"Kamu ini ya! Sudah berapa kali kamu kepergok ngerokok begini?! Kamu pikir sekolah ini milik nenek moyang kamu hah?! Bisa dengan bebas ngelanggar aturan." Bentak Pak Jay kepada seorang anak laki-laki yang sudah sering bolak-balik ke ruang BK itu. Ia geram dengan kelakuannya yang semakin hari semakin tak karuan.
"Maaf pak." Hanya itu kalimat yang diucapkan laki-laki itu. Ia seperti sudah kebal dengan makian guru-guru. Di sekolah ini, ia memang terkenal sebagai seseorang yang sangat nakal. Bahkan ia adalah bos geng nya dari para laki-laki nakal lain.
Arka Hadiningrat Susanto. Hanya satu sisi baiknya, ia tampan. Tak heran, banyak sekali perempuan yang berusaha untuk mendekatinya. Tapi, ia tidak tertarik. Bahkan, setiap hari ia menerima coklat, bunga, makanan, dan masih banyak lagi. Ia tidak pernah memakannya atau menerimanya secara langsung. Semuanya ia berikan ke teman-temannya.
"Kamu saya hukum buat hormat ke bendera di lapangan sampe jam pulang sekolah!" Pak Jay bersuara sambil menuliskan nama anak itu dibuku hitam.
"Tapi pak, saya ada ulangan." Ucap Arka beralasan.
"Saya tidak akan percaya lagi sama kamu! Masa tiap mau dihukum kamu ada ulangan?!" Pak Jay menggeleng-gelengkan kepala nya. Tak habis pikir anak ini masih terus saja menggunakan alasan yang sama.
"Ya udah, kalau saya nanti gak punya nilai Pak Jay yang tanggung jawab ya. Atau bapak mau masuk ke kelas saya gantiin saya ngerjain ulangan nya?" Ucap nya sambil tersenyum ke arah Pak Jay. Ia tidak pernah merasa bersalah dengan apa yang sudah ia perbuat.
"Kamu ini ya bener-bener! Sekarang cepat ke lapangan!" Perintah nya sambil menunjuk ke arah pintu.
"Baik pak, nanti saya bilangin Miss Jenni kalau ulangannya digantiin sama Pak Jay." Ia berucap sambil tertawa. Pak Jay sudah bersiap akan memukul anak ini. Tapi ia sigap dan langsung berlari keluar.
Ia berjalan ke arah lapangan. Sudah menjadi hal biasa ia dihukum begini. Bahkan rasanya hampir setiap hukuman pernah ia dapatkan. Dari mulai membersihkan toilet, bantu Mbak Indah bersihin UKS, nyusun buku di perpustakaan, hormat, dan lain-lain.
Sesampainya di lapangan, ia lihat lapangan tidak kosong. Lapangan diisi oleh murid kelas 12 Ipa 2 yang sedang mengikuti pelajaran olahraga. Terlihat ada Jaka disana. Jadi, ia memilih untuk duduk saja di pinggir lapangan.
"Woy ka! Ngapain lo disini? Dihukum lagi ya?" Teriak Jaka sambil tertawa. Jaka ini teman nya yang sekaligus ketua tim basket.
Jaka, anak kelas 12 Ipa 2. Ia memanfaatkan ketampanannya untuk menjadi buaya. Hampir semua wanita di sekolah ini pernah ia jadikan pacar. Ya paling lama pacaran satu bulan. Sisanya satu hari, dua hari. Karena memang niat utama nya hanya mencari pengalaman dari setiap cewek. Itu lah visi dan misi Jaka dari pertama masuk sekolah.
"Diem lo." Ketus nya sambil menyenderkan punggung ke dinding yang ada di belakang nya.
Saat ia sedang menyaksikan murid 12 Ipa 2 melakukan olahraga, pandangannya berhenti di satu sosok. Seorang wanita berkacamata dengan rambut yang dikuncir kuda sedang bersiap-siap memasukkan bola ke ring basket.
Wanita itu berhasil memasukkan bolanya, dan entah kenapa ia tersenyum melihat wanita itu yang sedang kegirangan karena berhasil.
Sialan si Jaka. Gak pernah bilang kalo ada cewek cantik di kelas nya. Gerutu Arka dalam hati.
Ia kemudian memperbaiki posisinya, dan bersiap memanggil Jaka "Woy jek, sini lo." Panggilnya sambil melambai-lambaikan tangan menyuruh Jaka untuk cepat-cepat menghampirinya.
Jaka yang sudah bersiap memasukkan bola ke ring basket akhirnya mengalihkan pandangan ke arah Arka. Membuat bola yang dipegangnya di rebut oleh pihak lawan.
Ia pun hanya mendengus kesal kemudian izin kepadan teman-teman nya dan menghampiri Arka.
