--FIRST WARNING--
Cerita ini hanya fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tokoh dan tempat, bukanlah hal yang di sengaja. Beberapa ucapan dan tindakan; mengarah kepada hal negatif, harap jangan ditiru. Bagi pembaca diharapkan bijak dalam bersikap. Terima kasih.
••••
Happy Reading!
Liverpool, England.
London, England.
Los Angeles, USA.
Texas, USA.
Abu Dhabi, UEA.
Tokyo, Japan.
Melbourne, Australia.
Kaliningrad, Russia.
Sao Paulo, Brasil.
Jika aku ingin menulis semua kota dan negara yang pernah aku kunjungi hanya untuk menangkap penjahat kelas ulung maka papan tulis bukanlah tempatnya. Lihatlah, papan tulis milik kantor polisi pusat New York Police Department ini sudah penuh. Dari ujung benua Eropa sampai ujung benua Asia sudah aku jelajahi demi kenaikan pangkat.
Sial! Aku tidak pernah benar-benar naik pangkat karena menangkap penjahat kelas kakap. Mereka, para senior itu dengan kurang ajarnya meletakan aku dibagian belakang. Padahal aku yang membuat rencana penangkapan para penjahat itu tapi mereka yang mendapat promosi khusus. Ketahuilah, aku membenci mereka dari relung hatiku. Aku tidak pernah memiliki keraguan saat mengatakan itu sekalipun setipis benang.
Sebagai detektif, aku selalu dituntut untuk bekerja dibalik layar. Aku menerima itu dengan lapang hati. Tetapi aku menginginkan promosi jabatan. Aku tidak ingin selamanya menjadi detektif rendahan yang selalu diremehkan oleh para senior.
"Target kita selanjutnya adalah Evan Walker. Seorang pria berusia duapuluh delapan tahun yang terlibat pembunuhan, penculikan, pencurian dan juga pengeboman yang terjadi di California tiga hari yang lalu."
Aku terlalu malas mendengar penjelasan mengenai target selanjutnya yang harus ditangkap detektif. Sayangnya, aku juga seorang detektif. Jika tidak ingat alasan mengapa aku disini, aku pasti sudah melenggang pergi dari ruangan membosankan ini.
Polisi tinggi tegap yang aku tahu bernama Cody Simpson selalu saja menjelaskan panjang lebar mengenai target. Tetapi setelah susunan rencana penangkapan dibuat, pria itu akan duduk santai di kantor menunggu kabar baik dari bawahannya. Sial! Aku menjadi satu dari lima bawahannya yang seolah bekerja menjadi pelayan. Tindakannya yang sering kali semena-mena membuatku ingin menghajarnya.
Lima meja yang tersusun saling berhadapan di lantai dua dimana aku duduk sekarang sudah penuh dengan detektif yang tergabung dalam tim khusus untuk penangkapan Evan Walker. Yah, bisa dikatakan jika aku adalah orang yang paling lama duduk disini. Kecuali Ketua Tim Cody Simpson itu yang sudah berada diruangan ini bahkan sebelum aku ditempatkan di sini. Well, lima tahun duduk diruangan dan jabatan yang sama bukan waktu yang sebentar. Untukku, satu menit itu waktu yang lama dalam keadaan terdesak.
Seorang pria disamping kananku mengangkat tangan. Dia sudah satu tahun ini menjadi detektif. Lebih tua dariku satu tahun dan dia bukan orang yang bisa diandalkan di lapangan. Kadang dia bisa sangat serius tapi juga kadang masa bodoh. Aku tidak menaruh perhatian besar padanya.
"Dimana pria itu terakhir kali tertangkap kamera, Sir?" Suara pria itu benar-benar penuh keyakinan. Aku memberikan satu jempol untuk niatnya membuat kami bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Red's Carpet
ActionWoody Carrington masih memiliki niat untuk naik pangkat. Setelah mengobservasi semua hal dalam kehidupannya yang telah dikotori oleh tangan ayahnya sendiri, gadis dua puluh empat tahun itu memiliki mantra dalam setiap tidurnya. "Pull a rabbit out...