2.

912 148 4
                                    

Notes: Setelah aku pikir-pikir lagi, kayaknya lebih baik kalo aku rombak lagi urutan ceritanya. Maaf ya :')

Terima kasih buat yang udah baca fanfic ini ❤️ Love you guys ❤️ Happy reading ^^








Sejak pertemuan singkatnya dengan dokter muda di atap rumah sakit kemarin malam, Choi Soobin tidak henti-hentinya memikirkan dokter muda tersebut.

Pikirannya tidak tenang. Bahkan sekarang ia ingin kembali menemui Choi Yeonjun. Menanyakan bagaimana caranya Yeonjun menguasai isi pikirannya sejak lebih dari tiga tahun lamanya.

Maka saat ini, ia berada di supermarket seberang rumah sakit tempat Yeonjun bekerja. Sudah lebih dari empat jam ia di sini. Duduk seorang diri ditemani secangkir kopi yang ia biarkan mendingin akibat hembusan angin malam di sekitarnya.

Kedua matanya masih setia memandangi bangunan besar di seberang. Mengamati pergerakan orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar. Namun ia tetap belum menjumpai seseorang yang sedari tadi ia cari.

Ia menarik napasnya perlahan, kemudian memejamkan kedua matanya. Merasakan semilir angin malam yang menerpa wajah tampannya.

Apa mungkin....

Pandangannya langsung ia alihkan pada bagian teratas gedung di depannya. Seketika sebuah senyuman pun terbit di wajah dinginnya.

Kegelisahaannya selama hampir seharian ini langsung menghilang begitu saja tatkala melihat siapa yang sedang berdiri di atas sana. Perasaannya menghangat sekaligus merasakan kesedihan yang luar biasa saat mengetahui jika terdapat seseorang yang menantikan kehadirannya.

Soobin takut akan menyakiti Yeonjun seperti ia menyakiti dirinya sendiri.

























Choi Yeonjun sudah berdiri di sini sejak tiga puluh menit yang lalu. Menikmati terangnya gemerlap lampu di bawahnya. Namun perasaannya masih tetap sama. Tidak peduli seberapa terang cahaya di bawah sana.

Nyatanya, Choi Yeonjun masih saja terjebak dalam kegelapan tak berujung di hidupnya, di dalam hatinya. Menunggu saat-saat ketika seseorang datang kepadanya. Mengulurkan tangan dan secara sukarela membagikan secuil cahaya untuk dirinya. Ia masih menunggu saat itu tiba.

Ia juga masih menunggu pemuda jangkung yang ia temui kemarin. Berharap jika ia dapat bertemu dengannya lagi.

Sebab untuk pertama kali dalam hidupnya, ia berhasil mengalahkan kegelapan tak berujung di dalam hatinya. Sebuah cahaya redup yang ternyata berhasil menyinari sisi tergelap di dalam hatinya.

Yeonjun tersenyum ketika merasakan sebuah rasa manis yang menyapa indera perasanya. Ia masih mengingat dengan jelas bagaimana pemuda jangkung kemarin tersenyum padanya.




Ya, Yeonjun hanya tidak mengetahui bahwa seseorang yang ia tunggu berada tepat di bawah sana sedang menatapnya.





















Soobin masih saja memandangi Yeonjun di atas sana. Ia tidak peduli dengan cahaya terang di sekitarnya.

Baginya, Choi Yeonjun adalah cahaya yang paling terang dalam hidupnya. Sebuah cahaya terang yang ingin Soobin jaga agar selalu bersinar di dalam gelapnya malam.

Soobin sadar bahwa sinar Yeonjun terlalu terang bagi hidupnya. Ia sadar bahwa tidak seharusnya Yeonjun menunggunya. Karena Soobin hanya akan menyakiti dan membuat cahaya terang milik Yeonjun meredup.

Ia tidak bisa membiarkan cahaya itu meredup sedikit saja karenanya.


Lalu ia kembali berdoa kepada Tuhan. Soobin berdoa agar Yeonjun cepat melupakan dirinya dan selalu bersinar terang seperti biasanya, bahkan saat kekosongan dan kegelapan datang menghampiri hidupnya sekalipun.





Lights | Soobjun |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang