Break

614 73 1
                                    

Disclaimer : Semua tokoh yang ada dalam cerita ini adalah milik mereka sendiri, keluarga, tuhan YME dan SM Entertainment. Semua cast dan watak dalam cerita hanya khayalan author semata.



I hope you'll like it 😉




Motor matic keluaran terbaru itu berhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana. Pertanda jika orang yang menaikinya telah tiba di tujuan. Dua orang remaja dengan segaram sekolah menengah atas.

"Makasih ya, Je. Yakin gak mau mampir?" Ujar salah seorangnya yang sudah turun, tangannya membuka helm dan menyerahkan lagi pada yang membonceng.

Salah satunya yang di panggil 'Je' itu menggeleng. Matanya kesana kemari seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Yaudah, kalo gitu hati-hati. Jangan ngebut kayak mau ngeprank malaikat." Pemuda bernama Kim Doyoung itu mengingatkan pada orang yang berstatus pacarnya itu. Jaehyun.

"Aku mau ngomong sesuatu." Ujar Jaehyun akhirnya. Ia menarik napas sebelum melanjutkan. "Sebelumnya aku minta maaf, Doy. Tapi aku memang udah gak sanggup lagi buat lanjutin hubungan kita."

'JLEB'

Doyoung diam. Kakinya tiba-tiba terasa lemas beserta lidah yang terasa keluh. Sumpah, tadi saat menjemput pergi sekolah hingga selama di sekolah, Jaehyun masih baik-baik saja. Dia masih memperlakukan Doyoung seperti biasa. Tapi kenapa sekarang dia berkata seperti itu.

"Aku rasa makin lama aku makin gak cocok sama kamu."

"T-tapi kenapa? Salahku apa, Je?" Suara Doyoung bergetar menahan tangis.

"Kamu terlalu ngekang aku, Doy. Kamu bikin aku jadi punya sedikit temen, kamu gak bolehin aku Deket sama yang lain. Kamu manja, selalu bergantung ke aku. Aku pergi keluar bentar aja kamu udah ngirim 100 chat lebih." Sebenarnya Jaehyun tidak tega mengatakan ini. "Aku capek sama hubungan yang gak bisa biarin aku bebas kayak gini. Kamu juga harus belajar mandiri dan apa-apa gak harus Jaehyun. So, kita break aja, okey?"

Doyoung menahan lengan Jaehyun. "Please, Je. Sorry banget kalo sifat aku selama ini bikin kamu gak nyaman. Kasih aku kesempatan dan aku janji bakal berubah."

Jaehyun menoleh kearah lain. "Aku gak bisa." Disingkirkannya tangan Doyoung. "Kita break sekarang. Aku bakal lihat kamu beneran berubah atau enggak."

"Jaehyun..."

"Maaf. Kamu mungkin bisa dapet yang lebih baik dan lebih bisa ngerti kamu." Jaehyun menstarter motornya lalu pergi dari hadapan Doyoung.



Doyoung masih memandangi Jaehyun yang mulai menghilang, memukul dadanya yang makin terasa sesak. Ia memutuskan untuk masuk kedalam rumah. Rumahnya yang sepi.

Doyoung tinggal bersama ibunya. Orang tuanya bercerai sewaktu Doyoung masih kecil dan hak asuh jatuh ke tangan ibunya. Ayahnya sudah menikah lagi dan tinggal di kota lain. Namun meski tinggal dengan ibunya, Doyoung lebih sering sendiri. Berdua bersama bibi yang bekerja di rumah itu tepatnya. Sedang ibunya lebih sering tidak ada karna mengurus pekerjaan. Wanita itu memang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka hingga tidak sadar jika yang di butuhkan anaknya bukan hanya materi semata.

Sedikit berlari Doyoung menuju kamarnya lalu menutup pintu dengan keras. Si bibi yang tengah menyapu sampai terperanjat karenanya.

Doyoung menutup wajahnya dengan bantal, setidaknya itu bisa meredam tangisannya agar bibi tidak mendengar lalu melaporkan pada ibunya.

Dia dan Jaehyun sudah menjalin hubungan hampir satu tahun. Memang Doyoung yang awalnya menyatakan perasaan pada pemuda populer di sekolah itu. Jaehyun menerima Doyoung karna dia bilang jika iapun tertarik pada Doyoung. Banyak siswa yang tidak setuju, ia bahkan di musuhi geng fans Jaehyun karna berpacaran dengan pujaan mereka. Kim Doyoung yang galak dan seperti preman menjalin hubungan dengan Jung Jaehyun yang teladan serta populer. Doyoung tidak peduli, makin mereka iri makin ia suka. Toh, Jaehyun juga tidak menggubris. Doyoung akui dia memang sedikit posesif, tapi Doyoung punya alasan.

Harusnya Jaehyun katakan jika memang tidak setuju dengan yang ia mau. Bukan hanya diam dan dengan seenaknya meninggalkan Doyoung.

Bagaimanapun ia menyayangi Jaehyun. Sakit juga jika di tinggal saat sedang sayang-sayangnya.

Maka dari itu Doyoung ingin menangis sepuasnya.

Sedih membayangkan tidak akan ada lagi Jaehyun yang akan menjemputnya untuk pergi kesekolah atau keluar bersama. Tidak ada lagi Jaehyun yang sedia membawakan makanan saat malam hari. Atau Jaehyun yang bersedia mencarikan jawaban untuk tugas Doyoung dimana pelajaran itu tidak di pelajarinya.

Bagaimana jika nanti Doyoung rindu?

Bagaimana jika nanti para manusia-manusia genit itu menggoda Jaehyun?

Bagaimana jika teman-teman Jaehyun membernya ke arah yang salah?

Doyoung sudah tidak punya hak lagi untuk mencegah.






To Be Continued

BACK TO METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang