Sepucuk Rasa

I Miss You Dad

Dilan selalu berkata,
Jangan rindu, karena itu berat.
Sebuah kata yang singkat.
Tapi penuh akan makna.

Aku merindukanmu,
Merindukan sosok hangatmu.
Rindu akan pertanyaan mu.
Rindu akan setiap perhatian kecilmu.

Mungkin dilan merindukan milea.
Tapi aku merindukanmu, ayah.
Mungkin milea senang saat mendapat telfon dari Dilan.
Tapi sungguh aku senang mendapatkan telfon darimu.

   Mungkin disetiap dering telfon aku mengangkatnya, aku hanya diam membisu tak bersuara. Tapi hati ku menjerit bahwa aku merindukanmu.

   Aku hanya seorang gadis kecil yang ditakdirkan untuk dipisahkan denganmu sementara waktu. Aku sudah biasa akan hal itu. Tapi, aku hanya seorang anak biasa yang kadang iri melihat mereka yang bahagia bermain bersama ayahnya, berfoto ria, dan menghabiskan waktunya bersama.

   Ketika kau datang menghampiriku, aku perlahan seolah menolak. Seakan semua berfikir aku membencimu. Tapi tidak aku hanya sedikit kecewa. Karena kau datang hanya untuk sementara waktu kemudian pergi berlalu.

Hahahaha aku hanya tersenyum tipis, aku sudah biasa ayah.

   Aku tidak membencimu, tapi membenci diriku sendiri. Membenci kenapa tak bisa bersuara saat kau datang, tak bisa berkata bahwa sebenarnya aku merindukanmu.

   Aku selalu berbahagia, selalu tertawa, semua orang menganggap aku ceria tanpa beban masalah, tapi kadang ketika aku sendiri aku mengingatmu ayah, tanpa sadar air mata ku jatuh begitu saja.

   Aku selalu ingin bercerita tentang apa yang terjadi hari ini, kemarin dan esok yang akan datang. Tapi, aku tak pernah sanggup. Aku selalu ingin memintamu untuk mendoakan kebaikan akan selalu menghampiri setiap langkah ku. Tapi, rasanya mulutku membisu.

   Kutitipkan tulisanku mewakili seluruh rasa rinduku. Aku selalu begini tak mampu berkata, hanya mampu menuliskan segala rasa. Untuk yang sudah membaca ini, maaf mungkin sedikit alay, hahaha. Sorry, karena author yang lama menghilang.

long time no see

I Miss You Dad