"Apa sih apa? Gue tadi baru aja mau bikin poin anjir. Lo gagalin gitu aja. Ancur reputasi gue sebagai ketua basket." Racau Jaka sambil duduk di samping Arka.
Arka tidak menjawab, ia terus memperhatikan wanita yang sekarang sedang minum dari botol minumnya.
Karena Jaka ini buaya, ia tahu bahwa temannya ini sedang memperhatikan seorang wanita. Tanpa aba-aba Jaka pun berteriak memanggil wanita itu. "Chantik, sini dong ada cowok yang mau kenalan nih."
Wanita itu reflek mengalihkan pandangannya ke arah Jaka. Arka yang tahu bahwa cowok yang dimaksud Jaka ini adalah dirinya, langsung berdiri berniat untuk meninggalkan lapangan. Tapi sebelum itu terjadi sebuah suara membuat semua murid yang sedang berada di lapangan teralihkan.
"Arka Susanto! Kenapa malah enak-enakan duduk?! Saya suruh kamu hormat ya bukan bersantai!" Teriak Pak Jay sambil berjalan ke arah Arka, bersiap memberikan hukuman lebih kepada anak itu.
"Ampun pak, saya tadi lagi hormat terus Jaka nyuruh saya duduk sama ngajak ngobrol pak. Saya udah nolak tapi Jaka tetep maksa pak. Jadi saya bingung pak, kalau saya gak nurut saya bisa dibilang gak solid pak sama temen." Ucapnya mengarang cerita.
Sedangkan Jaka yang tadinya sedang tertawa karena melihat temannya dimarahi Pak Jay langsung diam. Heran kenapa dirinya disalahkan begini. Padahal jelas-jelas yang memanggilnya itu Arka, bukan dirinya.
"Sudah jangan banyak alasan! Sekarang lari keliling lapangan seratus kali!" Bentak Pak Jay.
"Tapi pak..."
"Gak ada tapi tapian. Lari atau saya tambah lagi hukumannya?!"
Tanpa menjawab, Arka pun langsung lari keliling lapangan.
Gimana mau tebar pesona anjir, yang pertama dia lihat aja gue dihukum gini. Ucapnya di dalam hati.
"Kamu lagi, kenapa nyuruh Arka duduk?!" Tanya Pak Jay kepada Jaka yang hendak berdiri untuk kembali ke teman-teman kelasnya.
"Eh? Engga pak, orang dari pertama dateng dia udah duduk. Ya udah pak, saya permisi ya, mau masuk kelas hehe." Jawab Jaka sambil pergi meninggalkan Pak Jaka tanpa menunggu jawaban.
Pak Jay hanya menggelengkan kepalanya merasa tak habis pikir dengan kelakuan murid-murid disini.
Padahal ini sekolah internasional, kenapa isinya murid murid bobrok semacam Jaka dan Arka?
Pak Jay pun pergi meninggalkan lapangan karena masih banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan.
Melihat Pak Jay meninggalkan lapangan, teman-teman Arka, yaitu Jaka, Angga, Zidan, dan Bagas segera berlari ke lapangan menghampiri Arka yang masih berlari.
Mereka ikutan berlari bersama Arka, sambil tersenyum bangga.
"Woy Ka, minum dulu nih." Ucap Zidan sambil menyodorkan minuman ke arah Arka.
Tanpa basa-basi, Arka pun langsung mengambilnya kemudian berhenti dan meneguk air itu sampai tak tersisa.
"Buset, haus banget bos?" Sindir Bagas sambil terus berlari mengelilingi lapangan.
Beginilah lingkaran pertemanan mereka, jika salah satu dari mereka dihukum yang lain juga harus ikut. Kalau kata Angga, "kita tuh harus suah senang bersama pokonya. Ga boleh engga."
"Woy anjing, sini lo balap sama gue, yang kalah traktir nasi goreng Mpok Ati." Teriak Jaka yang sudah di depan saja.
Mereka yang mendengar taruhan itu langsung sigap mengejar Jaka. Sedangkan Arka hanya duduk di tengah lapangan sambil tertawa melihat kelakuan teman-teman nya. Ada yang sudah dorong-dorongan, bahkan Bagas jatuh karena terkena dorongannya.
Tanpa Arka sadari, disisi lain ada seorang wanita yang kesal melihat Arka lagi-lagi dihukum.
Pasti nyebat lagi tuh anak. Gumam wanita itu.
•••
Jangan lupa buat vote ya:)
Big love!♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Chantik
Teen Fiction"Mama kamu gak salah ya namain kamu Cantik. Sesuai banget. Hati kamu, wajah kamu, perilaku kamu. Semuanya Cantik." -Arka Hadiningrat Susanto "Nama gue Chantik. Pake H, bukan cantik." -Chantika Putri Sahara