepon dan memasukkan kembali ponselnya ke saku celana. Merasakan gadis itu masih disana Sasuke menoleh ke arah si gadis dengan tatapan kosong. “Kenapa masih disini?” katanya. Ia memang tak  bisa melihat tapi bisa merasakan bahwa ada seseorang di sampingnya.

Karena AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang