Self Injury | 01

31 1 0
                                    

"Dasar anak gak tau di untung! Harusnya kamu bersyukur saya masih mau merawat kamu disini. Bukannya berterimakasih malah makin ngelunjak!" Fara memaki Cia saat melihat Cia pulang larut malam, "Habis ngapain kamu? Habis layanin om-om iya? Dapet berapa kamu malam ini?!"

"Enggak ma, cia gak kayak gitu" Cia mengelak, namun percuma saja itu tidak ada artinya.

"Halah kamu kira saya percaya sama omongan kamu itu?! Kamu sadar gak gara-gara kamu pulang larut malam tetangga jadi mengecap saya gak becus jaga anak!"

"Tapi cia gak gitu ma" Cia menatap Fara dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipinya.

"Saya gak mau dengar kata-kata kamu lagi. Kalau saya liat kamu berani pulang larut malam seperti ini, kamu tanggung akibatnya sendiri!" Fara pun lalu pergi meninggalkan Cia yang masih berdiri di depan pintu rumahnya.

Cia menghapus air matanya, ia harus kuat. Cia bergegas naik ke tangga menuju kamarnya, ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, setelah selesai, ia duduk di atas tempat tidurnya. Malam ini, sama seperti malam-malam yang lalu, tidak ada hal yang bisa membuatnya bahagia di hari-harinya, Cia rasa ia tidak di inginkan di bumi ini, namun kenapa Tuhan mengizinkan ia terlahir?

Flarencia Oline. Gadis cantik yang hidup dengan penuh kemalangan, di kucilkan dari keluarganya sendiri, bahkan di sekolah ia tidak memiliki satu orang pun teman. Sungguh menyedihkan, ia sebenarnya anak yang ceria, ia juga memiliki banyak teman tapi itu dulu. Ia dulu, sebelum kejadian itu terjadi.

"Kenapa si mama sama papa gak sayang sama aku? Kenapa mama sama papa menginginkan aku untuk tidak ada dalam keluarganya?kenapa?" Cia mengucapkan kata-kata itu sambil meneteskan air matanya, ia melirik sebuah cutter yang berada di atas nakasnya, ia kecewa namun tidak bisa melawan semuanya. Alhasil dia meluapkan semua amarahnya dengan cara menyakiti diri sendiri.

Cia ambil cutter itu, cutter yang selalu ia pakai untuk menghias kulit putihnya. Ingin sekali ia menggoreskan cutter itu di pergelangan tangannya, namun saat ia ingin melakukannya ada orang yang berbicara meminta Cia untuk berjuang lebih keras lagi melawan semua orang yang mencaci makinya.

"Sretttt"

Cia tersenyum, lagi dan lagi ia melakukannya. Darah mengalir dari lengan tangan kanannya, ia menggoreskan cutter itu tepat di luka yang belum terlalu kering, alhasil luka itu pun semakin parah dan mengeluarkan darah yang begitu banyak. Ia senang melakukannya, baginya itu adalah salah satu cara Cia untuk meluapkan semua amarah yang selama ini ia pendam.

Setelah merasa lelah Cia meringis kala merasa perih di lengannya itu, ia melihat lukanya yang masih mengeluarkan darah, ia beranjak dari tempat tidurnya dan membersihkan lukanya dengan air di kamar mandi, setelah itu ia memutuskan untuk tidur, ia sangat lelah, lelah akan semuanya.

Selamat tidur!






Hai gimana part 1 ini?

Jangan lupa vote dan komen ya.

Follow Instagram aku @riskadiahhhh_

Thank you kalian❤

Self InjuryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang