Part 1

3 1 0
                                    


"Disini kita dipertemukan. Berawal dari perkemahan, bertemu tanpa direncanakan dan berakhir dengan perpisahan."





Seorang gadis remaja berpostur tubuh tinggi, berseragam Pramuka berlari menuju perkumpulan. Hari ini gadis yang memiliki nama Reinandra Cahaya Putri bersama 9 orang temannya mengikuti perkemahan kesekolah lain.

Karena terburu-buru, gadis itu tidak dapat memfokuskan sekitarnya. Tiba-tiba gadis itu menabrak sesuatu yang keras, namun bukan benda melainkan punggung seseorang hingga membuat gadis itu terjatuh.

"Aduhh,"rengek Reinandra sambil memegangi keningnya. Sedangkan sosok yang ditabraknya tadi membalikkan badan dan tersenyum samar.

"Butuh bantuan?" Tawar sosok itu sambil mengulurkan tangan kepada Reinandra. Sedangkan gadis yang ditawarkan bantuan hanya diam tak bergeming, masih memandangi tangan seseorang yang ingin membantunya.

Reinandra pun segera membuyarkan lamunannya, dan menerima uluran tangan itu.

"Terima kasih. maaf kak atas kejadian tadi, ini salahku,"ucapnya dengan sedikit penyesalan. Karena memang ini adalah salahnya, jadi bagaimana pun dia harus meminta maaf.

"Iya, tidak apa-apa kak. Lain kali hati-hati dan jangan seperti tadi. Untung yang kamu tabrak aku, kalo laki-laki lain gimana? Bisa ditertawakan kamu,"celetuk sosok itu dengan tersenyum samar dan berlalu pergi meninggalkan Reinandra.

"Dihh apaan sih itu cowok, gak jelas banget,"gerutu Reinandra sambil berjalan menuju perkumpulan dari gudepnya.

Tiba-tiba terdengar seseorang memanggil namanya. Sontak sang pemilik nama menoleh ke sumber suara. Seorang gadis remaja seusianya yang memiliki postur tubuh sedang itu menghampirinya dengan raut wajah kesal.

"Darimana aja sih ra, aku tungguin dari tadi juga. Gak tau apa aku udah capek mondar-mandir nunggu lu yang gak dateng-dateng," Ucapnya sambil berkacak pinggang.

"Yaelah, santai dong ngomongnya jangan marah-marah gitu. Maaf ya tadi macet dijalan makanya telat,"ucap pada gadis seusianya itu yang bernama Kania Ayudia, yang sering disapa Kania.

"It's ok. Kali ini aku maafin,"ketus Kania sambil sedikit memalingkan wajahnya kearah lain.

"Yaudah, mukanya jangan gitu dong. Nanti gak cantik lagi,"rayu Reinandra agar Kania tidak marah padanya.

"Siapa bilang? mau di gimanain aku tetap cantik dan imut tau,"protes Kania tak terima.

Reinandra hanya terkekeh geli melihat tingkah sahabatnya itu. Reinandra berbeda dengan Kania, Reinandra memiliki perangai yang ceria namun pemalu. Berbeda dengan Kania yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, tidak bisa diam walau hanya sesaat.

"Yaudah iya, Kania yang cantik dan imut. Tapi masih cantikkan aku,"ucap Reinandra sambil tertawa puas karena telah menggoda sahabatnya itu.

"Ishh, masih cantikkan aku dong,"sahut Kania tidak terima atas pernyataan sahabatnya.

"Iya iya. Maaf aku bercanda kok, kamu kan sahabat aku yang paling cantik,"ucap Reinandra menyakinkan Kania, karena itu memang benar adanya Kania memanglah cantik. Lihat saja gadis berhijab itu memiliki hidung sedikit mancung, muka sedikit bulat dan tidak lupa ia memiliki lesung pipi yang membuatnya semakin cantik.

Berbeda dengan Reinandra yang memiliki bentuk wajah yang bulat, mata yang tajam, bulu mata yang lentik meski tidak menggunakan maskara atau make up lainnya, serta memiliki lesung dipipi dan didekat mata yang membuatnya semakin cantik dan manis.

"Kak Rara, kak Kania, ayo baris! Kakak pembina kita mau nyampein sesuatu itu,"ucap Edo menghampiri kami.

"Oh iya kak Edo,"jawab Reinandra kemudian menarik tangan Kania ke barisan.

"Halo adik-adik semua, salam Pramuka."

"Salam,"ucap kami serentak dengan sikap hormat yang sering diajarkan di kepramukaan. Kakak pembina kami yaitu Kak Andi, pun menyampaikan pesan kepada kami agar kami mentaati segala aturan yang ada, tetap disiplin dan saling tolong-menolong serta tetap menjaga nama baik sekolah.

"Baiklah adik-adik, hanya itu yang dapat kakak sampaikan. Silahkan kalian dirikan tenda yang telah ditetapkan oleh panitia perkemahan. Salam Pramuka."

"Salam,"ucap kami serentak. Kemudian Kak Edo membubarkan barisan dan kami pun bergegas untuk mendirikan tenda.

Ditempat tenda putri, Reinandra dan teman-temannya masih fokus mendirikan tenda. Namun, ada sedikit kendala dalam mendirikannya. Patok tendanya tak bisa tertancap dengan kuat karena tanahnya yang kering dan keras. Mereka sudah berusaha namun tidak bisa, alhasil mereka semua kelelahan. Tiba-tiba sebuah suara bariton membuyarkan lamunan mereka.

"Ada yang bisa dibantu, kak?"

Bersambung.....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dari Pramuka Kukenal DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang